Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan COVID-19 Sonny Harry B Harmadi mengingatkan perusahaan-perusahaan untuk mematuhi aturan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) mikro.
Salah satu aturan itu adalah bahwa perusahaan atau perkantoran wajib untuk menerapkan work from home (WFH) atau bekerja dari rumah terhadap 50 persen dari karyawan.
Sementara itu, 50 persen karyawan lainnya boleh bekerja dari kantor atau work from office (WFO).
"Kita harus paham bahwa ini masih diberlakukan PPKM di mana maksimal pada pemberlakuan PPKM itu bahwa orang yang bisa masuk kantor hanya 50 persen," tutur Sonny, dalam diskusi virtual di kanal YouTube Kemkominfo, Selasa (27/4/2021).
Selain itu, Sonny juga mengingatkan bahwa saat ini India tengah mengalami lonjakan kasus COVID-19 yang tinggi. Hal ini terjadi karena mobilitas penduduk akibat pelonggaran pembatasan di berbagai sektor.
Belajar dari India, Sonny meminta agar masyarakat agar tetap mematuhi protokol kesehatan pencegahan COVID-19.
Meski sudah divaksinasi, Sonny mewanti-wanti masyarakat untuk tetap menerapkan dan disiplin terhadap protokol 3M.
Sonny menambahkan, upaya pengendalian COVID-19 membutuhkan peran bersama antara pemerintah dan masyarakat.
"Jangan pernah kendor, jangan pernah lengah, kinerja yang bagus itu harus diikuti oleh konsistensi, konsistensi kebijakan maupun konsistensi perilaku," pungkasnya.
Sebagai informasi tambahan, pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyebutkan bahwa penularan COVID-19 meningkat di perkantoran yang karyawannya sudah mendapatkan vaksinasi COVID-19.
Catatan Pemprov DKI pada 12 hingga 18 April lalu, jumlah kasus positif Corona meningkat menjadi 425 kasus dari 177 perkantoran.
https://kamumovie28.com/movies/ten-years-japan/
Alert! WHO Sebut Varian Corona 'Ganas' India Sudah Ditemukan di 17 Negara
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa varian COVID-19 yang dikhawatirkan berkontribusi pada lonjakan kasus virus Corona di India telah ditemukan di 17 negara.
Varian B.1.617 dari COVID-19 yang pertama kali ditemukan di India hingga Selasa (27/4/2021) telah terdeteksi di lebih dari 1.200 urutan genome yang diunggah ke database akses terbuka GISAID, platform berbagi data influenza secara global.
"Dari setidaknya 17 negara. Sebagian besar urutan diunggah dari India, Inggris, AS dan Singapura," tulis WHO dalam pembaruan epidemiologi mingguan tentang pandemi Corona dikutip dari The Guardian.
WHO sendiri mengelompokkan varian India sebagai 'varian menarik', namun menghentikan pemberian label 'varian yang perlu diwaspadai' atau variant of Concern.
Pemberian label variant of concern merujuk pada seberapa bahayanya varian tersebut dibandingkan dengan varian asli COVID-19 yang dilihat dari kecepatan penularan, tingkat kematian yang dihasilkan, dan responsnya terhadap vaksin.
Namun WHO tak menepis fakta bahwa varian B.1.617 mengalami pertumbuhan rata-rata yang lebih cepat dari varian lain di India.
"Bahwa B.1.617 memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi daripada varian lain yang beredar di India, menunjukkan potensi peningkatan penularan," tambahnya.
Memang, penelitian telah menyoroti bahwa penyebaran COVID-19 gelombang kedua jauh lebih cepat daripada yang pertama. Meski demikian, laporan itu menyoroti bahwa faktor lain dapat berkontribusi terhadap lonjakan tersebut, termasuk tingkat kepatuhan yang lemah terhadap protokol kesehatan dan adanya pertemuan massal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar