Rabu, 01 Januari 2020

Perjalanan Tak Terlupakan ke Nusa Kambangan

Nusa Kambangan terkenal sebagai pulau penjara. Namun pulau ini juga menawarkan pemandangan yang indah.

Kali ini saya akan menceritakan pengalaman saya mengunjungi Pulau Nusakambangan. Siapa yang tak kenal dengan Pulau Nusakambangan. Salah satu Pulau di Indonesia yang dahulu lebih dikenal dengan Pulau Penjara. Pulau ini tertutup dari masyarakat umum, dan hanya dihuni oleh narapidana dan petugas saja.

Secara administratif dan geografis, Pulau ini terletak di Kabupaten Cilacap, namun pengelolaannya berada dibawah wewenang Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham). Saat ini, fungsi Pulau ini adalah sebagai Lembaga Pemasyarakatan (Lapas). Terdapat 7 Lapas untuk narapidana kelas kakap. Dua di antaranya termasuk ke dalam Lapas High Risk, Lapas khusus untuk bandar narkotika dan kasus terorisme (ideologi dan militan) yang dianggap sangat berbahaya, sehingga ditempatkan ke dalam Lapas Super Maximum Security (satu narapidana satu sel).

Sebenarnya perjalanan kali ini berbeda dari perjalanan saya biasanya. Mengapa? Karena ini bukan traveling atau jalan-jalan ke Pulau Nusakambangan untuk menikmati keindahan pantainya. Tetapi saya berkunjung ke sini untuk melakukan penelitian sebagai syarat kelulusan program magister saya. Tidak mudah untuk mendapat izin menyeberang ke pulau ini, karena pulau ini sudah tidak lagi dijadikan sebagai objek pariwisata. Saya perlu bolak-balik ke Kemenkumham untuk mendapatkan surat izin penelitian ke pulau ini.

Saya mendapatkan izin penelitian selama dua hari. Sehingga saya sangat memaksimalkan kesempatan saya untuk berkeliling ke Pulau Nusakambangan. Untuk sampai ke Pulau Nusakambangan ini saya perlu menyeberang dari dermaga Wijaya Pura menuju dermaga Sodong. Sebelum naik kapal, dilakukan pengecekan surat izin oleh petugas Lapas. Hampir saja saya tidak diperbolehkan naik kapal, karena Kepala Lapas yang ingin saya temui sedang dinas luar di Jakarta. Setelah dikontak langsung via telepon, akhirnya saya diperbolehkan naik kapal dan bertemu dengan pejabat Lapas yang ada di tempat. Hanya butuh waktu kurang dari 10 menit untuk sampai ke Dermaga Sodong, gerbang utama Pulau Nusakambangan. Kemudian saya melanjutkan perjalanan darat menggunakan motor bersama petugas Lapas menuju Lapas Batu, Lapas pertama yang ingin saya kunjungi.

Sampai di sini tidak ada akses internet, saya tidak bisa berkomunikasi via wa karena akses internet benar-benar dibatasi. Setelah saya melakukan wawancara dengan Pejabat Lapas Batu, saya diperbolehkan untuk keliling Lapas lain ditemani salah satu pegawai Lapas muda yang baru menjadi Calon ASN. Saya merasa sangat beruntung, karena kalau tidak ditemani saya tidak akan bisa keliling Pulau ini. Dimana jarak antara Lapas satu ke Lapas lain sangat jauh, walaupun ada bus operasional, tapi bus ini hanya beroperasi saat jam berangkat dan pulang kerja saja.

Di kesempatan hari pertama tersebut saya bisa berkeliling Lapas, dan saya diajak mampir ke salah satu pantai yang ada di pulau ini yaitu Pantai Permisan. Pantai ini terletak di sebelah selatan Lapas Permisan, Pulau Nusakambangan. Pantai ini biasa dijadikan sebagai lokasi pembaretan prajurit Kopassus. Terdapat simbol Pisau Komando yang ditancapkan pada Batu Karang di Pantai Permisan. Pantai ini sempat dibuka sebagai akses wisata sehingga masyarakat sekitar dan wisatawan masih bisa berkunjung ke Pantai ini. Namun, dengan pertimbangan adanya Lapas kelas kakap status Pulau ini ditutup kembali dari aktivitas wisata.

Saya masih punya kesempatan satu hari lagi untuk berkunjung ke pulau ini. Namun, saya tidak ingin merepotkan petugas Lapas. Akhirnya, saya coba berkunjung ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Cilacap untuk wawancara kembali terkait thesis saya. Sebagai seorang wanita, saya memang dikenal pemberani pergi sendirian kemana saja termasuk ke Cilacap dan Pulau Nusakambangan ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar