Berkunjung ke Kesultanan Bulungan tak lengkap jika tidak mengunjungi Baloy Adat Tidung yang terletak di Jalan Sei Sesayap Kampung Enam. Balai adat suku asli Pulau Tarakan ini dibangun secara bertahap sejak tahun 2004 hingga tahun 2018.
Bangunan berbentuk panggung berbahan kayu ulin ini merupakan etalase budaya Suku Tidung yang ada di Pulau Tarakan. Struktur panggung dipilih sebagai adaptasi terhadap kondisi alam Kalimantan yang sebagian besar berlahan gambut serta berfungsi sebagai proteksi dari serangan hewan buas hutan Borneo.
Terdapat banyak pintu yang dapat traveler pilih untuk masuk ke dalamnya. Baloy Adat Tidung dibagi menjadi beberapa ruang yang memiliki nama dan fungsi masing-masing.
Ruang pertama yang dapat traveler tuju adalah baloy unod yang ada dibagian tengah bangunan. Menurut filosofi Suku Tidung, ruang yang pertama kali harus dibangun dalam membuat sebuah rumah adalah ruang tengah. Karena ruang ini berfungsi sebagai ruang utama, ruang makan, ruang dapur sekaligus sebagai tempat berkumpul seluruh anggota keluarga dalam membahas berbagai hal yang dihadapi.
Di ruang ini dipajang meja panjang beserta kursi kayu yang digunakan untuk menerima tamu serta ada pernak-pernik seserahan yang biasa digunakan dalam upacara pernikahan Suku Tidung. Ruang selanjutnya adalah baloy yampu atau ruang kepala rumah tangga yang kini difungsikan sebagai kantor pengelola baloy adat Tidung.
Pada ruang baloy delaki, traveler dapat melihat berbagai koleksi peralatan penunjang untuk mencari nafkah kaum lelaki Suku Tidung seperti sampan, perangkap ikan, tombak, sumpit, beliung dan masih banyak lagi.
Dan ruang terakhir yang dapat traveler kunjungi adalah baloy denandu. Ruang itu memajang benda koleksi yang biasa dimiliki oleh kaum perempuan Suku Tidung seperti kain beraneka motif dan warna, tempat tidur perempuan yang baru melahirkan, ayunan bayi, timbang sapor yaitu timbangan untuk bayi yang lahir di bulan safar.
Nah timbang sapor ini tidak diketahui filosofinya. Kenapa hanya untuk menimbang bayi yang lahir di bulan safar ya?
Berwisata di Kampung Domba Cibuntu, Kuningan
Desa wisata Cibuntu, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Kuningan, Jabar, memiliki potensi wisata yang luar biasa. Salah satunya dengan memberikan pengalaman traveler berdekatan dengan domba.
Bagi penduduk Desa Cibuntu, yang pernah dinobatkan sebagai desa wisata terbaik ASEAN pada 2016 di bidang homestay dan terletak di lereng Gunung Ciremai itu, peternakan domba bukan sekadar peternakan. Mereka menjadikan peternakan domba sebagai destinasi wisata.
Keberadaan kampung domba di Cibuntu berawal dari permasalahan kesehatan. Awalnya, pihak desa mengeluarkan kebijakan yang melarang masyarakatnya untuk membangun kandang domba di lingkungan pemukiman.
"Kampung domba ini dibentuk sekitar 2012. Alasan awalnya sih karena kesehatan, jadi biar tidak mengganggu kesehatan masyarakat. Jadi dipindahkan dan dijadikan satu," kata Ketua Kelompok Penggerak Pariwisata (Kompepar) Desa Cibuntu Adang Sukanda saat berbincang dengan detikcom di kampung domba Cibuntu, Rabu (11/3/2020).
Kamoung Cibuntu menjadikan peternakan domba sebagai potensi wisata.Kampung Cibuntu menjadikan peternakan domba sebagai potensi wisata. (Sudirman Wamad/detikcom)
Adang menyebutkan sekitar 70 kandang domba yang masih aktif. Kampung domba dikelola oleh kelompok peternak Si Lutung Indah. "Kalau jumlah dombanya sudah ada ribuan. Saya saja ada 20 domba," kata Adang.
Selain menjabat sebagai Ketua Kompepar, Adang juga ditunjuk menjadi pengelola kampung domba. Adang mengaku untuk membangun kampung domba butuh perjuangan. Dia harus meyakinkan pemilik domba.
"Ya soal keamanan dan lainnya. Alhamdulillah masyarakat atau pemilik domba kompak. Kita ada piket keamanan juga. Alhamdulillah sampai sekarang tidak ada kejadian (pencurian)," kata Adang.
Adang tak menampik kampung domba kerap dikunjungi oleh instansi swasta atau pemerintah sebagai percontohan. Kampung domba dikembangkan sebagai salah satu wisata edukasi bagi pelajar.
"Tahun ini rencananya ada penataan untuk kandang-kandang domba. Wisatanya satu paket dengan tour desa, jadi wisatawan bisa melihat pengelolaan kampung domba, termasuk pengelolaan pupuk organik," kata Adang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar