Dunia tengah pandemi Corona, eh dua direksi PDAM Cianjur dan tiga stafnya malah pelesiran ke Eropa.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, pejabat yang berangkat yakni Direktur Utama, Direktur Umum, Kepala Bagian Produksi, Kasubag Kas, dan Staf Produksi. Awalnya rombongan pejabat PDAM Cianjur akan berangkat umroh pada awal Maret 2020. Namun lantaran akses ke Arab Saudi ditutup, para pejabat itu mengalihkan tujuan ke Eropa.
Mereka pergi ke Eropa 10 Maret dan rencana pulang 23 Maret. WHO sendiri resmi mengumumkan wabah Covid-19 sebagai pandemi global pada Rabu (11/3/2020) malam.
Sementara itu Plt Bupati Cianjur Herman Suherman mengaku tidak mengetahui sejak kapan mereka berangkat, sebab tidak ada permohonan cuti dari para pejabat BUMD tersebut. "Baru tahu mereka di luar negeri dua hari lalu. Saya tidak pernah mengeluarkan izin cuti, apalagi untuk ke Eropa," kata Herman dihubungi terpisah, Selasa (17/3/2020).
Herman juga mengaku telah meminta mereka segera pulang. "Saya sudah suruh pulang, hari ini katanya bakal tiba di Cianjur," katanya.
Saat tiba di tanah air, kata Herman, mereka akan langsung dites kesehatan. Pasalnya mereka sudah bepergian ke luar negeri dan dikhawatirkan terpapar COVID-19 selama berada di sana.
"Bukan dianjurkan lagi, harus periksa kesehatan. Mereka masuk dalam pengawasan, meskipun tidak dalam kondisi sakit," pungkasnya.
Herman Suherman menegaskan sanksi kepada mereka disesuaikan dengan aturan yang berlaku untuk para pejabat daerah, termasuk petinggi BUMD. "Sanksinya sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku," ujar Herman kepada detikcom saat ditemui di Pendopo Cianjur, Rabu (18/3/2020).
Seperti diketahui, Herman telah mengeluarkan surat edaran untuk menutup seluruh tempat wisata di Cianjur. Herman mengatakan, penutupan tempat wisata tersebut bukan berarti Cianjur lockdown, tetapi merupakan langkah yang diambil dengan ditetapkannya penyebaran virus Corona ini sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).
Bayar Miliaran Rupiah, Orang Kaya Tak Bisa Kabur Naik Jet Pribadi
Jet-jet pribadi sempat menjadi andalan orang kaya atau selebriti untuk menghindari dari kawasan yang penuh dengan virus Corona. Mereka merasa lebih aman naik jet pribadi ketimbang naik penerbangan reguler yang lebih massal. Tarifnya pun menjadi lebih mahal, satu kursi di jet disebut-sebut bisa mencapai Rp 2,283 miliar, seharga mobil sport!
Namun sekarang hal itu berubah, seiring makin ketatnya larangan terbang di mana-mana, bahkan kalau sudah berani bayar miliaran rupiah pun, mereka tetap tidak bisa terbang naik jet pribadi.
Mengutip Fox Business, beberapa perusahaan penyedia jet pribadi terpaksa harus menolak permintaan kliennya gara-gara larangan terbang. Meski permintaan meningkat, perusahaan jet pribadi juga kena larangan terbang seperti maskapai lainnya.
"Aturannya berubah setiap setengah jam," ujar pendiri JetSetGo Kanika Tekriwal.
"Tidak ada yang tahu apa yang akan berubah, beberapa negara tiba-tiba melarang pilot dari suatu negara. Kemudian beberapa negara tidak memperbolehkan pesawat dari suatu negara," ujarnya.
Sekitar 90 persen pemesanan di perusahaan milik Tekriwal yang punya 28 pesawat, harus dibatalkan. Perusahaan lain pun senasib.
Rajan Mehra, yang mengeolola Club One Air, mengaku penerbangan sudah turun 70%. "Pariwisata otomatis terhenti saat ini dan perusahaan tidak mau melakukan perjalanan kecuali mereka terpaksa," ujar Mehra yang punya sekitar 10 pesawat.
Salah satu klien JetSetGo yang merupakan orang kaya asal India, memesan penerbangan dari New Delhi ke London. Namun gara-gara larangan terbang, orang kaya dan keluarganya itu harus terdampar di Inggris. Larangan terbang berlaku setengah jam sebelum jadwal penerbangan.
Virus Corona saat ini sudah menginfeksi 185.000 orang di seluruh dunia dan menewaskan lebih dari 7.000 orang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar