Kegiatan sekolah tatap muka diharapkan dapat dilaksanakan pada tahun ajaran baru 2021/2022, yang dimulai pada Juli mendatang. Namun, kebijakan ini akan sulit dilakukan apabila Indonesia menghadapi lonjakan COVID-19.
Pasalnya, dalam beberapa hari terakhir kasus Corona di Indonesia terus mengalami peningkatan. Pada Kamis (17/6/2021), penambahan kasusnya mencapai 12 ribu orang dalam sehari.
Oleh karenanya, tak sedikit pakar kesehatan yang mengkhawatirkan bahwa Indonesia akan mengalami lonjakan COVID-19 yang jauh lebih besar dalam beberapa pekan ke depan apabila hal ini tak segera ditangani. Lantas bagaimana dengan keberlangsungan sekolah tatap muka?
Menurut Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr dr Aman Bhakti Pulungan, SpA(K), FAAP, sebaiknya kegiatan sekolah tatap muka tidak dilakukan dalam waktu dekat ini, mengingat kasus COVID-19 di Indonesia sedang tinggi-tingginya.
"Jelas IDAI mengatakan IDAI sangat mendukung usaha untuk sekolah tatap muka. Namun, ada syarat pertamanya bahwa positivity rate-nya harus di bawah 5 persen," kata dr Aman dalam konferensi pers, Jumat (18/6/2021).
"(sementara) Saat ini positivity rate sudah berapa banyak? 37 persen," lanjutnya.
Meski kegiatan sekolah tatap muka ini dianjurkan bagi daerah yang masuk ke dalam zona hijau, dr Aman mengatakan bahwa risiko penularan COVID-19 di semua daerah sama saja terlepas dari zonasi Coronanya.
"Kami tetap menganggap tidak ada itu daerah hijau atau merah, karena tidak ada batas kok. Jadi tolonglah kita lihat ini secara bijaksana," jelas dr Aman.
Sebelumnya pemerintah telah membuat aturan sekolah tatap muka, seperti maksimal siswa hanya 25 persen, pembelajaran di sekolah tidak boleh lebih dari dua jam, dan tenaga pendidik harus sudah divaksinasi COVID-19. Diharapkan kegiatan ini dapat diterapkan di setiap sekolah pada tahun ajaran baru 2021/2022.
https://movieon28.com/movies/first-kill-2/
Pakar AS Soroti Ledakan Kasus COVID-19 di Indonesia
Pakar penyakit menular dari University of Maryland, Amerika Serikat, Faheem Younus, ME, menyoroti kenaikan kasus virus Corona di Indonesia.
Dalam cuitan di akun Twitter pribadi miliknya, Faheem memaparkan data kasus Corona, di antaranya persentase kasus baru dan populasi yang sudah divaksinasi. Ia juga menyinggung kasus kematian di Indonesia bisa jadi lebih tinggi dari yang dilaporkan.
"Karena tingkat pengujian yang rendah, kasus aktual dan kasus kematian bisa lebih tinggi," tulisnya.
"COVID tidak akan pergi begitu saja hanya dengan berpura-pura kasusnya tidak pernah terjadi," lanjutnya.
Cuitannya itu menuai ragam komentar, tak terkecuali dari warganet Indonesia. Banyak yang menyayangkan pemerintah terkesan lamban dan tidak tegas dalam menanggulangi pandemi COVID-19.
Kasus Corona melonjak dalam sepekan terakhir. Jumlah pasien yang menjalani perawatan di rumah sakit pun mengalami kenaikan yang berdampak pada okupansi rumah sakit.
Per 17 Juni 2021, kasus baru Corona di Indonesia menyentuh angka lebih dari 12 ribu, dengan 277 kematian. Provinsi DKI Jakarta menempati posisi pertama daerah dengan kasus terbanyak yakni 4.144 kasus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar