Rabu, 29 Januari 2020

Umayyad Mosque, Masjid Pertama yang Penah Dikunjungi Paus

Sejarah tentang perang dan perebutan wilayah juga diwarnai dalam penyebaran agama. Jadi bukti toleransi agama, ini Umayyad Mosque yang pernah dikunjungi Paus.

Di Kota Damaskus, Suriah, berdirilah salah satu masjid tertua dan terbesar dunia, Umayyad Mosque. Umayyad Mosque atau Masjid Agung Umayyah memiliki sejarah toleransi panjang yang bisa ditiru oleh masyarakat dunia, seperti diintip detikcom, Rabu (8/5/2019) dari berbagai sumber.

Pada tahun 2001, Masjid Agung Umayyah pernah dikunjungi oleh Paus Yohanes Paulus II. Dalam catatan sejarah, masjid ini menjadi yang pertama kali dikunjungi oleh Paus.

Rupanya ada koneksi panjang dari masa lalu yang membuat Paus berkunjung ke masjid ini. Semua bermula dari 3.000 tahun yang lalu.

Masjid Agung Umayyah tak langsung berdiri sebagai rumah ibadah umat muslim. Pada awal pembangunannya, bangunan ini adalah kuil yang dibangun oleh Pemerintahan Romawi.

Kala itu Romawi memerintahkan masyarakat Damaskus untuk membuat sebuah kuil khusus untuk Dewa Jupiter. Kuil tersebut memiliki luas 385x305 meter.

Kuil ini bertahan sampai masa Yohanes Pembabtis atau dalam agama islam dikenal sebagai Nabi Yahya meninggal. Dibantai oleh Pemerintahan Romawi, kepala Yohanes Pembabtis dikubur di kuil ini.

Semenjak itu, kuil ini berubah menjadi gereja. Di sebut sebagai Gereja Yohanes Pembabtis, rumah ibadah ini digunakan oleh orang kristen sampai pada akhir abad ke-4.

Pada tahun 636, Damaskus ditaklukkan oleh Khalid Bin Waleed. Di bawah kepemimpinannya, Gereja Yohanes Pembabtis membuka dirinya sebagai tempat beribadah umat muslim.

Toleransi, umat kristen melakukan ibadah di sisi barat gedung. Sedangkan umat muslim salat di sisi timur bangunan.

Kumandangan adzan terdengar 5 kali sebagai penanda waktu salat. Sedangkan umat kristen akan membunyikan lonceng tiap sebelum ibadah. Tak ada yang diributkan, semua berjalan mesra berdampingan.

Penggunaan rumah ibadah yang bersamaan ini terus dilakukan sampai pemerintahan Khalifah Umayyah al Wahid I. Terus berkembang, Khalifah melihat perlunya ruangan ibadah tambahan karena semakin banyaknya jemaah.

Khalifah pun melakukan negosiasi dengan pemimpin kristen untuk mengambil alih ruang sisi barat yang digunakan oleh umat kristen. Sebagai gantinya, Khalifah membangun sebuah gereja yang didedikasikan untuk Perawan Maria di kota tersebut.

Setelah itu, seluruh bangunan ini dijadikan masjid dan diberi nama Umayyad Mosque. Inilah mengapa konstruksi bangunannya kental dengan gaya romawi. Makam Yohanes Pembabtis pun masih ada di sana.

Untuk itulah Paus Yohanes Paulus II berkunjung ke masjid ini. Paus hendak mengunjungi makam dari Yohanes Pembabtis.

Toleransi umat beragama saat itu rasanya jadi barang mahal di era sekarang. Namun bukan hal yang tidak mungkin jika diwujudkan bersama-sama.

Kisah Pilot Penerbangan Komersil Wanita Pertama di Jepang

 Inilah kisah Ari Fuji, pilot penerbangan komersil wanita pertama di Jepang. Ari berhasil jadi kapten pilot meski banyak orang yang meremehkannya.

Menjadi pilot adalah mimpi bagi sebagian traveler. Tak terkecuali Ari Fuji. Mimpi menerbangkan pesawat sudah dimiliki Ari sedari duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA).

Tapi sayang, terlahir sebagai seorang wanita di Jepang membuat impiannya jadi sulit terpenuhi. Di zaman itu, hampir tidak ada pilot wanita di Jepang. Semuanya laki-laki. Tidak seperti sekarang yang jumlahnya sudah cukup banyak.

Apalagi postur tubuh Ari yang cukup mungil, sehingga tidak memenuhi syarat untuk masuk ke Akademi Penerbangan Sipil Jepang. Tapi Ari tidak patah arang. Dia tetap serius mengejar cita-citanya jadi seorang pilot.

"Dinding itu sangat tinggi. Angkatan Udara Jepang tidak merekrut wanita, karena di zaman itu memang tidak ada pilot wanita. Saya menyadari peluang untuk jadi seorang pilot sangat sempit," kata Ari.
Kisah Pilot Penerbangan Komersil Wanita Pertama di JepangAri Fuji saat sekolah pilot di AS (CNN)


Dilansir detikcom dari CNN, Rabu (8/5/2019), Ari akhirnya pergi ke luar negeri untuk sekolah pilot. Di Amerika Serikat-lah dia berjibaku untuk mendapatkan lisensi pilotnya.

Pada akhirnya, Ari pun mendapatkan lisensi pilot yang dia dambakan. Dia pun kembali ke Jepang untuk mencoba jadi pilot penerbangan komersil, namun hasilnya ternyata negatif.

"Ada banyak pria yang bilang padaku, mustahil wanita bisa jadi pilot di Jepang, khususnya pilot penerbangan komersil. Saya tidak pernah tanya mengapa, tetapi saya berpikir, mereka berkata seperti itu karena memang tidak ada pilot wanita saat itu," sambungnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar