Produsen vaksin China, Sinovac, menyebut vaksin buatannya masih efektif melawan virus Corona varian Delta.
"Vaksin ini memang tidak 100 persen memberikan perlindungan namun tetap bisa efekfif mencegah keparahan dan kematian," tulis perusahaan tersebut dikutip dari media China Global Times, Sabtu (26/6/2021).
Wei Sheng, seorang profesor di Sekolah Kesehatan Masyarakat Tongji Medical College, Universitas Sains dan Teknologi Huazhong, mengatakan dalam sebuah wawancara dengan CCTV bahwa menurut hasil uji coba terbaru, vaksin yang diberikan secara luas termasuk vaksin Sinovac masih efektif melawan varian Delta.
Hal tersebut, katanya, terlihat dari pengalaman pencegahan dan pengendalian epidemi Corona di Guangzhou, Provinsi Guangdong China Selatan. Risiko penyakit parah sangat berkurang dibandingkan dengan mereka yang belum divaksinasi.
"Ini menunjukkan vaksin bersifat protektif," kata Wei.
Sejauh ini, mayoritas program vaksinasi di Indonesia menggunakan vaksin Sinovac yang didapatkan melalui skema bilateral dengan China.
Dalam uji klinis fase 3 yang dilakukan di Indonesia, vaksin Sinovac memiliki efikasi 65 persen. Studi yang dilakukan Kementerian Kesehatan juga menyatakan vaksin Sinovac efektif mengurangi gejala berat pada tenaga kesehatan hingga 94 persen.
https://maymovie98.com/movies/vengeance-is-mine-3/
Pengobatan Skoliosis Bersama Dokter Phedy, Konsultan Tulang Belakang
dr. Phedy, Sp.OT (K) Spine (dok. Eka Hospital)
Mengenal Skoliosis
Jakarta - Setiap tahunnya, bulan Juni diperingati sebagai Scoliosis Awareness Month atau Bulan Kepedulian Skoliosis. Mungkin bagi sebagian orang, istilah skoliosis masih terdengar awam. Lalu, sebenarnya apakah skoliosis itu?
Menurut dr. Phedy, Sp.OT (K) Spine dari Eka Hospital BSD, skoliosis merupakan kondisi tulang belakang yang tidak normal karena berbentuk melengkung seperti huruf C atau S.
"Biasanya skoliosis ditemukan pada usia pubertas yaitu usia 10 sampai dengan 18 tahun dan secara umum, wanita lebih rentan mengidap skoliosis dibandingkan pria," jelas dr. Phedy dalam keterangan tertulis, Sabtu (26/6/2021).
Apa Penyebab Skoliosis?
Ada 4 faktor yang dapat menyebabkan skoliosis, salah satunya faktor yang disebabkan oleh genetik yang disebut skoliosis idiopatik. Menurut dr. Phedy jenis skoliosis ini paling banyak diderita. Lain lagi dengan kondisi yang disebabkan karena kerusakan bantalan dan tulang belakang yang aus seiring pertambahan usia yang disebut skoliosis degeneratif.
Kondisi rusaknya jaringan saraf dan otot yang menyebabkan kelengkungan tulang belakang disebut dengan skoliosis neuromuscular. Sedangkan, skoliosis kongenital terjadi karena pertumbuhan tulang belakang yang tidak normal ketika masih di dalam kandungan. Lalu, mengapa seseorang bisa mengidap skoliosis?
"Tentunya ada beberapa gejala yang dapat dilihat sehingga seseorang dapat didiagnosa mengidap skoliosis. Misalnya, apakah tubuh penderita condong ke satu sisi, salah satu bahu lebih tinggi, salah satu tulang belikat lebih menonjol, atau tinggi pinggang yang tidak rata," tutur dr. Phedy.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar