Senin, 30 Maret 2020

Jangan Salah Paham, Jahe Merah Bukanlah Penangkal Virus Corona

Akhir-akhir ini banyak orang yang percaya bahwa jahe merah merupakan penangkal bahkan obat untuk virus Corona. Bagaimana menurut ahli?
Jahe merah memang merupakan obat tradisional yang bermanfaat bagi kesehatan, terutama untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Tapi, jahe merah ternyata bukanlah penangkal virus Corona, lo traveler.

Menurut Kepala Kelompok Penelitian Center for Drug Discovery dan Development, Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, Masteria Yunovilsa Putra, jahe merah tidak dapat membunuh virus tapi hanya meringankan gejala yang ditimbulkan.

"Jahe merah berfungsi untuk membantu meringankan gejala yang ditimbulkan, bukan untuk menyembuhkan atau membunuh virus tersebut," kata Masteria yang dihubungi detikcom, Kamis (19/3/2020).

Menurut Masteria, sampai saat ini, belum ada jurnal yang membuktikan bahwa jahe dapat membunuh virus Corona. Selama ini, masyarakat mengenal jahe merah sebagai tanaman obat di Indonesia untuk meningkatkan daya tahan tubuh karena mempunyai sifat sebagai immunomodulator.

Immunomodulator merupakan sifat yang dapat meningkatkan mekanisme pertahanan tubuh. Kandungan ini dapat memperbaiki sistem imun dalam tubuh.

Jahe merah juga memiliki efek antiinflamasi dan antioksidan. Virus Corona yang menyerang pernapasan yaitu paru-paru dapat diredakan dengan jahe merah.

"Untuk mencegah virus Corona masuk belum ada ya penelitiannya. Tapi, untuk meningkatkan sistem imun kita, ada banyak ramuan herbal kita seperti jahe merah, meniran, echinacea, dan sambiloto," kata Masteria.

Masteria berpesan kepada masyarakat untuk menggalakkan hidup bersih seperti cuci tangan, mengkonsumsi makanan sehat, gunakan masker ketika sakit dan menghindari keramaian untuk sementara waktu. Serta masyarakat jangan panik menghadapi situasi ini.

"Harapannya, masyarakat tetap tenang dan jangan panik, yang penting menghindari segala risiko yang ada," kata Masteria.

Lockdown, Filipina Minta Turis Asing Tinggalkan Luzon dalam Tempo 76 Jam

Filipina meminta agar turis asing segera meninggalkan Pulau Luzon. pulau terluas di negeri itu, secepatnya. Itu untuk meredam penyebaran virus Corona.
Pulau Luzon, yang dihuni lebih dari 100 juta orang, ditutup selama satu bulan oleh Presiden Rodrigo Duterte, pada Selasa (17/3/2020). Pembatasan itu tetap mengizinkan satu anggota keluarga untuk keluar rumah membeli kebutuhan pokok dan bekerja untuk beberapa industri.

Keputusan itu juga membatasi transportasi publik, baik udara, laut, dan daratan. Pengumuman yang tiba-tiba itu membuat kemacetan parah, bahkan sejumlah tenaga medis terjebak di jalanan.

Selain itu, pemerintah menginstruksikan agar orang asing, termasuk turis, diminta untuk segera meninggalkan Pulau Luzon, yang juga Manila berada. Mereka diberi waktu 72 jam, hingga Jumat (20/3) karena semua penerbangan menuju dan dari semua wilayah akan disetop.

"Kami tidak akan menyerah untuk memaksa mereka karena nantinya akan lebih sulit buat mereka. Makanya, kami harus bicara," kata Sekretaris Kabinet, Karlo Nograles, seperti dikutip AP.

Salah satu mahasiswa kedokteran asal India, Abhishek Mishari, mengatakan dia dan lusinan mahasiswa India lain dilema menghadapi aturan itu. Mereka ingin segera pulang kampung, namun sulit karena India pun sedang berhadapan dengan virus Corona.

Informasi lain, sebuah kelompok antarlembaga yang menangani krisis kesehatan, mengatakan batas waktu telah dicabut dan orang asing dapat meninggalkan Luzon kapan saja.

"Kami tertahan di sini... Kami cuma takut dengan virus Corona yang menyebar di sini," kata Abhishek yang ada di luar bandara internasional Manila.

Manila melaporkan muncul 202 kasus Corona Covid 19. Salah satu di antaranya adalah tenaga medis yang mengurusi pasien corona. 17 orang di antaranya meninggal dunia, jumlah paling banyak kedua di antara negara-negara Asia Tenggara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar