Tak hanya sebagai tempat tinggal dan berkumpulnya etnis Tionghoa, Pecinan juga bisa dikunjungi sebagai tempat wisata menarik.
Chinatown atau yang biasa kita sebut dengan pecinan pada mulanya terbentuk karena maraknya migrasi yang dilakukan oleh masyarakat Tiongkok ke daerah-daerah luar Tiongkok untuk mencari peruntungan. Migrasi yang dilakukan ke daerah asing mengakibatkan adanya rasa aman jika mereka tinggal berkelompok.
Dari kebiasaan inilah pecinan terbentuk. Dilihat dari letak geografisnya, biasanya kawasan pecinan ini terletak di dekat pusat perdagangan karena kebanyakan mata pencaharian imigran Tiongkok pada masa itu adalah pedagang. Seperti yang dapat kita lihat, hampir di setiap negara terdapat kawasan Chinatown tersendiri, begitu pula di Indonesia. Contohnya seperti Kampung Ketandan di Yogyakarta dan Kampung Semawis di Semarang.
Sekarang, kawasan pecinan ini menjadi penanda diakuinya multikulturalisme di Indonesia. Kawasan pecinan ini juga menjadi salah satu tempat tujuan wisata yang menarik karena kentalnya kebudayaan Tionghoa masih sangat terasa di sana.
Menjelang atau setelah Imlek, tak jarang pula diadakan festival kebudayaan di kawasan pecinan tersebut. Antusiasme masyarakat di sekitar wilayah pecinan tersebut dalam mengikuti festival kebudayaan yang diadakan setiap tahun juga tergolong tinggi.
Pada festival kebudayaan tersebut, terdapat berbagai pertunjukan seni yang dihadiri oleh masyarakat dari berbagai latar belakang. Pertunjukan barongsai dan kesenian Tionghoa juga digelar di festival ini.
Ada pula berbagai kuliner dari berbagai daerah yang dapat dicicipi oleh para pengunjung. Festival kebudayaan ini menjadi salah satu tujuan wisata yang sangat menarik bagi masyarakat.
COVID-19 Bikin Pesawat Jumbo A380 Menghilang dari Langit?
Virus Corona atau COVID-19 juga jadi faktor kematian pesawat jumbo A380. Kenapa demikian dan apa alasannya?
Dilansir CNN, A380 sangat populer di mata traveler, namun biaya operasional pesawat ini amat mahal. Apalagi di tengah wabah Corona, kinerja maskapai sangat terpukul.
Lufthansa, Qantas, dan Air France telah mengandangkan Airbus 380. Sebab, ada penurunan tajam terkait tingkat keterisian kabin dan banyak pesawat yang lebih kecil terbang di keadaan hampir kosong.
Airbus sudah mengumumkan penghentian produksi pada 2019 lalu dengan pengiriman terakhir pada 2021. Namun, A380 menghilang dari langit lebih cepat karena COVID-19.
Lufthansa, mengandangkan 14 pesawat jumbo A380 di awal Maret hingga akhir Mei. Pesawat dua tingkat ini memiliki kapasitas 853 penumpang jika hanya terdapat satu kelas dan bila dipecah menjadi tiga kelas hanya menjadi 525.
Menurut situs aviasi Jerman, aero.de, ada memo internal tentang A380 Lufthansa di bulan ini. Pesawat itu hanya memiliki load factor sekitar 35%, artinya rata-rata penumpang yang diterbangkan pesawat itu hanya sejumlah 180 orang.
A380, kata John Grant dari AG Aviation Consultants, adalah pesawat yang berukuran terlalu besar untuk saat ini. Kini, banyak negara melakukan lockdown, meski harga BBM rendah, namun itu tidak berpengaruh.
Armada A380 Lufthansa yang sebelumnya terbang rute dari Jerman ke Los Angeles, Miami dan San Francisco serta tujuan lain di seluruh dunia, saat ini diparkir di bandara Frankfurt dan Munich.
Di sisi lain, maskapai Australia, Qantas mengumumkan pengandangan 12 pesawat A380-nya pada 10 Maret hingga pertengahan September. Dua pesawat lainnya sedang menjalani pemeliharaan.
Qantas akan menggunakan pesawat yang lebih kecil dalam melayani penumpang dan menjaga rute-rutenya tetap hidup. Maskapai ini juga melakukan pengurangan kapasitas penumpang hampir seperempat selama enam bulan ke depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar