Pulogebang adalah terminal rasa bandara di Jaktim. Kondisinya kini masih apa adanya. Potensinya belum dibuka maksimal untuk lebih hebat lagi di masa depan.
Disebut mirip dengan terminal bandara, ada banyak PR yang masih perlu diselesaikan oleh Terminal Pulogebang di Jakarta Timur. Mulai dari para agen PO Bus yang membuat penumpang risih hingga mengisi terminal dengan vendor penjual, beberapa masukan umum yang dirasa perlu.
Terkait hal di atas, pihak pengelola Terminal Pulogebang pun sudah buka suara. Ditemui detikcom di lokasi, Kamis (1/8/2019) Krisna Febriatma selaku staf Dishub DKI Jakarta juga menyampaikan keinginannya agar Terminal Pulogebang terus berbenah.
Salah satu yang masih diwacanakan adalah soal tiket online. Diungkapkan Krisna, saat ini baru sekitar 50% PO Bus yang telah beralih ke sistem online. Padahal, sistem online bisa memudahkan traveler dan membuat PO Bus lebih efisien.
"Kalau di kita online belum semua, baru sekitar setengahnya 50%. Kita juga tetap mengajak mensosialisasikan supaya PO yang tingkatnya middle ke bawah juga didorong," ujar Krisna.
Penerapan sistem tiket online pun dianggap bisa menghilangkan praktek calo atau para agen PO Bus yang kerap menawarkan tiket di luar loket. Hanya saja hal itu perlu disosialisasikan pada semua pihak.
"Paradigma pola pikir karyawan PO beda, meraka takut penumpang hilang karena online. Tiket online tidak menghilangkan orang-orang ini. Mereka hanya handling passenger (agen PO Bus). Mungkin perlu edukasi yang pasti agar mereka paham," ujar Krisna.
Selain berproses menuju online, pihak pengelola Terminal Pulogebang pun berkeinginan untuk bertanya langsung dengan para penumpang terkait servis dan pelayanan selama ini.
"Kita juga ingin coba memberikan kuisioner ke penumpang kita. Dari pelayanan seperti apa, tiketnya bagaimana, itu salah satu program. Ke depan kita coba itu," pungkas Krisna.
Ditambahkan oleh Krisna, sejumlah vendor seperti KFC hingga Roti Boy telah berkeinginan untuk masuk ke Terminal Pulogebang. Semoga segera terealisasi dan Terminal Pulogebang jadi lebih nyaman bagi para traveler ke depannya.
Wisata Ramah Muslim di Bangkok
Meski tidak masuk dalam daftar destinasi wisata halal terbaik di dunia, Thailand punya wisata yang cukup ramah muslim. Kota Bangkok salah satunya.
Persentase umat muslim di Negara Gajah Putih memang tidak sebanyak di Indonesia, namun tidaklah terlalu sulit untuk menemukan tempat ibadah seperti masjid maupun musala (atau juga disebut surau). Street food atau restoran yang menyediakan makanan halal juga bisa dengan mudah ditemukan di tempat-tempat wisata maupun pusat perbelanjaan.
Walaupun menemukan masjid atau musala untuk melaksanakan kewajiban salat lima waktu bagi umat muslim tidak semudah ketika berada di Indonesia, akan tetapi hal ini masih dapat diatasi. Traveler dapat menggunakan aplikasi penunjuk arah untuk mencari lokasi masjid atau musala terdekat.
Saat traveler tengah berkeliling di pusat kota Bangkok, atau berada di kawasan sekitar Wat Arun, maka jangan lewatkan untuk singgah ke salah satu masjid tertua di Thailand. Ton Son Mosque namanya, atau sebut saja masjid Ton Son. Masjid ini berlokasi di Khlong Bangkok Yai, Wat Arun, Distrik Bangkok Yai. Masjid ini bisa dikatakan masjid tertua yang ada di Bangkok. Didirikan pada masa Kerajaan Ayutthaya (1350-1767) di pemerintahan Raja Narai pada tahun 1688 oleh Chao Phraya Ratchawangsanseni (Mahmud). Nama awal dari Masjid Ton Son ini adalah Kudi Yai, yang merupakan singkatan dari Kudi Bangkok Yai.
Dahulu, masjid ini dibangun menggunakan kayu jati, dengan arsitektur bangunan mirip tempat ibadah umat Buddha. Namun kemudian umat muslim di Bangkok merenovasi masjid dengan struktur bangunan baru. Masjid diubah menjadi bangunan beton pada masa pemerintahan Raja Rama II di tahun 1952, karena bangunan lama sudah dianggap terlalu tua untuk dibangun ulang. Nama Ton Son sendiri berasal dari dua pohon pinus kembar (di Thailand disebut Ton Son) yang ditanam di depan pintu gerbang masjid. Di dalam masjid ini terdapat sebuah mimbar cantik yang disebut Mimbun, sejumlah kaligrafi, gambar Kakbah dan masjid di Makkah, serta terdapat sejumlah benda-benda yang berasal dari masa pemerintahan Raja Taksin (28 Desember 1767 - 6 April 1782).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar