Jumat, 19 Februari 2021

Gejala COVID-19 Paling Umum, Tak Biasa, dan Perlu Perawatan RS Menurut WHO

 Beragam gejala COVID-19 yang dikeluhkan pasien kerap berbeda. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat sejumlah gejala yang ditemukan paling umum hingga tak biasa.

"COVID-19 memengaruhi orang dengan cara yang berbeda. Kebanyakan orang yang terinfeksi akan mengalami gejala ringan hingga sedang dan pulih tanpa dirawat di rumah sakit," jelas WHO dalam situs resminya, dikutip Jumat (19/2/2021).


Namun, bagi mereka yang menjalani perawatan di rumah atau isolasi mandiri, perlu terus memantau kondisi, seperti mengecek saturasi oksigen lewat oximeter.


Panduan tersebut dikeluarkan WHO beberapa waktu lalu untuk memastikan seseorang aman menjalani isolasi mandiri di rumah atau perlu ke rumah sakit.


Gejala COVID-19 pun biasanya tak langsung muncul di awal terpapar. Sejauh ini, banyak pasien baru mengalami gejala selama kurang lebih satu minggu terinfeksi COVID-19.


"Rata-rata diperlukan waktu 5-6 hari sejak seseorang yang terinfeksi COVID-19 menunjukkan gejala, namun dapat juga memerlukan waktu hingga 14 hari," sebut WHO.


Gejala COVID-19 umum

Demam

Batuk

Kelelahan

Kehilangan kemampuan untuk merasa atau mencium bau

Gejala COVID-19 tak biasa

Sakit tenggorokan

Sakit kepala

Sakit dan nyeri

Diare

Ruam pada kulit atau perubahan warna pada jari tangan atau jari kaki

Mata merah atau iritasi pada mata

Gejala COVID-19 serius yang membutuhkan perawatan rumah sakit

Napas pendek atau sulit bernapas

Tak dapat berbicara, kehilangan mobilitas, atau merasa linglung

Nyeri dada

"Jika Anda menunjukkan satu dari gejala-gejala ini, segera hubungi penyedia layanan kesehatan atau fasilitas kesehatan dan minta bantuan medis," pesan WHO.

https://kamumovie28.com/movies/la-peur/


Mending PCR atau Rapid Test Antigen? Ini Pertimbangan Memilih Tes Corona


Bebagai jenis tes Corona saat ini mudah sekali diakses, dua yang cukup populer adalah RT PCR (real time polymerase chain reaction) dan rapid test antigen. Nah, bagaimana cara menentukan harus pakai yang mana?

Dokter spesialis mikrobiologi klinik dari Intibios Klinik, dr Enty, SpMK, menjelaskan ada kondisi tertentu yang membuat orang perlu memilih melakukan tes PCR atau antigen.


Dengan hasil yang lebih akurat, PCR disarankan untuk orang-orang yang tidak mengalami gejala, namun sempat bertemu dengan pasien COVID-19 yang sudah dinyatakan positif dalam 2 pekan terakhir.


Pasalnya, PCR lebih sensitif membaca virus. Orang yang terinfeksi virus namun tanpa gejala kemungkinan memiliki jumlah virus yang sedikit di tubuhnya. Dengan sensitivitas PCR, harusnya virus yang berjumlah sedikit tersebut bisa terdeteksi sehingga potensi hasil meleset bisa diminimalkan.


"PCR itu ibaratnya 10 copy saja bisa terdeteksi. Kalau antigen, dia butuh 1.000 - 10.000 copy baru bisa terdeteksi. Ada banyak faktor kenapa orang butuh PCR, atau butuhnya antigen. Pada orang yang tidak bergejala, antigen kurang tepat," terang dr Enty saat ditemui detikcom di Jakarta, Kamis (18/2/2021).


Meski begitu, orang yang mengalami gejala pun tetap disarankan untuk memilih tes Real Time PCR. Namun, memang pada kebanyakan kasus pasien bergejala, Rapid Test Antigen pun sudah mampu mendeteksi adanya virus pada tubuh.


"Apakah pada orang bergejala boleh dilakukan pemeriksaan PCR? Jawabannya tentu boleh, bahkan dianjurkan. Kenapa antigen jadi pilihan? Satu, dia cepat. Kedua, pada orang bergejala dia bisa punya sensitivitas tinggi. Tapi pada orang tidak bergejala, sensitivitasnya tidak setinggi pada orang yang bergejala," imbuhnya.

https://kamumovie28.com/movies/the-fear/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar