Kamis, 25 Maret 2021

Menkes: Tak Ada Jaminan 'Cucu' SARS Cov 2 Tak Datang di Masa Depan

 Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut sebelum terjadinya pandemi COVID-19, 17 tahun lalu sudah lebih dulu mewabah virus Corona SARS-CoV-1. Hingga kemudian lahirlah 'cucu' SARS-CoV-2 yang kemudian dinamai Coronavirus Disease 2019 (COVID-19).

Menkes menyebut tak ada antisipasi atau kewaspadaan yang dilakukan pemerintah untuk menanggapi kemungkinan munculnya COVID-19 yang kini sudah menginfeksi lebih dari 100 juta orang dan membunuh lebih dari 2,6 juta orang.


"Malah triliunan US dollar dihabiskan pada ketahanan atau persenjataan dengan asumsi sesama manusia yang saling bunuh, seperti perang dunia 1 dan perang dunia 2. Tapi ternyata ada makhluk yang namanya virus," bebernya dalam webinar UI, Kamis (25/3/2021).


Menurut Budi, kemunculan pandemi sejak Ebola hingga HIV perlu menjadi perhatian bersama. Pasalnya, tak ada yang bisa menjamin pandemi berikutnya akan tiba.


Untuk itu, Budi menyebut tengah menyiapkan pentingnya teknologi dan infrastruktur dalam kesehatan yang siap memerangi kemungkinan pandemi lain selain COVID-19. Salah satu yang disinggung soal testing berbagai jenis virus dan bakteri.


"Tak ada jaminan SARS-CoV-2, SARS-CoV-3 nggak akan datang lagi. Harus bangun sistem ketahanannya dari sekarang untuk anak cucu kita agar jangan sampai kena ratusan ribu," lanjutnya.


"Bagaimana kita harus punya teknologi dan infrastruktur di testing terhadap berbagai jenis virus dan bakteri. Kita harus bangun departemen mikrobiologi. Kita harus bangun kemampuan riset vaksin di dalam negeri yang teknologi baru. RNA based atau vector based agar nanti datang lagi kita siap," pungkasnya.

https://cinemamovie28.com/movies/the-youth-2/


ITAGI: Penggunaan Vaksin AstraZeneca Mempertimbangkan Manfaat-Risiko


Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan dan Badan POM telah kembali melanjutkan penggunaan vaksin AstraZeneca dalam program vaksinasi COVID-19 nasional. Hal ini mengingat manfaat vaksin AstraZeneca jauh lebih besar jika dibandingkan risikonya.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam sekaligus anggota Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), Dr. dr. Kuntjoro Harimurti menyampaikan hasil penelitian vaksin AstraZeneca sejauh ini cukup aman. Namun, memang masih ditemukan beberapa kasus penggumpalan darah dan penurunan jumlah trombosit pasca vaksinasi di sejumlah negara Eropa.


"Namun, kalau lihat dari angkanya sebenarnya sangat kecil sekali hanya sekitar 7 kasus dari 20 jutaan vaksinAstraZeneca yang sudah disuntikkan," ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (25/3/2021).


Lebih lanjut Dr. Kuntjoro menegaskan hingga saat ini belum ditemukan hubungan pasti antara penyuntikan vaksin dengan kejadian pembekuan darah dan penurunan trombosit.


"Dalam ilmu epidemiologi, kita mencari hubungan antara 2 hal. Dalam hal ini, satu halnya adalah penyuntikan vaksin AstraZeneca, yang kedua adalah kejadian efek samping tersebut. Sebenarnya kalau mau fair kita harus melihat berapa sebenarnya kejadian pembekuan darah dengan penurunan trombosit tersebut pada populasi yang tidak atau sudah divaksinasi AstraZeneca," jelasnya.


Ia juga mengungkapkan dalam dunia kedokteran, khususnya bidang epidemiologi, risk dan benefit ratio menjadi hal yang dipertimbangkan dari sebuah kasus. Bahkan, hal ini juga direkomendasikan oleh World Health Organization (WHO).


"Jika manfaatnya lebih tinggi dibanding risikonya, maka kita tetap menganjurkan obat atau dalam hal ini vaksin tersebut. WHO juga merekomendasikan hal yang serupa," katanya.

https://cinemamovie28.com/movies/line-walker-2-invisible-spy/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar