Pemerintah berencana akan menetapkan sekolah tatap muka yang dilakukan pada Juli 2021 mendatang. Disebutkan, para tenaga pendidik ini akan divaksin terlebih dahulu sebelum dimulainya sekolah tatap muka.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut tenaga pendidik akan menjadi prioritas di antara semua petugas publik yang ada dan perlu didorong dengan program-program penyuntikan. Misalnya seperti melakukan program satu sekolah penyuntikan bersama.
"Jadi kami mohon semua sekolah, semua universitas, semua pemerintah daerah bantu para pendidik untuk membuat program satu sekolah suntik bersama atau beberapa sekolah di satu kota suntik bersama, sehingga mempercepat akselerasi karena kita harus menyelesaikan 5,6 juta suntikan ini sampai akhir Juni," pungkasnya.
Perlu nggak sih para siswa juga divaksin sebelum dimulainya sekolah tatap muka?
Dr Masdalina Pane dari Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia menyebut anak-anak sangat perlu untuk divaksin, mengignat risiko tertular sama besar seperti usia dewasa. Ia juga tak mengesampingkan risiko klaster COVID-19 yang umum terjadi, termasuk kemungkinan adanya klaster sekolah.
"Jadi kalau dikatakan perlu divaksin atau tidak ya tentu perlu divaksin. Namun, yang menjadi masalah saat ini belum tersedia vaksin untuk anak-anak," jelas Dr Pane saat dihubungi detikcom, Selasa (30/3/2021).
Maka dari itu, Dr Pane lebih menyoroti ketentuan atau regulasi perencanaan sekolah tatap muka di tengah pandemi Corona serta pentingnya guru diprioritaskan untuk segera mendapat vaksin Corona.
Menurutnya, penetapan wilayah mana yang diperbolehkan tatap muka dengan yang tidak juga harus menjadi perhatian utama.
"Saat ini gurunya yang harus divaksin, kemudian kalau untuk bagaimana implementasi dari pembelajaran tatap muka itu tentu saja," kata Dr Pane.
"Jadi untuk wilayah-wilayah yang belum terkendali tentu belum diizinkan untuk sekolah tatap muka. Tapi untuk wilayah-wilayah yang sudah terkendali ya nggak apa-apa," bebernya.
https://cinemamovie28.com/movies/the-snow-queen-2-refreeze/
Lampu Hijau dari Komnas KIPI, Vaksin AstraZeneca di Sulut Lanjut Lagi
- Vaksin AstraZeneca sempat disetop sementara di Sulawesi Utara terkait temuan beberapa kasus Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI). Investigasi dilakukan dan hasilnya telah diumumkan.
"Kemarin siang kami audit bersama Komda KIPI, terus sore kami laporkan ke Menkes sama pak Wamenkes, jadi tadi malam saya sudah kirim surat ke Dinkes dan rapat, kemudian sudah diputuskan untuk dilanjutkan," jelas Ketua Komnas KIPI, Prof Dr dr Hinky Hindra Irawan Satari, SpA(K) saat dikonfirmasi detikcom Selasa (30/3/2021).
Prof Hinky mengatakan, hasil audit menunjukkan semua kasus tegolong ringan. Seluruh pasien sembuh dan hanya satu yang masih observasi, tetapi diperkirakan sudah akan segera bisa pulang karena hasil laboratorium menunjukkan semuanya normal.
Lalu apa yang sebenarnya terjadi?
"Ada empat orang yang diobservasi di mana rupanya terkait dengan kecemasan. Jadi kejadian ikutan pasca imunisasi itu tidak selalu berkaitan dengan kandungan vaksin, namun bisa berkaitan dengan kecemasan faktor biopsikososial," jelas Prof Hinky dalam konferensi pers yang disiarkan kanal Youtube Forum Merdeka Barat 9, Selasa (30/3/2021).
Dijelaskan, kecemasan bisa memicu reaksi yang disebut immunization stress related respons. Reaksi cemas berlebih saat vaksinasi pada beberapa orang bisa memicu berbagai keluhan yang tidak secara langsung berhubungan dengan kandungan vaksin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar