Jumat, 19 Februari 2021

Uji Klinis Vaksin Nusantara dr Terawan Dibiayai Litbangkes Kemenkes RI

  - Vaksin Nusantara berbasis sel dendritik yang diprakarsai mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto sudah menyelesaikan uji klinis Fase I. Melibatkan 27 relawan, peneliti menyebut tak ada efek samping serius yang dilaporkan.

"Ini selesai di akhir Januari. Proses fase dua setelah dapatkan persetujuan BPOM. Hasil Alhamdulillah dari 27 subyek, 20 keluhan ringan. Ada keluhan sistemik dan lokal. Hanya ada 20 keluhan. Ringan dan membaik tanpa obat. Sama kayak vaksin lain. Efektivitasnya ada peningkatan antibodi pada minggu keempat," kata Yetty di RSUP dr Kariadi Semarang, Rabu (17/2/2021).


Vaksin Nusantara yang nantinya akan menjalani uji klinis Fase II dengan melibatkan 180 relawan ini sebelumnya bekerja sama dengan Badan Litbangkes (Penelitian dan Pengembangan Kesehatan) Kemenkes RI. Penelitian yang dilakukan didukung pembiayaannya oleh Litbangkes.


"Jawabannya iya kita yang membiayai," demikian konfirmasi Kepala Badan Litbangkes dr Slamet, MHP dalam konferensi pers FKUI terkait Studi Recovery di Indonesia Jumat (19/2/2021).


Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K Lukito menyebut belum bisa menentukan kapan uji klinis Fase II vaksin Nusantara akan disetujui. Pasalnya, data uji klinis Fase I baru diterima BPOM.


"Kami baru menerima hasil uji klinik Fase I-nya, jadi masih dievaluasi oleh timnya direktur registrasi dari BPOM dengan tim ahli untuk kelayakannya apakah bisa segera kita keluarkan protokol untuk uji Fase II-nya ya karena hasil dari Fase I-nya baru kami terima," jelas Penny.


Bisakah sebenarnya teknologi dendritik digunakan untuk vaksin COVID-19?

Menurut ahli penyakit tropik dan infeksi dari RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), dr Erni Juwita Nelwan, SpPD, sebetulnya vaksin dengan teknologi sel dendritik akan sangat rumit dipakai untuk vaksin COVID-19.


Di sisi lain, pembiayaan yang dikeluarkan dalam teknologi sel dendritik ini pun terbilang mahal.


"Bahwa dendritik sel itu memang akan teraktivasi pada sebagian besar infeksi virus," sebutnya.


"Tetapi kalau kita membuat dendritik sel ini sebagai basic untuk kemudian bisa menjadikannya sebagai vaksin saya rasa secara keilmuwan ini akan sangat luar biasa sulit dan mungkin bisa jadi mahal, itu dari sisi manufacturingnya, pembuatannya," lanjut dr Erni.


Begitu pula dengan saran dari pakar kesehatan Prof Dr dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, masyarakat diminta untuk tetap menunggu tahapan uji klinis vaksin Nusantara.


"Jadi sekali lagi buat masyarakat semua artinya dengan adanya vaksin Nusantara, kita tetap harus menunggu dari tahapan hasil uji klinis tersebut," pungkasnya.

https://kamumovie28.com/movies/catatan-harian-si-boy/


Dinyatakan Sembuh Tapi PCR Positif, Masih Bisa Menularkan Corona?


Tak jarang pasien yang sudah dinyatakan sembuh dari COVID-19 ternyata masih menunjukkan hasil positif dalam tes PCR. Tes ini biasanya dilakukan secara mandiri untuk memastikan dirinya sudah benar-benar sembuh dari infeksi Corona.

Namun tak perlu khawatir, Ketua Satgas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof Zubairi Djoerban menegaskan tes PCR positif pada pasien yang sudah dinyatakan sembuh atau selesai isolasi tak lagi menularkan Corona.


"Setelah dinyatakan sembuh, pasien OTG dan bergejala ringan itu tidak akan menularkan virus. Yang penting, mereka telah menjalani karantina atau isolasi mandiri sejak tes PCR konfirmasi positif," tulis Prof Zubairi dalam akun Twitter miliknya, dikutip detikcom, Jumat (19/2/2021).


Hasil tes PCR positif pada orang yang telah dinyatakan sembuh tidak mencerminkan virus Corona yang lengkap. Dengan kata lain, yang terdeteksi pada tes PCR tersebut hanya partikel dari COVID-19 yang tidak lagi menular.

https://kamumovie28.com/movies/catatan-si-boy-5/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar