Sebuah riset mengungkap 30 persen pasien COVID-19 mengalami gejala yang tidak kunjung hilang, bahkan pada kasus ringan. Terbanyak adalah keluhan fatigue atau kelelahan dan terganggunya kemampuan mengecap dan mencium bau.
Riset yang dilakukan di University of Washington ini menganalisis 117 pasien di wilayah Seattle, Amerika Serikat. Dengan pengamatan selama 9 bulan, diklaim ini adalah riset terpanjang sejauh ini.
Sebagian besar partisipan atau 85 persen mengalami gejala ringan saat masih dinyatakan sakit. Sebanyak 6 persen tidak bergejala, dan 9 persen dirawat di rumah sakit.
Secara umum, 32,7 persen pasien dengan gejala ringan dan 31,3 persen pasien yang dirawat di rumah sakit, mengalami gejala yang menetap selama 3-9 bulan berikutnya.
Keluhan menetap yang paling umum dirasakan adalah fatigue (13,6 persen), gangguan mencium dan mengecap (13,6 persen), dan keluhan lain sepperti nyeri otot, gangguan pernapasan, batuk, dan 'brain fog'.
"Riset kami menunjukkan bahwa konsekuensi kesehatan pada COVID-19 berlanjut jauh di luar infeksi akut, bahkan pada mereka yang mengalami sakit ringan," kata para peneliti di jurnal JAMA Network Open, dikutip dari Livescience.
Hingga saat ini tidak diketahui pasti kenapa beberapa pasien mengalami gejala yang menetap atau disebut Long Covid. Riset ini juga memiliki keterbatasan, yakni sampel yang hanya sedikit dan hanya di satu lokasi.
https://indomovie28.net/movies/air-strike/
Catat, Ini Anjuran Satgas COVID-19 Soal Pakai Masker Rangkap
Sejumlah pakar belakangan ini menyarankan pakai masker rangkap untuk meningkatkan perlindungan dari virus Corona. Dengan pemakaian yang tepat, merangkap masker bisa menurunkan risiko penularan hingga 90 persen.
Cara ini dianjurkan juga oleh Center of Disease Control and Prevention (CDC) di Amerika Serikat. Namun tentu tidak bisa sembarangan, ada aturan agar kombinasi masker ganda bisa memberikan perlindungan maksimal.
Lalu, bagaimanakah cara menggunakan masker rangkap dengan tepat?
Juru bicara Satgas COVID-19, Prof Wiku Adisasmito, dalam jumpa pers baru-baru ini menyampaikan beberapa anjuran tentang penggunaan masker ganda atau rangkap. Di antaranya:
Hindari masker yang memiliki katup udara karena berpotensi menjadi celah masuknya virus
Hindari menggunakan dua masker medis secara bersamaan
Masker KN95 sebaiknya tidak dirangkap masker lain.
"Salah satu cara yang baru direkomendasikan CDC adalah dengan menggunakan masker medis berlapis masker kain," jelasnya.
Cara lain untuk meningkatkan efektivitas penggunaan masker adalah sebagai berikut:
Menggunakan masker yang memiliki nose wire atau kawat di bagian hidung
Menggunakan penyangga masker yang elastis untuk meminimalisir celah udara
Mengikat karet telinga dan melipat masker apabila masker lebih besar dari ukuran wajah.
Rusia Laporkan Varian Terbaru Flu Burung H5N8, Mulai Tulari Manusia
- Rusia mendeteksi kasus pertama penularan strain flu burung H5N8 dari burung ke manusia pada Sabtu (20/2/2021) waktu setempat. Penemuan kasus oleh ilmuwan ini dilaporkan ke Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Flu burung dengan strain H5N8 antara lain mewabah di wilayah Rusia, Eropa, China, Timur Tengah, dan Afrika Utara. Strain yang menular ke manusia sejauh ini hanya H5N1, H7N9, dan H9N2.
Kepala Pengawas Kesehatan Rusia Rospotrebnadzor Anna Popova menyebut para ilmuwan dari laboratorium Vektor telah mengamankan materi genetik virus dari tujuh pekerja di peternakan unggas di Rusia Selatan, tempat wabah ditemukan pada Desember lalu.
Dia menambahkan, para pekerja tidak mengalami dampak kesehatan yang serius. Diyakini para pekerja tertular dari unggas di peternakan.
"Informasi mengenai transmisi pertama dunia dari flu burung H5N8 ke manusia telah kami sampaikan kepada WHO," ujar Popova, dikutip dari AFP.
Untuk diketahui, flu burung memiliki beberapa tipe turunan. Sementara, H5N8 menular dengan mudah pada unggas, Tetapi, sebelumnya tidak ada laporan bahwa virus terjangkit antar manusia.
Popova menyebut pihaknya belum mengetahui bila virus dapat bermutasi lebih jauh.
"Informasi mengenai mutasi virus belum bisa ditularkan dari manusia ke manusia memberi kita semua, seluruh dunia, waktu untuk bersiap menghadapi kemungkinan mutasi dan bereaksi secara tepat dan tanggap," tambahnya.
Pada Sabtu lalu, WHO mengkonfirmasi telah menerima pemberitahuan dari pemerintah Rusia terkait flu burung.
Selain itu, WHO menyebut infeksi manusia biasanya didapat melalui kontak langsung dengan hewan atau lingkungan yang terkontaminasi, tapi tidak terjadi penularan yang berkelanjutan di antara manusia.
H5N1 pada manusia dapat menyebabkan penyakit parah dan memiliki angka kematian sebesar 60 persen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar