Senin, 27 Januari 2020

Sungguh Keji! Penumpang Mabuk, Patahkan Kaki Pramugari

Sungguh keji peristiwa ini. Seorang penumpang naik pesawat dalam kondisi mabuk, mau merokok kemudian mematahkan kaki pramugari.

Dirangkum detikcom dari berbagai sumber, Minggu (19/5/2019) peristiwa itu terjadi dalam penerbangan maskapai Aeroflot dengan nomor penerbangan U1307 dari Novosibirsk di Siberia menuju Moskow di Rusia pada 14 Mei kemarin. Penumpang yang bikin ulah itu bernama Maxim Pashnin.

Saat mau lepas landas, Maxim kedapatan hendak merokok di dalam pesawat. Langsung saja, pramugari melarangnya.

Bukannya mendengarkan arahan pramugari, Maxim langsung emosi. Dia mendorong pramugari tersebut dengan keras hingga jatuh lalu menggedor pintu ruang kokpit.

Maxim menjadi brutal dan lepas kendali. Bahkan, dia baku hantam dengan tiga awak kabin. Menurut laporan, salah seorang pramugari senior yang mencoba menenangkan situasi justru terluka dan kakinya patah.

Akhirnya Maxim bisa diringkus, lantas diamankan oleh petugas kepolisian di bandara. Dari hasil pemeriksaan, diketahui dia dalam kondisi mabuk.

Kini Maxim sudah diproses dalam pengadilan dan hukuman 6 tahun penjara menantinya. Tak sampai di situ, pihak maskapai Aeroflot juga menuntut pertanggungjawaban atas pramugarinya yang terluka dan penerbangan yang delay sampai 20 menit.

Bahkan, maskapai Aeroflot sudah mem-blacklist Maxim naik pesawatnya lagi.

Masjid Ini Kumandangkan Azan dengan 7 Muazin

Di Cirebon terdapat masjid yang kumandangkan azan dengan 7 muazin pada saat Salat Jumat. Hal ini telah berlangsung lama, dan dulunya sebagai penolak racun.

Cirebon merupakan salah satu pusat penyebaran Islam di tanah Jawa. Daerah yang berada di pesisir pantai utara Jawa Barat ini dijuluki sebagai Kota Wali. Cirebon memiliki banyak peninggalan sejarah seperti keraton dan masjid tua, seperti Masjid Agung Sang Cipta Rasa.

Nah, di Masjid Agung Sang Cipta Rasa ada tradisi unik yakni 'azan pitu' alias azan tujuh saat Salat Jumat. Sesuai namanya, azan tujuh dikumandangkan oleh tujuh orang muazin. Azan tujuh bagian tradisi yang sudah ada sejak ratusan tahun silam.

Salah seorang muazin azan tujuh yang juga pengurus DKM Masjid Agung Sang Cipta Rasa, Moh Ismail mengatakan azan tujuh merupakan siasat Nyi Mas Pakung Wati, istri dari Sunan Gunung Jati saat Masjid Agung Sang Cipta Rasa mendapat serangan dari Menjangan Wulu.

Ismail menceritakan Menjangan Wulu merupakan tokoh sakti yang cemburu lantaran banyak masyarakat Cirebon berbondong-bondong memeluk Islam. Ornamen masjid yang kental dengan agama Hindu membuat masyarakat penasaran untuk datang ke masjid. Terlebih lagi saat azan dikumandangkan, masyarakat yang saat itu belum memeluk penasaran.

"Mereka (masyarakat) masuk Islam. Menjangan Wulu ini tidak suka dengan kondisi tersebut. Akhirnya mencari tahu kenapa banyak orang datang ke masjid, kesimpulannya karena azan," kata Ismail saat berbincang dengan detikcom di Masjid Agung Sang Cipta Rasa, Jumat (17/5/2019) kemarin.

Akhirnya, Menjangan Wulu melancarkan siasat liciknya agar azan tak berkumandang di masjid. Melalui kesaktiannya, Menjangan Wulu menaruh racun di atas masjid.

"Racun itu bereaksi ketika ada orang azan. Menyerang muazin, mengakibatkan sakit. Akhirnya tak bisa azan. Kemudian Nyi Mas Pakung Wati memerintah agar muazinnya itu jangan satu," kata Ismail.

Intruksi Nyi Mas Pakung Wati pun langsung dilaksanakan. Azan pun dikumandangkan oleh dua orang. Namun tetap tak bisa menghindar dari serangan racun.

"Sampai enam orang yang azan, tetap terkena serangan racun. Kemudian, tambah lagi. Yang azan jadi tujuh orang, ternyata sampai selesai. Tidak ada serangan racun," ucap Ismail.

Saat azan dikumandangkan oleh tujuh muazin, dikatakan Ismail, tiba-tiba dari atap masjid terdengar ledakan keras dari racun milik Menjangan Wulu itu. Azan tujuh pun berlanjut setiap kali salat lima waktu. Tujuannya untuk mengantisipasi serangan susulan.

"Setelah sudah kondusif, azan tujuh dialihkan hanya untuk Salat Jumat. Sampai sekarang masih kita kumandangkan," ucapnya.

Ismail menyebutkan awalnya muazin yang dipilih untuk mengumandangkan azan tujuh adalah para jmaah masjid, karena kondisi terdesak pasalnya sejumlah muazin terkena serangan racun. Saat ini, dukatakan Ismail, muazin azna tujuh merupakan keturunan dari muazin terdahulu.

"Sekarang turun temurun, kalau saya itu kakek yang pernah jadi muazin di sini," ucap Ismail.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar