Kamis, 25 Februari 2021

Peneliti Temukan Mutasi Corona 'Hybrid', Tanda Fase Baru COVID-19?

  Dua varian COVID-19 dilaporkan telah bergabung menjadi versi virus Corona yang bermutasi, memicu peringatan bahwa pandemi mungkin memasuki fase baru. Peristiwa rekombinasi ini ditemukan dalam sampel virus Corona di California.

Dikutip dari NewScientist, mutasi virus 'hybrid' ini adalah hasil rekombinasi dari varian B117 asal Inggris dan varian B1429 dari California. Belum diketahui seberapa besar ancaman yang dapat ditimbulkan oleh rekombinasi tersebut, tetapi jika dikonfirmasi, itu akan menjadi yang pertama terdeteksi dalam pandemi.


Tidak seperti mutasi biasa, rekombinasi dapat menyatukan banyak mutasi sekaligus. Rekombinasi dapat menyebabkan munculnya varian baru dan bahkan lebih berbahaya, meski belum jelas seberapa besar ancaman yang mungkin ditimbulkan oleh peristiwa rekombinasi pertama ini.


Rekombinasi ini ditemukan di Laboratorium Nasional Los Alamos California. Bette Korber, ahli biologi komputasi di laboratorium yang membuat penemuan itu, mengatakan ada bukti yang "cukup jelas" dari hibrida tersebut dalam basisdata genom virus yang dihimpunnya.


"Peristiwa semacam ini dapat memungkinkan virus untuk menggabungkan virus yang lebih menular dengan virus yang lebih kebal," kata Korber.


Korber baru melihat satu genom rekombinan itu di antara ribuan sekuensing yang dia lakukan. Belum diketahui pula apakah virus itu ditularkan dari satu orang ke orang lain atau hanya di satu orang.

https://cinemamovie28.com/movies/living-with-my-cousin/


Menetap Sampai 72 Jam, Corona Paling Lama Bertahan di Jenis Pakaian Apa?


 Peneliti dari De Montfort University mengungkap COVID-19 bisa bertahan lama di pakaian, bahkan bertahan hingga 72 jam.

Menurut studi, penularan bisa terjadi dari jejak COVID-19 di permukaan pakaian. Jejak Corona di permukaan pakaian juga bisa berpindah ke permukaan lainnya.


Studi yang dipimpin pakar mikrobiologi Dr Katie Laird dan ahli virologi Dr Maitreyi Shivkumar meneliti keberlangsungan hidup SARS-CoV-2 pada polyester, polycotton dan 100 persen berbahan katun.


Pemilihan jenis pakaian berdasarkan banyaknya seragam tenaga medis dan pakaian umum yang menggunakan ketiga bahan tersebut.


Bagaimana temuannya?


Temuan mereka menunjukkan, baju berbahan polyester memiliki risiko tertinggi penularan COVID-19, yaitu bisa bertahan hingga tiga hari.


Sementara pada pakaian berbahan katun virus Corona bisa bertahan selama 24 jam. Lain halnya dengan pakaian berbahan polycotton, hanya menetap selama enam jam.


Maka dari itu, ia menyarankan untuk semua orang termasuk tenaga kesehatan rutin mencuci dan mengganti pakaian mereka selama di rumah sakit.


"Ketika pandemi pertama kali dimulai, sangat sedikit pemahaman tentang berapa lama virus Corona dapat bertahan hidup di pakaian," sebut Dr Laird kepala kelompok penelitian penyakit menular di DMU.


"Temuan kami menunjukkan bahwa tiga dari pakaian yang paling umum digunakan dalam perawatan kesehatan menimbulkan risiko penularan COVID-19," bebernya.


Ia juga mewanti-wanti untuk memperhatikan saat mencuci baju. Sebab, beberapa pakaian yang dicuci di mesin cuci biasa tidak menghilangkan jejak COVID-19.


"Meskipun kami dapat melihat dari penelitian bahwa mencuci bahan-bahan ini pada suhu tinggi dapat menghilangkan virus Corona," tuturnya sambil menyarankan untuk merendam terlebih dahulu baju bekas pakai di air dengan suhu tinggi.

https://cinemamovie28.com/movies/national-sexuality-management-committee/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar