Beberapa negara terkena Corona mengimbau warganya untuk tetap di rumah. Namun bagaimana dengan hewan yang biasanya makan dari tangan manusia?
Salah satu cara menghadapi penyebaran virus Corona adalah dengan melakukan isolasi diri alias di rumah saja untuk sementara. Para warga diimbau pemerintah untuk mengurangi aktivitas di luar rumah.
Dilansir detikcom dari Bored Panda, Sabtu (21/3/2020) beberapa negara yang warganya tetap di rumah mengalami hal lain. Hewan-hewan yang biasanya mendapatkan makanan dari manusia berkeliaran di jalanan.
Seperti di Jepang, tepatnya di Nara Park. Rusa-rusa di sana berkeliaran di jalanan karena kekurangan makanan.
okadennis
@okadennis
今日は🦌さんと一緒に出勤😁#奈良#鹿
Lihat gambar di TwitterLihat gambar di TwitterLihat gambar di TwitterLihat gambar di Twitter
107
05.22 - 2 Mar 2020
Info dan privasi Iklan Twitter
43 orang memperbincangkan tentang ini
Biasanya, rusa di Nara Park selalu mendapatkan makanan dari orang-orang yang berkunjung ke taman. Pengunjung biasanya membeli makanan dan memberikannya kepada rusa.
Namun karena adanya virus Corona di Jepang, jumlah pengunjung turun drastis dalam beberapa minggu terakhir. Para rusa pun berkeliaran di jalanan mencari makan.
Begitu juga di Thailand. Beredar video monyet-monyet kelaparan yang memenuhi jalanan di Lopburi, Thailand.
Italia juga punya cerita tentang hewan-hewan yang berkeliaran. Ada warga yang melaporkan bahwa mereka melihat babi hutan berkeliaran di jalanan.
Tak hanya babi, di media sosial juga ramai karena ada yang melaporkan seekor kuda lepas dan tidak tahu berasal dari mana. Juga ada yang melaporkan domba-domba juga berkeliaran di jalanan.
Orang Utan yang Kian Terpinggirkan
Kehidupan orang utan terancam karena adanya penebangan liar ataupun kebakaran hutan yang kerap terjadi. Sebagian besar hutan di Asia Tenggara dibakar untuk mendapatkan kelapa sawit.
Seperti dilansir dari Insider, seiring berjalannya waktu, habitat orang utan semakin berkurang. Selain harus bertahan hidup karena kehilangan tempat tinggal, mereka juga berurusan dengan pemburu liar atau penduduk setempat yang akan mengambilnya sebagai hewan peliharaan.
Sekarang, ada 100.000 orang utan liar tersisa di Kalimantan, sedangkan di Sumatera jumlahnya kurang dari 14.000. Hewan-hewan ini hanya memiliki anak setiap delapan atau sembilan tahun sekali. Ini merupakan salah satu periode kelahiran hewan paling lambat.
"Para ilmuwan khawatir bahwa populasi berada dalam spiral kematian," menurut New York Times.
Kekhawatiran akan hilangnya habitat orang utan adalah akibat deforestasi. Sebagian hutan hujan telah digunakan untuk lahan kelapa sawit. Pada bulan September 2019, sebuah studi menemukan 39% dari hilangnya hutan Borneo antara tahun 2000 hingga 2008 adalah karena kelapa sawit.
Pada akhir abad ke 20, para ilmuwan memperkirakan ada sekitar 300.000 orang utan liar yang tersisa. Bahkan ada peringatan yang menunjukkan bahwa mereka akan mengalami "tepi kepunahan".
Mengenai sifatnya, dibandingkan dengan simpanse, orang utan merupakan makhluk yang lembut. Terutama saat mereka masih muda. Menurut Fotografer Alain Scheoeder yang telah mendokumentasikan orang utan kepada 6 bulan mengatakan bahwa manusia akan melihat saudaranya saat melihat mata orang utan.
"Ketika melihat mata mereka, itu seperti saudara Anda," kata Alain
Tidak ada komentar:
Posting Komentar