Hari Valentine sudah menghampiri tapi masih jomblo juga. Alhasil, cara paling mudah untuk mendapatkan pasangan bisa dilakukan dengan cara berseluncur di platform aplikasi kencan seperti Tinder.
Kencan digital memang jadi pilihan banyak orang untuk menjalin cinta di masa New Normal saat pandemi COVID-19. Aplikasi kencan menjadi cara untuk mencari hubungan cinta, salah satunya Tinder.
Dirangkum detikINET dari Notable Life, Minggu (14/2/2021) ini tipsnya supaya dapat swipe kanan di Tinder:
1. Mulai dari profil
Penting sekali untuk memperhatikan kesan pertama. Berilah kesan pertama yang positif ketika mulai mencari teman kencan di aplikasi online.
Pastikan kamu memakai foto yang menonjolkan kepribadian menarik kamu. Sebisa mungkin pasang foto terbaru milik kamu.
2. Cari jam yang ramai
Kamu wajib mengetahui 'peak hour' atau waktu di mana pemakai aplikasi mencapai jumlah terbanyak. Biasanya orang paling aktif membuka sosial media saat makan siang atau saat malam hari sebelum tidur.
3. Jangan terlalu pemilih
Boleh saja memilih-milih, tapi bukan berarti kamu jadi fokus pada sisi negatif orang yang ada di layar saja. Kalau kamu terlalu pemilih, agak sulit untuk menemukan orang yang sesuai dengan kriteria idaman kamu. Karena pastinya, nggak akan ada orang yang sama persis dengan harapan mau sejauh apapun kamu mencarinya.
4. Persiapkan hal lebih
Sudah dapat swipe kanan di Tinder, tidak berhenti di sana saja kan, detikers? Perlu ada penjajakan yang kamu lakukan dengan teman kencan. Penting sekali untuk menjadi pendengar yang baik saat pertama berkenalan dan cukup menceritakan hal-hal sederhana namun menarik untuk membuat si dia penasaran. Dengan begitu, ia pasti ingin berkenalan lebih jauh.
https://tendabiru21.net/movies/the-secret-to-be-told-relationship-with-my-aunt/
China Tolak Serahkan Data Kunci Asal Muasal COVID-19 ke WHO
Pemerintah China menolak berbagi data kunci tentang kasus awal COVID-19 kepada tim ilmuwan internasional yang menyelidiki bagaimana pandemi dimulai.
Para peneliti telah meminta data mentah 174 kasus COVID-19 pertama yang diidentifikasi di Wuhan, China selama Desember 2019, serta kasus lainnya. Namun tim yang dibentuk oleh organisasi kesehatan dunia WHO tersebut hanya diberi ringkasan dari kasus-kasus awal tersebut.
"Memiliki data pasien yang begitu rinci dari awal wabah adalah 'praktik standar' untuk penyelidikan wabah," kata Dominic Dwyer, pakar penyakit menular Australia dan anggota tim WHO seperti dikutip dari Reuters.
Dwyer menekankan bahwa data pada 174 kasus tersebut sangat penting karena hanya setengahnya yang terkait dengan pasar makanan laut Huanan, yang pada awalnya dianggap sebagai sumber wabah COVID-19.
"Itu sebabnya kami bersikeras meminta itu. Mengapa mereka tidak menyerahkannya, saya tidak bisa berkomentar. Entah itu terkait politik, waktu, atau memang sulit. Tapi apakah ada alasan lain mengapa datanya tidak tersedia, saya tidak tahu. Orang hanya akan berspekulasi," jelas Dwyer.
Pengungkapan ini disampaikan beberapa hari setelah tim peneliti internasional menyelesaikan misi mereka di Wuhan. Kabar ini meningkatkan kekhawatiran bahwa China terus berupaya menggagalkan penyelidikan COVID-19, serta keraguan bahwa penyelidikan WHO akan menghasilkan informasi baru yang dapat dipercaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar