Seorang bayi disebut terinfeksi varian baru Corona. Bayi asal Washington ini disebut memiliki jumlah virus atau viral load 51.418 kali lebih tinggi daripada pasien Corona lainnya.
Masih belum jelas seberapa umum atau seberapa berisiko yang menginfeksi bayi tersebut. Namun, temuan awal para peneliti menunjukkan ada delapan kasus lain di wilayah Atlantik tengah Amerika Serikat dengan varian yang sama, berdasarkan studi yang belum peer reviewed.
Varian baru pada bayi tersebut berhasil diidentifikasi ketika para peneliti mengurutkan genom virus dari bayi, yang dirawat pada September dan kini sudah pulih, lapor Ariana Eunjung Cha dari Post.
Varian baru Corona tersebut, kata para peneliti, memiliki jenis atau struktur protein spike yang berbeda, sehingga membuat COVID-19 lebih menular. Namun varian ini belum bisa dibuktikan berkaitan dengan banyaknya jumlah virus pada bayi tersebut.
"Bisa jadi kebetulan sekali," kata Roberta DeBiasi, kepala penyakit menular di Rumah Sakit Nasional Anak Washington DC, tempat sang bayi sebelumnya dirawat, dikutip dari Business Insider.
"Tetapi kaitannya cukup kuat. Jika Anda melihat pasien yang memiliki lebih banyak virus secara eksponensial dan itu adalah varian yang sama sekali berbeda, mungkin itu berkaitan," tambahnya.
Sementara ini, menurut data keseluruhan anak-anak cenderung tak mengalami kasus COVID-19 parah. Meski begitu, Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menyebut setiap orang memang berisiko tertular hingga menularkan COVID-19.
Kasus COVID-19 parah pada anak-anak memang jarang terjadi, tetapi tetap ada. Beberapa kasus Corona yang ditemukan bahkan berkaitan dengan efek samping yang serius dan jangka panjang, termasuk kerusakan otak.
https://cinemamovie28.com/movies/bounty-hunters/
Singapura Kedatangan Vaksin Corona Sinovac, Tinggal Tunggu Izin Penggunaan
Singapura telah menerima pengiriman pertama vaksin Corona buatan Sinovac Biotech pada Selasa (23/2/2021). Namun, vaksin ini belum dapat digunakan, karena masih menunggu persetujuan penggunaan dari otoritas kesehatan setempat.
Dikutip dari The Straits Times, Kementerian Kesehatan Singapura mengatakan bahwa produsen vaksin Sinovac telah mengirimkan data awal ke Health Sciences Authority (HSA) untuk proses persetujuan penggunaan.
"HSA saat ini sedang menunggu penyerahan semua informasi yang diperlukan Sinovac untuk melakukan penilaian ilmiah menyeluruh dari proses pembuatan, keamanan, dan kemanjuran vaksin di bawah rute akses khusus pandemi (PSAR)," ungkap Kementerian Kesehatan Singapura.
Singapura sejauh ini telah menyetujui penggunaan vaksin Corona buatan Pfizer dan Moderna melalui PSAR.
Sebagai syarat otorisasi, produsen vaksin harus memantau kemanjuran vaksin secara jangka panjang untuk menentukan durasi perlindungan pengguna terhadap COVID-19. Mereka juga diharuskan untuk terus menindaklanjuti keamanan produk untuk jangka waktu yang lebih lama demi menjamin keamanan vaksin.
Pemerintah Singapura pun menargetkan untuk memvaksin COVID-19 seluruh warganya yang berjumlah hampir 6 juta jiwa pada akhir 2021.
Sejauh ini, Singapura telah mencatat hampir 60 ribu kasus COVID-19 di negaranya dan hanya ada 29 orang yang meninggal akibat infeksi virus Corona
Tidak ada komentar:
Posting Komentar