Monitor detak jantung yang terdapat pada Apple Watch telah menyelamatkan banyak nyawa penggunanya. Fiturnya tersebut kerap memberitahukan kepada pengguna akan adanya kemungkinan potensi masalah jantung dan diminta untuk diperiksa lebih lanjut ke medis.
Nah kini Apple akan memperluas fitur tersebut di mana dalam pengumuman dari University Health Network akan ada studi baru yang dipimpin oleh ahli jantung asal Kanada Dr Heather Ross dari Ted Rogers Center for Heart Research di mana mereka akan mencoba untuk menentukan apakah Apple Watch memiliki kemampuan untuk mendeteksi gagal jantung dini.
"Kami berpendapat bahwa data biometrik yang diperoleh dari Apple Watch dapat memberikan pengukuran kebugaran, penanda prognostik, dan sinyal peringatan dini yang sebanding, tepat, dan akurat, dibandingkan dengan diagnostik tradisional." kata Ross.
Deteksi dini penting untuk menangani kondisi kesehatan karena dalam beberapa kasus, mendeteksi masalah secara dini meningkatkan peluang untuk bertahan hidup dan pengobatan yang berhasil.
Studi ini akan berlangsung selama tiga bulan dan termasuk tindak lanjut selama dua tahun. Peserta akan diberikan Apple Watch Series 6 yang mencakup monitor oksigen darah dan iPhone.
"Kami sangat senang dapat berkolaborasi dengan UHN dan Dr Heather Ross untuk lebih memahami bagaimana sensor yang kuat di Apple Watch berpotensi membantu pasien menangani gagal jantung dengan lebih baik, dari kenyamanan rumah mereka sendiri," tambah Dr Sumbul Desai, Wakil Presiden Apple Health.
https://kamumovie28.com/movies/the-deal-2/
5 Fakta GeNose C19, Pendeteksi COVID-19 Buatan UGM
- GeNose C19 dijadikan sebagai opsi screening deteksi paparan COVID-19. Penggunaan teknologi karya anak bangsa ini sudah dimulai di sejumlah stasiun dan rencananya akan diperluas untuk membantu memulihkan mobilitas masyarakat.
"Tujuan GeNose adalah mencegah ada orang yang positif (COVID-19) di antara kita. Harapannya agar tidak terlalu khawatir karena sudah terseleksi sehingga pelan-pelan mulai timbul kepercayaan sehingga pariwisata dan mobilitas kita bergerak lagi," kata Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang PS Brodjonegoro saat meluncurkan GeNose C19 yang disiarkan secara virtual, Jumat (19/2/2021).
Berikut ini adalah rangkuman fakta-fakta menarik mengenai alat screening COVID-19 GeNose C19:
1. Dikembangkan oleh UGM
GeNose dibuat dan dikembangkan oleh gabungan tim ahli dari Universitas Gajah Mada (UGM), Yogyakarta, yang dipimpin oleh Ketua Tim Pengembang GeNose Kuwat Triyatna. Alat ini sudah melalui tahap uji diagnostik atau uji klinis yang disebar di sejumlah rumah sakit di Indonesia akhir 2020.
Saat ini GeNose C19 sudah mengantongi izin edar dari pemerintah per 24 Desember 2020. UGM mengklaim GeNose siap diproduksi hingga 5.000 unit pada Februari 2021.
2. Sudah dikembangkan sejak 2010
Tim UGM rupanya sudah mengembangkan alat ini sejak 2010. Saat itu peruntukannya adalah mendeteksi tuberkulosis atau TBC dari embusan napas. Ketika datang pandemi COVID-19, tim UGM pun memodifikasinya sedemikian rupa sehingga bisa digunakan untuk screening COVID-19.
Pola pendeteksian TBC sama dengan screening COVID-19 saat ini yaitu memanfaatkan uap napas atau volatile organic compound (VOC). Pada orang yang sudah terpapar virus, VOC akan menunjukkan apakah orang tersebut terjangkit virus Corona atau tidak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar