Di Pratunam Market misalnya, jika traveler mengikuti petunjuk sesuai aplikasi, maka Traveler akan diarahkan pada sebuah restoran halal yang berlokasi di kawasan Pratunam Market, lokasinya tidak jauh dari mal Platinum. Awalnya mungkin Traveler akan dibuat bingung dengan arah yang ditunjukkan oleh aplikasi, namun di sini jangan malu untuk bertanya, karena warga lokal sangat ramah. Bahkan jika Traveler bertanya, maka traveler akan diantar hingga menemukan musala yang dicari. Benar saja, lokasi ini memang agak sulit ditemukan, karena musala berada di lantai dua sebuah restoran yang menjajakan makanan halal.
Untuk masuk ke musala harus melewati bagian dalam dari restoran, kemudian menaiki tangga yang berada di bagian belakang bangunan untuk menuju lantai dua. Tidak terlalu besar, namun cukup untuk berjamaah sekitar 10-15 pria dan 4-5 wanita di bagian belakang. Untuk menggunakan musala ini, Traveler tidak perlu menjadi pelanggan di restoran ini terlebih dahulu. Meski tidak membeli sesuatu dari restoran ini, tapi Traveler tetap akan disambut dan dibantu dengan ramah.
Setelah menunaikan ibadah, saatnya berburu street food. Di Pratunam, Traveler dapat menemukan begitu banyak penjualan makanan pinggir jalan alias street food. Tidak banyak memang street food halal yang dijajakan. Tapi sejumlah penjual mengklaim makanan yang dijualnya halal dengan cara menggantungkan label halal di tempat jualannya, layaknya beberapa stall makanan yang ditemui dalam pusat perbelanjaan.
Lanjut ke kawasan Chatuchak Weekend Market yang super luas. Di sini Traveler dapat menemukan dua titik lokasi musala terdekat jika mencari dari aplikasi penunjuk arah. Namun keduanya hanya dibuka ketika pasar akhir pekan beroperasi, yakni Jumat-Minggu. Jika Traveler datang saat hari biasa, musala di kawasan ini ditutup. Wajar saja, salah satu titik yang ditunjukkan merupakan sebuah kios yang ada dalam pasar, sehingga hanya buka mulai Jumat sore hingga Minggu. Saat datang ke Chatuchak Weekend Market, usahakan sesuai jadwal beroperasi, agar dapat berburu segala jenis barang yang dicari dengan harga miring sepuasnya. Tentunya dengan hasil tawar-menawar dengan penjual yaa. Jadi pastikan Traveler punya skill dalam hal tawar-menawar. Sesuaikan juga budget dengan kebutuhan, jangan sampai khilaf yaa Traveler, hihi.
Lokasi surga belanja selanjutnya adalah Asiatique The Riverfront yang terkenal dengan bianglala raksasa ikoniknya yang bercahaya cantik di malam hari. Di sini ribuan kios menjajakan beragam jenis oleh-oleh, mulai dari makanan, suvenir bahkan perawatan tubuh atau kosmetik yang memang juga banyak diproduksi di Negara Gajah Putih ini. Harga bersaing antara kios satu dengan yang lain, jangan sampai menyesal karena menemukan harga lebih murah di kios lain setelah membeli sesuatu. Jadi, pastikan cari harga termurah dulu ya Traveler! Di sini banyak penjual yang bisa berbahasa Indonesia dengan baik, jadi akan memudahkan Traveler dalam tawar-menawar.
Di Asiatique The Riverfront juga tersedia banyak stall kuliner. Banyak di antaranya yang menjajakan makanan halal. Atau jika ingin makan di luar kawasan Asiatique, traveler dapat berjalan ke arah jalan raya, menyeberang, dan menuju sebuah masjid bernama Bang Uthit. Masjid ini dibangun pada awal abad ke-20 oleh umat muslim Thailand. Namun sekitar tahun 2015 lalu, masjid ini direnovasi berkat bantuan Turkish Cooperation anda Coordination Agency (TIKA). TIKA merupakan sebuah lembaga yang bertanggung jawab untuk menerapkan kebijakan kerja sama pembangunan Turki di luar negeri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar