Sabtu, 27 Maret 2021

Update WHO Terkait Perkembangan Varian COVID-19 di Dunia

  Dalam laporan terbaru situasi pandemi COVID-19 per 23 Maret 2021, WHO memberikan informasi perkembangan varian COVID-19. Setidaknya ada tiga varian yang jadi perhatian yaitu B117 atau varian Inggris, B1351 atau varian Afrika Selatan, dan P1 atau varian Brasil.

Tiga varian tersebut masuk dalam kategori varian of concern (VOC) karena terbukti memiliki mutasi yang bersifat signifikan. Artinya varian bisa memiliki dampak dalam hal menyebabkan penyakit, tingkat penularan, menghindari imunitas, efikasi vaksin, dan kemampuan deteksi alat tes.


Untuk varian Corona B117 yang pertama kali dilaporkan Inggris, WHO menyebut ada bukti varian bisa menyebabkan infeksi yang lebih parah dan meningkatkan tingkat kematian. Varian juga bisa sampai 75 persen lebih menular dan berdampak membuat alat tes yang menargetkan gen S meleset.


Kabar baiknya varian Corona B117 belum terbukti berdampak besar terhadap efikasi vaksin COVID-19 yang tersedia saat ini.


"Tidak ada dampak signifikan terhadap kemampuan netralisasi usai vaksinasi oleh Moderna, Pfizer-BioNTech, Oxford-AstraZeneca, Novavax, dan Bharat," tulis WHO seperti dikutip dari situs resminya pada Kamis (25/3/2021).


Pada varian B1351 yang pertama kali dilaporkan di Afrika Selatan, bukti terbaru menyebut ada peningkatan kematian sampai 20 persen dibanding varian sebelumnya. Varian juga bersifat lebih mudah menular dan bisa mengurangi kemampuan netralisasi antibodi serta efikasi vaksin.


"Pengurangan kemampuan netralisasi usai vaksin bersifat minimal sampai sedang pada Moderna dan Pfizer. Tapi ada juga bukti yang melihat pengurangan efikasi lebih besar," kata WHO.


"Pada studi kecil, vaksin AstraZeneca tidak menunjukkan efikasi terhadap kejadian infeksi ringan-sedang. Sementara efikasi untuk kasus infeksi yang parah tidak diperhitungkan sehingga tidak bisa diambil kesimpulan," lanjutnya.


Sementara untuk varian P1 yang dilaporkan di Brasil, bukti melihat sifat-sifat yang hampir sama dengan B1351. Hanya saja pada varian P1 studi telah mengonfirmasi kemampuan varian menghindari antibodi sehingga bisa menyebabkan kasus reinfeksi di antara penyintas.


"Kasus reinfeksi telah dilaporkan," komentar WHO mengenai varian P1.

https://maymovie98.com/movies/my-sisters-friend-2/


COVID-19 Bukan yang Terakhir, Pandemi Baru Bisa Muncul karena Hal Ini


Studi baru mengklaim produksi massal minyak sawit, yang 50 persen bahannya ditemukan di rumah bisa berisiko membawa kondisi dunia ke pandemi berikutnya. Hal ini dikaitkan dengan penggundulan hutan yang terus berlangsung di sejumlah wilayah.

Para peneliti menyebut wabah penyakit zoonosis akan lebih mungkin muncul dan menjadi pandemi seperti Corona saat hunian hutan semakin menipis. Studi yang dimuat dalam jurnal Frontiers in Veterinary Science menetapkan hubungan yang jelas antara pandemi dan penggundulan hutan, di mana petak besar pohon ditebang sehingga lahan dapat digunakan untuk tujuan lain.


Adalah deforestasi, yang disebut bencana bagi hewan saat mereka harus melarikan diri dari habitat aslinya. Hal ini memaksa mereka untuk tinggal lebih dekat dengan tempat tinggal manusia karena hutan semakin menipis.


Inilah yang kemudian mendorong penyebaran penyakit zoonosis dari hewan ke manusia, seperti penularan Corona yang diyakini terjadi dari kelelawar melalui inang perantara lainnya ke manusia, hingga wabah COVID-19 mulai merebak di akhir tahun 2019.


Menurut studi tersebut, salah satu penyebab utama deforestasi adalah diperolehnya minyak sawit yang ditemukan di pohon kelapa sawit. Minyak ini digunakan untuk memproduksi sejumlah besar barang termasuk kosmetik, produk pembersih hingga selai kacang.

https://maymovie98.com/movies/taste-of-love-2/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar