Apple diketahui tidak pernah mengizinkan pengembang aplikasi pihak ketiga untuk menghadirkan aplikasi pre-installed di dalam smartphonenya. Pre-installed sendiri adalah sistem operasi yang sudah ada atau sudah terinstall pada saat kita membeli sebuah komputer atau laptop atau dikenal dengan aplikasi bawaan.
Hal ini pun menjadi kebanggaan bagi pengguna iPhone karena jika dibandingkan dengan Android di mana banyak smartphone berbasis Android sudah memiliki aplikasi-aplikasi bawaan dan kerap tidak bisa dihapus sehingga pengguna mau tidak mau menerimanya.
Namun hal tersebut akan berubah di Rusia, sebab pemerintah Rusia telah menetapkan undang-undang baru di mana Apple harus memberikan izin untuk memasukkan aplikasi luar dari pihak ketiga atau sumber lain.
Keputusan tersebut bertujuan pemerintah Rusia ingin pengguna iPhone diberi pilihan apakah mereka ingin menggunakan aplikasi asli dari Apple sendiri atau tidak, atau mereka lebih memilih alternatif pihak ketiga.
Selain itu pengguna juga dapat memilih untuk tidak menginstall aplikasi apapun dan dapat menghapusnya jika sudah tidak digunakan lagi.
Aturan di Rusia ini memang menjadi preseden dan ada kemungkinan bahwa di masa depan akan ada negara dan pemerintah lain menerapkan undang-undang serupa untuk aplikasi yang sudah diinstal sebelumnya di iPhone juga.
https://movieon28.com/movies/antes-que-termine-o-dia/
Apple, Xiaomi, dan Samsung Jadi Penguasa Pasar Wearable
- Apple, Xiaomi, dan Samsung menjadi penguasa pasar wearable selama Q4 2020, namun Apple masih unggul dengan persentase yang sangat jauh.
Menurut data IDC, selama Q4 2020, Apple mengapalkan 55,6 juta perangkat wearable, atau 36,3% market share. Angka tersebut naik 27,2% dibanding pengapalan Apple setahun sebelumnya.
Namun data ini juga menunjukkan kerasnya persaingan di segmen ini. Terlihat dari market share Apple yang stagnan meski pengapalannya naik cukup besar. Mereka terselamatkan oleh tiga jenis Apple Watch yang punya kelas harga berbeda.
Ketiga Apple Watch itu adalah Series 6, SE, dan Series 3, yang menyumbang 45,6% dari pengapalan total mereka, demikian dikutip detikINET dari Phone Arena, Kamis (18/3/2021).
Nasib berbeda dialami oleh Xiaomi. Jumlah pengapalan wearable terpopuler mereka turun 18,3%, yaitu Mi Band. Namun Secara total, pengapalan wearable mereka naik 5%, yang terbantu dari perangkat audio.
Ada 13,5 juta unit wearable yang dikapalkan oleh Xiaomi selama Q4 2020, dan market share pengapalan mereka adalah 8,8%, atau masih jauh tertinggal dari Apple, dan sedikit lebih tinggi dari Samsung.
Samsung sendiri mengapalkan 13 juta unit wearable selama Q4 2020 dengan market share 8,5%. Pengapalan mereka naik 20,5% namun market sharenya malah turun dari 9% ke 8,5%.
Di bawah ketiga perusahaan ini ada Huawei yang mengapalkan 10,2 juta unit wearable pada periode tersebut dengan market share 7,6%. Di posisi ke-5 ada BoAt, yang merupakan perusahaan wearable asal India dengan market share 3,5%.
Secara total ada 153,5 juta unit wearable yang dikapalkan selama Q4 2020, yang naik dari 120,7 juta unit pada Q4 2019, atau pertumbuhan 27.2%.
Sementara itu di Indonesia, meski dihantam pandemi COVID-19 pasar ponsel Indonesia tetap tumbuh. Berdasarkan Quarterly Mobile Phone Tracker IDC, pengiriman smartphone di Indonesia mencapai 11,7 juta unit pada 4Q20. Bila ditotal sepanjang tahun 2020 ada 36,8 juta perangkat yang dikapalkan ke Tanah Air. Angka tersebut tumbuh 1% dari tahun sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar