Tren kasus Corona di Indonesia tampak menurun. Wakil Menteri Kesehatan dr Dante Saksono mengklaim ada dampak dari vaksinasi COVID-19 pada kasus aktif Corona di Indonesia.
Menteri Keuangan Sri Mulyani juga sempat mengungkapkan Corona di RI sudah mencapai puncaknya pertengahan Januari hingga Februari 2021.
"Untuk Indonesia, kasus harian dan kasus aktif COVID-19 terus menunjukkan tren penurunan dan ini harus kita syukuri, setelah kita pernah mengalami puncaknya 176.672 kasus aktif, sekarang turun 128.250. Di mana kasus harian 5.841 ini turun drastis pada awal atau pertengahan Januari-Februari 12.865," ujar Sri Mulyani saat konferensi APBN KiTA Maret 2021, Selasa (23/3).
Meski penambahan kasus COVID-19 beberapa hari terakhir tampak menurun, pakar epidemiologi Universitas Griffith Australia Dicky Budiman menegaskan puncak Corona belum terjadi di Indonesia. Mengingat angka positivity rate masih di atas 10 persen.
"Indonesia kita ini masih jauh dari pandemi, jadi bahwa vaksinasi bermanfaat iya, tapi tren penurunan ini ada beberapa hipotesa. Bukan terkait vaksinasi karena cakupannya baru 1 persen," beber Dicky saat dihubungi detikcom Kamis (25/3/2021).
Soroti testing, tracing dan treatment (3T)
"Yang jelas kalau bicara penurunan, itu kalau 3T-nya tidak memadai, itu berarti yang turun adalah bahwa kita belum menemukan kasus yang sebenarnya di masyarakat," lanjut Dicky.
Menurutnya, kebanyakan orang yang membawa virus Corona tanpa gejala masih sulit dideteksi sehingga akhirnya penularan COVID-19 di masyarakat masih tinggi.
Positivity rate di atas 10 persen
"Karena ini akan terlihat dari tes positivity rate yang tetap di atas 10 persen, jadi kalau positivity rate sudah di atas 10 persen, mau berapapun nilainya, itu artinya pandemi COVID-19 nya tak terkendali," bebernya.
Dicky menyarankan setidaknya kemampuan testing di Indonesia terus dilakukan sesuai standar yang ditetapkan. Jika testing sudah sesuai standar dan angka positivity rate menurun, penilaian wabah COVID-19 terkendali di RI baru bisa terukur.
"Nah kalau mau melihat begitu, betul nggak kita sudah sampai puncak. Lihatnya begini, kita sudah belum tes kita ini dilakukan sesuai dengan proporsi penduduk," kata Dicky,
"1 tes per seribu orang tapi itu minimal, standar minimal artinya paling sedikit segitu," pungkasnya.
https://cinemamovie28.com/movies/the-binding-2/
Vaksin Sinovac Disebut Aman untuk Anak 3 Tahun, BPOM RI Tertarik?
Baru-baru ini Sinovac Biotech merilis data yang menunjukkan vaksin Corona buatannya aman untuk digunakan pada anak berusia 3 tahun. Data ini didadapatkan setelah perusahaan tersebut melakukan uji klinis tahap 1 dan 2 pada anak-anak berusia 3-17 tahun.
Juru bicara vaksinasi COVID-19 dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Lucia Rizka Andalusia menyiratkan untuk tidak mau terburu-buru. Terlebih uji klinis yang dilakukan baru mencapai tahap kedua.
"Memang Sinovac mempunyai penelitian di fase 2, baru fase 2, pada anak-anak. Tetapi penelitian tersebut belum selesai, belum kelihatan hasilnya," kata Rizka dalam dialog virtual Forum Merdeka Barat 9 di YouTube, Kamis (25/3/2021).
Apakah BPOM juga tertarik untuk melakukan pengujian vaksin Sinovac pada anak-anak?
"Tentunya Badan POM harus mendapatkan data yang lengkap dari hasil uji klinis tersebut, atau mungkin kita akan melakukan uji klinis sendiri pada populasi anak-anak, kita bisa merencanakan untuk kegiatan tersebut," jelas Rizka.
Rizka menjelaskan bahwa uji klinis pada anak-anak itu hanya boleh dilakukan ketika hasil dari uji klinis pada kelompok dewasa telah menunjukkan keamanan dan efektivitas vaksin yang baik.
Menurut Rizka, anak-anak merupakan subjek yang rentan dan sistem imunitasnya masih berkembang atau belum stabil, sehingga uji klinisnya tidak boleh dilakukan secara sembarangan.
"Kita tidak boleh melakukan uji klinis kepada anak-anak sebelum kita yakin bahwa dia aman dan bermanfaat untuk dewasa," ujarnya.
"Jadi uji klinis vaksin Sinovac untuk anak-anak belum ada hasilnya. Jadi masih ongoing itu pun baru fase 2 di China," tuturnya.
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar