Kasus COVID-19 di sejumlah titik wilayah RI melonjak pasca libur Lebaran 2021. Laporan ini beriringan dengan temuan kasus varian Delta atau B1617.2 asal India yang disebut-sebut lebih mudah menular dengan gejala berat. Lalu, apa saja gejala virus Corona kini?
Menurut Zoe Covid Symptom Study yang dijalankan oleh Prof Tim Spector di Inggris, infeksi varian Delta pada usia muda menyebabkan gejala mirip pilek. Dengan 3 gejala utama mencakup sakit kepala, sakit tenggorokan, dan hidung meler
"Varian ini sepertinya bekerja dengan sedikit berbeda. Orang-orang mungkin akan merasa hanya terkena pilek biasa sehingga masih keluar rumah untuk pesta dan kemungkinan akan menyebarkannya ke enam orang lain. Ini yang jadi masalah," terangnya, dikutip dari BBC, Jumat (18/6/2021).
Kasus COVID-19 akibat varian Delta pertama kali dilaporkan di India pada Oktober 2020. Varian ini termasuk Variant of Concern (VoC) yang berarti, amat menular dan berpotensi meningkatkan kasus rawat inap, beban sumber daya perawatan kesehatan dan potensi kematian.
Mengacu pada laman Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), gejala varian ini banyak dikaitkan dengan masalah pencernaan seperti:
Mual
Diare
Sakit perut
Kehilangan nafsu makan
Gangguan pendengaran
Pembekuan darah, dan
Gangren.
Hingga kini, memang belum ada laporan pasti terkait gejala varian Delta. Begitu juga penyebarannya di RI, sejauh ini baru diketahui ditemukan di DKI Jakarta, Kudus, dan Bangkalan. Dengan begitu Satgas COVID-19 menegaskan, yang terpenting adalah penerapan protokol kesehatan untuk menekan risiko penyebaran varian Delta.
Penularan tinggi dan dilakukannya WGS (Whole Genome Sequencing) dan varian-varian tertentu seperti dari India itu membuktikan bahwa virus-virus varian tertentu sudah bersirkulasi di Indonesia," terang juru bicara Satgas COVID-19, Prof Wiku Adisasmito, Kamis (17/6/2021).
"Yang utama kita lakukan adalah menjalankan proses jaga jarak, mencuci tangan, dan memakai masker. Dengan 3M itu apa pun variannya, tidak akan meningkatkan penularan," pungkasnya.
Mengingat kasus COVID-19 di Indonesia masih terus meningkat, berikut gejala virus corona paling umum beserta persentasenya yang perlu dicurigai sebagai infeksi COVID-19, dikutip dari Medical News Today:
Batuk kering: 60,4 persen
Sesak napas: 41,1 persen
Demam: 55,5 persen
Nyeri otot: 44,6 persen
Sakit kepala: 42,6 persen
Sakit tenggorokan: 31,2 persen
Gangguan atau hilang kemampuan penciuman dan mengecap (anosmia): 64,4 persen
Kelelahan: 68,3 persen.
Perlu diketahui, gejala virus Corona pada 1 pasien dengan pasiennya belum tentu sama. Maka itu, penting untuk melakukan pemeriksaan, pelacakan riwayat kontak, dan isolasi untuk menekan risiko penularan.
https://movieon28.com/movies/salt-2/
Kematian Anak Corona RI Terbanyak di Dunia, IDAI Minta Tarik Rem Darurat!
Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr dr Aman Bhakti Pulungan, SpA(K), FAAP, mengungkapkan kasus kematian anak akibat COVID-19 di Indonesia paling banyak di dunia.
"Data IDAI menunjukkan case fatality rate (kematian) itu adalah 3-5 persen. Jadi, kita ini (jumlah) kematian yang paling banyak di dunia," kata Dr Aman dalam konferensi pers, Jumat (18/6/2021).
"Jadi bisa dibayangkan, 1 dari 8 kasus itu anak dan meninggal 3-5 persen," lanjutnya.
Menurut dr Aman, jumlah kematian anak bisa terus berubah di setiap minggunya. Untuk itu, ia menghimbau agar anak-anak usia 0-18 tahun harus diselenggarakan secara daring.
Ia juga menegaskan agar para orang tua dan pengasuh terus mendampingi kegiatan anak, baik daring maupun luring. Berikut beberapa imbauan dr Aman untuk mencegah semakin tingginya kasus COVID-19 anak di Indonesia:
- Menghindari membawa anak ke luar rumah, kecuali dalam keadaan mendesak.
- Menghindari ruangan dengan ventilasi tertutup, kepadatan, dan risiko kontak erat.
- Disiplin mengikuti protokol kesehatan selama di rumah, dalam perjalanan, dan di luar rumah.
- Melengkapi imunisasi rutin.
- Pemerintah dan masyarakat melakukan pengawasan serta pendampingan protokol kesehatan di tempat umum.
dr Aman mengatakan pandemi COVID-19 ini mungkin akan terjadi 3 sampai 5 tahun ke depan. Untuk itu, ia meminta pemerintah untuk segera menarik rem darurat sebagai usaha untuk memerangi pandemi COVID-19.
"Pandemi ini akan 3, 4, sampai 5 tahun mungkin. Kita dan pemerintah harus tegas. Saya setuju kalau perlu tarik rem darurat sekarang untuk saat-saat ini, Pulau Jawa paling nggak," pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar