Virus Corona varian Delta diperkirakan 40 persen lebih mudah menular daripada varian Alpha yang menyebabkan gelombang COVID-19 terakhir di Inggris.
Pernyataan ini pun disampaikan Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock pada Minggu (6/6/2021) kemarin. Ia menambahkan, orang yang telah menerima dua dosis vaksin COVID-19 seharusnya terlindungi dari kedua varian virus tersebut.
"Angka ini, sekitar 40 persen lebih menular, itu saran terbaru yang saya keluarkan," jelas Hancock kepada Sky News.
Varian Delta yang juga dikenal sebagai varian B1617, saat ini menjadi strain dominan di Inggris menurut Public Health Inggris.
Sedangkan varian Alpha, yang sebelumnya dikenal sebagai varian Kent, memaksa Inggris melakukan lockdown pada Januari. Hancock mengatakan, 40 persen tersebut berasal dari badan penasihat ilmiah pemerintah Inggris, SAGE.
Vaksinasi efektif
Meski demikian, Hancock menekankan bahwa mereka yang telah mendapatkan dua dosis vaksin virus Corona seharusnya terlindungi dari gejala akibat varian Delta.
Public Health Inggris menyebutkan pada bulan lalu bahwa penelitian menunjukkan dua dosis vaksin COVID-19 efektif melawan varian Kent dan Delta.
"Saran ilmiah terbaik yang saya miliki pada tahap ini adalah, setelah menerima satu suntikan, itu tidak cukup efektif melawan varian Delta, tetapi setelah kedua suntikan, itu baru efektif," kata Hancock kepada BBC.
Varian B1617 ini juga sudah ada di Indonesia. Berikut wilayah yang sudah kemasukan virus Corona 'Delta'.
- DKI Jakarta
- Jawa Tengah
- Sumatera Selatan
- Kalimantan Tengah
https://maymovie98.com/movies/the-unnamable-ii/
Terungkap, Ini Alasan Kasus Jamur Hitam di India Membludak
Kasus infeksi jamur hitam atau mucormycosis menyeruak seiring gelombang tsunami COVID-19 di India. Peneliti meyakini, kasus ini sebenarnya memang sudah banyak terjadi di India sebelum pandemi COVID-19. Penyebabnya tak lain tingginya kasus diabetes yang tak terkontrol di negara tersebut.
"Mucormycosis sangat terkait dengan kasus diabetes yang tidak terkontrol dan banyak terjadi di India," ujar pakar infeksi jamur dari Universitas Manchester, dr David Denning, dikutip dari BBC, Senin (7/6/2021).
Menurutnya, masalah jamur hitam di India ini kian runyam lantaran infeksi jamur hitam tak mudah dideteksi. Beberapa penelitian pun menyebut, kasus infeksi jamur hitam kerap sulit didiagnosis lantaran pengumpulan sampel jaringan yang sulit dan kurang sensitivitas tes diagnostik.
Infeksi jamur hitam ini sudah terjadi di sekitar 38 negara sebelum ada pandemi COVID-19. Menurut Leading International Fungal Education, 2 negara dengan kasus tertinggi yakni India dan Pakistan.
Penelitian terbaru menunjukan, 94 persen pasien COVID-19 yang terinfeksi jamur hitam di dunia memiliki riwayat diabetes. 71 persen di antaranya dilaporkan dari India.
"Ada banyak diabetes yang tidak terkontrol di India karena orang tidak melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur," kata Dr Hariprasath Prakash dari International School of Medicine di Kyrgyzstan.
Menurutnya, minimnya pemeriksaan kesehatan membuat banyak masyarakat India baru mengetahui riwayat diabetesnya ketika sudah mengidap penyakit komplikasi lainnya, seperti infeksi jamur hitam. Padahal, jamur hitam bukan satu-satunya ancaman penyakit komplikasi pada pengidap diabetes.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar