Kasus infeksi COVID-19 di Indonesia masih terus bertambah setiap harinya. Pemerintah melaporkan penambahan 10.029 kasus baru COVID-19 pada hari Selasa (16/2/2021) sehingga total pasien terkonfirmasi saat ini adalah 1.233.959 pasien.
Jika dilihat dari jumlah kasus konfirmasi per hari ini, angkanya terlihat menurun. Hanya saja, pemeriksaan spesimen juga mengalami penurunan dibandingkan hari-hari biasanya.
Per Selasa (16/2/2021) jumlah spesimen yang diperiksa sebanyak 28.167 dan menghasilkan kasus positif 10.029 orang dan menjadikan angka positivity rate di Indonesia sebesar 35,60 persen.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) angka ideal positivity rate COVID-19 maksimal 5 persen. Artinya, per hari ini, angka positivity rate Indonesia tujuh kali lipat lebih tinggi dari standar WHO.
Positivity rate adalah persentase jumlah kasus positif COVID-19 dengan membadungkan jumlah tes dengan orang yang positif. Positivity rate dihitung dari kasus positif COVID-19 dibagi jumlah orang yang diperiksa, kemudian dikali 100 persen.
Berikut data positivity rate di Indonesia sepekan terakhir:
16 Februari
Jumlah spesimen: 28.167
Konfirmasi positif: 10.029
Positivity rate: 35,60 persen
15 Februari
Jumlah spesimen: 26.379
Konfirmasi positif: 6.462
Positivity rate: 24,49 persen
14 Februari
Jumlah spesimen: 35.849
Konfirmasi positif: 6.765
Positivity rate: 18,87 persen
13 Februari
Jumlah spesimen: 37.816
Konfirmasi positif: 8.844
Positivity rate: 23,38 persen
12 Februari
Jumlah spesimen: 53.957
Konfirmasi positif: 9.869
Positivity rate: 18,29 persen
11 Februari
Jumlah spesimen: 71.511
Konfirmasi positif: 8.435
Positivity rate: 11,79 persen
10 Februari
Jumlah spesimen: 70.312
Konfirmasi positif: 8.776
Positivity rate: 12,48 persen
https://indomovie28.net/movies/younger-sister/
Diprakarsai dr Terawan, Vaksin Corona Nusantara Masuk Uji Klinis Fase II
Selain vaksin Merah Putih, ternyata saat ini ada vaksin COVID-19 buatan anak bangsa yaitu vaksin Nusantara. Tahapannya kini masuk uji klinis fase II.
Vaksin tersebut menggunakan teknologi sel Dendritik di mana satu vaksin dibuat hanya diperuntukkan untuk satu orang sehingga disebut aman bagi orang yang memiliki komorbid. Mantan Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto yang juga pemrakarsa pembuatan vaksin Nusantara hari ini melihat persiapan uji klinis fase II di RSUP dr. Kariadi Semarang.
Terawan mengatakan kerjasama antara PT. Rama Emerald Multi Sukses (Rama Pharma) bersama AIVITA Biomedical asal Amerika Serikat, Universitas Diponegoro (Undip), dan RSUP dr. Kariadi Semarang melakukan pengembangan dan uji klinis Vaksin Nusantara.
"Uji klinis I yang selesai dengan hasil baik, imunitas baik dan hasil safety. Kan uji klinis I mengontrol safety dari pasien. Dari 30 pasien imunogenitasnya baik," jelasnya.
Dijelaskan, vaksin berasal dari sel dendritik autolog (komponen dari sel darah putih) yang dipaparkan dengan antigen protein S dari SARS-COV-2. Sel dendritik yang telah mengenal antigen akan diinjeksikan ke dalam tubuh kembali. Di dalam tubuh, sel dendritik tersebut akan memicu sel-sel imun lain untuk membentuk sistem pertahanan memori terhadap SARS COV-2.
"Vaksin berbasis dendritik sel. Dikenalkan dengan antigen COVID- 19 jadi punya memori COVID-19. Proses simpel dengan inkubasi seminggu kemudian jadi vaksin individual dan disuntikkan," tandasnya.
Konsep vaksinasi general diubah personal menurut Terawan cukup penting karena kondisi komorbid masing-masing individu berbeda. Meski demikian ia bisa memastikan produksi massal tetap bisa dilakukan walau sifatnya individual.
"Jadi orang pikir tidak bisa produk massal. Bahkan bisa sebulan bisa 10 juta, bisa dilakukan," ujarnya.
Berbagai proses sudah dilalui dalam pengembangan vaksin tersebut antara lain yaitu mulai 12 Oktober 2020 yaitu penetapan Tim Penelitian Uji Klinis Vaksin Sel Dendritik oleh Kemenkes KMK No. HK.01.07/MENKES/2646/2020.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar