Rabu, 24 Maret 2021

Inggris Imbau Warga Waspada Sakit Kepala dan Memar Usai Vaksinasi COVID-19

 Otoritas produk kesehatan Inggris menyarankan mereka yang mengalami sakit kepala hingga 4 hari dan memar setelah vaksinasi COVID-19 segera mencari bantuan medis.

Medicines and Healthcare Products Regulatory Agency (MHRA) menyarankan tiap orang yang mengalami memar parah usai menerima vaksin COVID-19 untuk diperiksa karena bisa jadi tanda pembekuan darah langka.


Ahli kesehatan Inggris Dr June Raine mengatakan orang dengan kondisi tersebut, sakit kepala dan memar berhari-hari usai vaksin, harus segera mengunjungi fasilitas kesehatan. Terlebih sebelumnya ada laporan kasus trombosis vena sinus serebral (CSVT) beberapa saat setelah suntik vaksin AstraZeneca.


"Jenis pembekuan darah ini bisa jarang terjadi secara alami pada orang-orang yang tidak divaksinasi dan yang divaksinasi" katanya dikutip dari The Sun.


Meski demikian, ia menegaskan hubungan antara vaksin COVID-19 dan pembekuan darah masih belum jelas dan sangat jarang terjadi. Kejadian trombosis vena sinus serebral dilaporkan hanya terjadi pada sedikit orang di antara 11 juta yang menerima vaksin.


Badan Obat-obatan Eropa (EMA) mengungkapkan bahwa vaksin AstraZeneca aman untuk digunakan.


Emer Cooke, direktur eksekutif EMA, menegaskan bahwa manfaatnya dalam melindungi orang dari virus corona, menekan angka kematian, dan rawat inap di rumah sakit justru lebih besar daripada risikonya.


"Komite juga menyimpulkan bahwa vaksin AstraZeneca tidak terkait dengan meningkatkan risiko kasus tromboemboli atau pembekuan darah," jelasnya.

https://nonton08.com/movies/hollywood-adventures/


Jenggot Disebut Ganggu Fungsi Masker Cegah Corona, Haruskah Dicukur?


- Jenggot disebut ahli bisa mengganggu efektivitas masker dalam melindungi dari risiko infeksi COVID-19. Terlebih pada jenggot yang tebal, celah antara masker dengan wajah dapat mempermudah masuknya virus Corona ke area wajah.

Profesor klinis asosiasi dermatologi di Yale School of Medicine, dr Mona Gohara, menjelaskan masker yang tidak menempel rapat dengan permukaan wajah bisa membuat jalur keluar-masuk virus. Maka itu, penting untuk menggunakan masker secara benar untuk menekan risiko penularan penyakit.


Para peneliti memahami mencukur jenggot hingga habis bukanlah perkara mudah bagi banyak orang. Sebab, jenggot berfungsi mengekspresikan diri dan menambah kepercayaan diri. Bahkan dalam beberapa ajaran kepercayaan, jenggot memang dianjurkan dipelihara.


Namun para peneliti percaya, menggunakan masker menjadi cara yang paling bisa diupayakan untuk meminimalkan risiko penyebaran virus.


"Celah kecil akan membuat kebocoran udara masuk ke hidung saat menghirup, atau menyebarkan virus saat menghembuskan nafas," ujar Prof Qingyan Chen dari Purdue University, Indiana, dikutip dari CNN, Kamis (24/3/2021).


Mencukur jenggot tak menjadi satu-satunya solusi. Yang terpenting untuk memaksimalkan fungsi perlindungan masker, upayakan masker serapat mungkin dengan permukaan wajah.


Misalnya, dengan menggunakan masker 2 lapis alias dirangkap atau double-masking. Selain itu, gunakan masker dengan model strap senyaman mungkin agar masker tidak longgar di wajah dan kain masker bisa menutupi area mulut, hidung, serta dagu dengan benar.


"Jika masker bisa dapat menutupi jenggot sepenuhnya, (seharusnya) tidak ada masalah. Jika tidak, jenggot kemungkinan besar membuat celah antara permukaan wajah dengan masker. Kecuali, jika masker dikencangkan dengan erat," imbuh Prof Chen.

https://nonton08.com/movies/cock-o-the-walk/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar