Rabu, 01 Januari 2020

Tentang Hong Kong dan Demo yang Matikan Pariwisatanya

Hong Kong dan demo besar kini jadi dua hal tak terpisahkan. Sejarah panjang ada di belakangnya dan itu sangat berimbas di salah sektor utamanya, pariwisata.

Bak kematian yang tak diperkirakan, demonstrasi sampai menduduki bandara bikin aktivitas transportasi utama di sana lumpuh. Dirangkum detikcom, Rabu (14/8/2019), ada tiga rangkaian fokus yang menyangkut demo itu.

Sejarah singkat Hong Kong

Adalah penting untuk mengingat bahwa Hong Kong sangat berbeda dengan kota-kota lain di China. Untuk memahaminya, Anda perlu mengkaji sejarahnya.

Daerah ini adalah jajahan Inggris selama lebih 150 tahun, sebagian pulau Hong Kong diserahkan kepada Inggris setelah perang 1842. China kemudian juga menyewakan sisa wilayah Hong Kong, New Territories kepada Inggris selama 99 tahun.

Tempat ini menjadi pelabuhan dagang yang ramai dan ekonominya bangkit pada 1950-an lantaran menjadi pusat manufaktur. Wilayah ini juga digemari pada migran dan pembangkang yang melarikan diri dari ketidakstabilan, kemiskinan, atau persekusi di China daratan.

Kemudian pada permulaan 1980-an, ketika batas waktu penyewaan 99 tahun mendekat, Inggris dan China memulai pembicaraan tentang masa depan Hong Kong. Pemerintah komunis China menyatakan seluruh Hong Kong harus dikembalikan di bawah kekuasaan China.

Kedua pihak lantas mencapai kesepakatan pada 1984. Berdasarkan persetujuan itu, Hong Kong kembali ke China pada 1997 berdasarkan prinsip "satu negara, dua sistem".

Artinya, meskipun menjadi bagian dari China, Hong Kong memiliki "otonomi luas, kecuali terkait kebijakan luar negeri dan pertahanan" selama 50 tahun. Konsekuensinya, Hong Kong memiliki sistem hukum sendiri, perbatasan dan berbagai hak termasuk perlindungan kebebasan berkumpul juga berpendapat.

Hong Kong, sebagai contoh, adalah satu dari beberapa tempat di wilayah China di mana orang dapat memperingati penyerangan Lapangan Tiananmen tahun 1989. Adalah aksi militer menembak pengunjuk rasa tidak bersenjata di Beijing.

Masalah lain yang mengganjal adalah reformasi demokrasi. Pimpinan Hong Kong saat ini dipilih dewan pemilihan beranggotakan 1.200 orang, sebagian besar mendukung Beijing, hanya 6% yang dipilih warga.

Meskipun sebagian orang di Hong Kong adalah etnis China, sebagian besar orang tidak memandang dirinya sebagai warga China. Survei University of Hong Kong memperlihatkan hanya 11% yang mengaku sebagai warga China dan 71% lainnya merasa tidak bangga jadi warga China.

Awal mula demonstrasi

Kenyataan bahwa unjuk rasa sekarang terjadi tidaklah mengejutkan. Terdapat sejarah panjang perlawanan di Hong Kong, yang terjadi jauh sebelumnya.

Orang Hong Kong tahu cara memprotes suatu kebijakan. Karena, mereka sadar memiliki otonomi khusus yakni mendapat kebebasan dalam pemilihan umum dan oleh karenanya demonstrasi merupakan salah satu cara agar pandangan mereka didengar.

Pada 1966, demonstrasi terjadi ketika Star Ferry Company memutuskan untuk menaikkan harga tiket. Demonstrasi berubah menjadi kerusuhan, jam malam diterapkan dan ratusan tentara diturunkan ke jalan.

Protes serupa terus berlanjut hingga tahun 1997. Tetapi saat ini, demonstrasi terbesar cenderung bersifat politis karena para demonstran menentang China daratan.

Dilansir CNBC Indonesia, aksi protes di Hong Kong kali ini adalah puncak dari keresahan rakyat yang terjadi sejak Februari lalu. Kala itu, Biro Keamanan Hong Kong mengajukan proposal untuk mengamandemen aturan ekstradisi ke berbagai negara.

Dalam amandemen itu, para buronan dari Taiwan, Makau, dan China Daratan yang awalnya tidak masuk kemudian dimasukkan. Hong Kong akan melakukan ekstradisi jika diminta oleh pemerintah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar