Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan menyoroti penyerapan produk alat kesehatan (alkes) dalam negeri oleh pemerintah yang masih lebih rendah dibandingkan produk impor. Hingga Juni 2021, pemesanan alkes dalam negeri hanya sebesar Rp 2,9 triliun, sedangkan alkes impor 5 kali lebih besar yakni Rp 12,5 triliun melalui e-katalog.
e-katalog merupakan aplikasi belanja online yang dikembangkan oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) yang menyediakan berbagai macam produk dari pelbagai komoditas yang dibutuhkan oleh pemerintah.
"Kami melihat serapan belanja pemerintah untuk produk dalam negeri cukup rendah dibandingkan impor khususnya belanja alat kesehatan untuk tahun anggaran 2021 dalam e-katalog jumlah pemesanan alkes impor 5 kali lebih besar senilai Rp 12,5 triliun melalui e-katalog," ujar Luhut dalam Konferensi Pers bertajuk 'Upaya Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (PDN) Bidang Alat Kesehatan' secara virtual, Selasa (15/6/2021).
Atas kondisi ini, Luhut menilai pemerintah perlu mendorong peningkatan belanja alkes dalam negeri minimal sebesar Rp 6,5 triliun untuk 5.462 barang untuk tahun anggaran 2021. Selain itu, perlu peningkatan produksi alkes dalam negeri dan investasi di bidang alkes.
"Presiden sudah memberikan arahan kita kemarin pas saya menghadap beliau sore dengan mewakili Menteri Kesehatan dan menteri BUMN dan Wakil Menteri Keuangan untuk penggunaan lebih banyak lagi produk-produk dalam negeri dengan memindahkan atau mengundang investor-investor untuk masuk ke Indonesia," ucapnya.
Luhut menjabarkan, dari 358 jenis alkes yang sudah diproduksi di dalam negeri, 79 jenis alkes sudah mampu mensubstitusi atau menggantikan produk impor untuk kebutuhan nasional. Lalu, terdapat 5.462 alkes impor yang sudah tersubstitusi oleh produk dalam negeri sejenis dan akan dialihkan untuk belanja produk dalam negeri di e-katalog.
Untuk itu, Luhut mendorong produsen dalam negeri yang mempunyai kemampuan untuk memproduksi kebutuhan alkes itu bisa meningkatkan produksinya sesuai dengan kebutuhan pemerintah.
"Ada semacam misalnya seperti alat ukur apa USG itu kita butuh 12.000. Ngapain impor, bikin aja pabrik, dan mereka sudah mau, dan itu Presiden sudah memerintahkan tidak ada impor barang-barang seperti ini," ungkapnya.
https://nonton08.com/movies/doctors-heart/
Varian Delta Disebut Lebih 'Kebal', Vaksin Masih Manjur? Ini Kata Dinkes DKI
Varian Corona B1617.2 asal India alias varian Delta mulai merebak di Indonesia. Baru-baru ini, dikabarkan terdapat 28 kasus COVID-19 akibat infeksi varian Delta di kabupaten Kudus, Jawa Tengah, wilayah yang kini tengah menghadapi lonjak besar-besaran COVID-19.
Selain lebih mudah menular, sejumlah ahli khawatir varian ini 'kebal' terhadap proteksi vaksin COVID-19 dengan risiko gejala berat tinggi. Namun seiring hal tersebut, peneliti juga belum ada kepastian soal gejala infeksi varian Delta.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta, Lies Dwi menegaskan, vaksinasi COVID-19 tetap harus diupayakan. Pasalnya, vaksin menjadi langkah antisipatif utama untuk meminimalkan risiko penyebaran varian baru.
"Para ahli akan meneruskan penelitian untuk melihat sejauh mana tingkat efektivitas atau efikasi masing-masing vaksin, menyikapi perubahan tipe virus. Pasti virusnya sendiri awalnya akan alamiah berusaha survive, semua virus. Jadi mereka juga tidak mau musnah. Mereka berusaha bertahan di alam," terang Lies dalam diskusi daring oleh Lapor COVID-19, Minggu (13/6/2021).
"Kita ikhtiar melalui vaksinasi. Memanfaatkan vaksin yang tersedia saat ini. Vaksin yang digunakan memang sudah sesuai standar dan sudah aman, sudah efektif sejauh ini untuk mengurangi COVID-19 dan risiko (bergejala) berat," lanjutnya.
Lies menambahkan, tingkat kemanjuran vaksin terhadap varian baru seperti varian Delta memang baru bisa lihat jika cakupan vaksinasi sudah lebih luas dibanding kondisi saat ini.
Namun, sudah adanya izin penggunaan darurat bagi vaksin-vaksin Corona yang sudah beredar sekarang adalah bukti vaksin memiliki dampak perlindungan pada tubuh dari risiko COVID-19.
"Nanti seiring peningkatan cakupan vaksinasi, nanti akan melihat (efektivitas vaksin). Harapannya, kita bisa lihat kasus-kasus penularannnya lebih rendah, kasus COVID berat yang meninggal akan lebih rendah," pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar