Jumat, 24 Januari 2020

Heboh Fenomena Ikan Mati Massal di Aceh, Ada Apa?

Sebuah pantai di Banda Aceh mengalami fenomena ikan mati massal. Kalau begitu, apakah pantainya tercemar?

Pantai Desa Gampong Jawa di Banda Aceh, Aceh mengalami fenomena yang tak biasa, Rabu kemarin. Tiba-tiba saja ada banyak ikan mati di sepanjang pantai.

Menurut keterangan dari Peneliti Oseanografi, Loka Riset Sumber daya dan Kerentanan Pesisir KKP, Ulung Jantama Wisha Jumat (31/5/2019), ada beberapa dugaan yang bisa dipelajari.

"Kalau ikan mati masal itu pasti polusi, yang bisa membuat potensi kematian masal itu ya cemaran logam berat atau polusi nutrien," ujarnya.

Logam berat yang konsentrasinya melebihi baku mutu bisa bersifat toksik atau racun. Sebenarnya ikan yang mati karena cemaran logam bisa dikonsumsi.

Asalkan bagian kepalanya jangan dimakan. Karena, akumulasi racun ada di bagian insang dan kepala.

"Kalau polusi nutrien itu terkait blooming algae. Nutrien yang memiliki konsetrasinya terlalu tinggi bisa membuat perairan jadi terlalu subur (eutrofikasi)," jelas Ulung.

Eutrofikasi adalah kondisi di mana ledakan populasi fitoplankton dapat bersifat toxic (harmful algal bloom) atau beracun. Jika memang demikian, traveler yang berenang di kawasan pantai ini akan gatal-gatal.

Namun itu masih dugaan yang berdasarkan teori. Ada kemungkinan juga saluran pembuangan limbah. Limbah memang sengaja dibuang saat hujan dengan alasan untuk mengurangi dampak ke lingkungan.

Ulung juga menambahkan adanya saluran limbah rumah tangga di area pesisir. Saluran limbah rumah tangga yang langsung ke sungai juga turut menyumbang polusi logam.

"Beberapa industri baja juga menyumbang asupan logam ke perairan. Perlu dilakukan pengecekan kondisi kualitas air, kandungan logam, dan analisis fitoplankton di area tersebut," jelasnya.

Masjid di Abu Dhabi Ganti Nama Jadi 'Maria Bunda Yesus'

Abu Dhabi punya banyak masjid cantik, salah satunya Mohammed Bin Zayed Mosque. Jaga toleransi, masjid ini ganti nama jadi 'Maria Bunda Yesus'.

Abu Dhabi menjadi salah satu kota berpengaruh di UEA. Meski mayoritas penduduknya adalah Muslim, Abu Dhabi punya rasa toleransi yang tinggi terhadap umat lain.

Hal ini terlihat jelas dari sikap HH Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan, Putra Mahkota Abu Dhabi dan Wakil Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata UEA. Demi mempererat toleransi umat beragama, Putra Mahkota memutuskan untuk mengganti nama Mohammed Bin Zayed Mosque, seperti yang dirangkum detikcom dari berbagai media internasional, Jumat (31/5/2019).

Mohammed Bin Zayed Mosque sendiri dikenal luas karena keindahannya. Walau tak semegah Masjid Sheikh Zayed, namun Mohammed Bin Zayed Mosque pun tak kalah indah.

Melihat banyaknya kunjungan umat agama lain ke masjid ini, Putra Mahkota pun mengganti nama Mohammed Bin Zayed Mosque menjadi Mariam Umm Eisa, alias 'Maria Bunda Yesus'.

Bukan tanpa alasan, nama Mariam Umm Eisa diberikan untuk mempererat hubungan sosial antara pemeluk Islam dan kristen. Nama Maryam sendiri disebutkan dalam Al Quran, yang mana ada Surat Maryam.

Umm Eisa sendiri dalam Islam merujuk pada Siti Maryam ibunya Nabi Isa. Sedangkan dalam ajaran Nasrani, Isa diyakini sebagai Yesus.

Hal ini pun menuai banyak pujian oleh pihak gereja-gereja Kristen di Abu Dhabi. Disebut, sebagai suatu bukti keharmonisan.

UEA sendiri telah melakukan beberapa langkah untuk mempromosikan keharmonisan antar umat beragama. Telah ditunjuk pula Menteri Negara Toleransi dan meluncurkan Piagam Toleransi tahun lalu.

Hal ini bertujuan untuk memerangi kefanatikan, ekstremisme, dan rasisme dengan menyebarkan nilai-nilai toleransi, perdamaian dan koeksistensi.

Tak sampai di situ, HH Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum, Wakil Presiden UEA dan Penguasa Dubai, menulis surat terbuka yang kuat yang menyatakan bahwa diskriminasi tidak akan terjadi di UEA.

"Kami tidak membedakan satu sama lain di UEA, kami juga tidak menggunakan ras atau kebangsaan untuk saling mendiskriminasi; kita melihat semua orang sama, seperti Tuhan menciptakan kita. Tidak ada preferensi atau prestasi yang diberikan kepada siapa pun kecuali mereka yang bekerja dengan rajin, menghormati undang-undang dan konstitusi kita dan berkontribusi pada bangsa kita," tulis HH Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar