Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti menjabarkan kondisi kasus aktif Corona sudah berada di tingkat luar biasa. Terlihat dari hunian ruang isolasi pasien Corona dan ICU yang terus meningkat meskipun kapasitas tempat tidur sudah ditambah.
"Tempat tidur rumah sakit kita kejar-kejaran dengan kecepatan peningkatan kasus positif harian. Itu yang menjadi catatan khusus kita dan berhati-hati," beber Widya sambil menekankan kesiapan rumah sakit tak akan terkejar bila tak ada pembatasan mobilitas yang masif.
Untuk diketahui, saat ini tempat tidur isolasi DKI Jakarta per 19 Juni sebanyak 8.924, 7.919 di antaranya sudah terisi, atau hunian sudah mencapai 89 persen. Angka yang tinggi juga terjadi di hunian pasien Corona ICU, tercatat sebanyak 963 pasien ICU dari total ketersediaan tempat tidur 1.189.
Artinya, hunian ruang ICU DKI sudah mencapai 81 persen. Hal ini menurut Widya perlu menjadi perhatian bersama untuk menerapkan pembatasan mobilitas yang lebih luas, terlebih lonjakan kasus COVID-19 kini tak hanya terjadi di DKI tetapi di beberapa provinsi lainnya seperti Jabar dan Jateng.
Berdasarkan pemodelan data Dinkes DKI, di Agustus mendatang, kasus aktif harian virus Corona bisa menembus angka 200 ribu kasus. Kenaikan lonjakan kasus COVID-19 jika situasi terus tak terkendali mulai menanjak tinggi di akhir bulan ini sebanyak 70 ribu kasus.
"Nah saat ini posisi kita ada 27 ribu warga kasus aktif yang harus kita lakukan isolasi, kalau kita lakukan prediksi itu bisa sampai tembus kasus aktif harian itu mencapai lebih dari 70 ribu bahkan kalau sampai dengan Agustus bisa sampai 218 ribu," lanjut dia.
"Ini adalah tentunya angka prediksi, kenapa ini kita hitung, karena kita harus intervensi sesuatu yang lebih masif sehingga bisa kita kendalikan seperti halnya di tahun-tahun lalu," pungkasnya.
Selain total kasus aktif dan hunian pasien Corona di ruang isolasi dan ICU, zona kuning juga tercatat meningkat dari semula 2.416 kini menjadi 3.586 wilayah, terbanyak berada di Jakarta barat dengan catatan lebih dari seribu wilayah.
https://movieon28.com/movies/the-real-da-vinci-code/
Mendung Melulu, Kapan Waktu Berjemur yang Baik untuk COVID-19?
Cuaca berawan masih menyelimuti sebagian wilayah Indonesia, bahkan hujan lebat masih berpotensi terjadi di beberapa tempat. Kalau mendung melulu seperti ini, kapan waktu berjemur yang baik untuk COVID-19?
Di wilayah DKI Jakarta misalnya, hujan disertai angin kencang dikperkirakan terjadi di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur pada siang hingga menjelang malam hari. Sementara di Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Utara, dan Jakarta Selatan, cuaca diperkirakan berawan.
Faktor cuaca turut mempengaruhi intensitas sinar matahari. Untuk mendapatkan manfaat optimal saat berjemur, faktor ini juga harus diperhitungkan. Makin rendah intensitas sinar matahari, paparan ultraviolet B (UVB) akan semakin sedikit sehingga butuh waktu lebih lama untuk berjemur.
Sebaliknya jika cuaca sedang sangat terik, maka paparan ultraviolet akan terlalu tinggi sehingga bisa membuat kulit terbakar. Disarankan untuk tidak berlama-lama berada di bawah terik matahari jika intensitas sinarnya sedang sangat tinggi.
Informasi tentang intensitas sinar matahari dinyatakan sebagai UV Index atau indeks UV. Nilainya bisa dipantau di berbagai aplikasi ramalan atau perkiraan cuaca, atau bisa juga dilihat di situs Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Perkiraan UV Index untuk sepanjang hari Senin (21/6/2021) di berbagai wilayah Indonesia untuk menentukan waktu berjemur yang baik untuk COVID-19 bisa dilihat sebagai berikut:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar