Hiilal menjadi faktor penting dalam Sidang Isbat untuk penetapan awal Ramadan 2021. Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) memberikan penjelasannya mengenai penjelasan hilal secara saintifik.
Sebagaimana merangkum dari tulisan Prof Dr Thomas Djamaluddin, MSc, sebenarnya ia sudah banyak membahas mengenai hilal untuk menentukan awal bulan hijriah. Namun secara singkat dapat dikatakan hilal adalah bulan sabit yang tampak, yang merupakan fenomena rukyat (observasi). Tetapi ada juga ayat-ayat yang dengan tegas menyatakan bahwa manzilah-manzilah (termasuk manzilah soal hilal) bisa dihitung (hisab).
"Jadi, rukyat dan hisab setara, bisa saling menggantikan atau saling melengkapi. Tanda-tanda awal bulan yang berupa hilal bisa dilihat dengan mata (rukyat) dan bisa juga dihitung (hisab) berdasarkan rumusan keteraturan fase-fase Bulan dan data-data rukyat sebelumnya tentang kemungkinan hilal bisa dirukyat," tulis Thomas dalam blognya.
Ada banyak cara yang dipakai untuk menentukan hilal, yang lainnya adalah dengan sekadar hisab Bulan wujud di atas ufuk (wujudul hilal). Namun, Thomas mengaku tidak menemukan ayat yang tegas yang dapat menjelaskan soal wujudul hilal tersebut.
Ada yang berpendapat isyarat wujudul hilal itu ada di dalam QS 36:40," tuturnya.
Lalu, bagaimana soal penentuan awal bulan dengan menggunakan tanda-tanda pasang air laut, bisa dibenarkan? Thomas mengatakan tidak. Pasang air laut memang dipengaruhi oleh Bulan dan Matahari. Pada saat bulan baru, pasang air laut maksimum. Tetapi, bulan baru belum berarti terlihatnya hilal. Lagi pula, pasang maksimum yang terjadi dua kali sehari tidak memberikan kepastian untuk menentukan awal bulannya.
"Terkait dengan hilal, secara sains, astronomi hanya mendefinisikan newmoon/ijtimak dan mengkaji soal prasyarat visibilitas/ketampakan bulan sabit (crescent). Newmoon selalu muncul pada almanak astronomi," ujar Thomas.
"Visibilitas bulan sabit (Lunar crescent visibility) sering muncul di jurnal astronomi. Untuk menilai suatu konsep saintifik atau tidak, mudah saja. Lihat/browsing jurnal dan buku-buku teks standar astronomi, apakah konsep itu dibahas atau tidak," tegasnya.
https://indomovie28.net/movies/it-watches/
Aneka Tren Belanja Ramadhan 2021 Menurut Facebook
Esok hari kita sudah memasuki bulan suci Ramadhan. Kebiasaan belanja di bulan puasa punya keunikan tersendiri.
Tren belanja di bulan Ramadhan ini diungkap Facebook dalam riset bersama YouGov dengan survei kepada 17.758 orang dewasa. Survei ini bertujuan untuk untuk mengamati perilaku orang-orang yang berbelanja di bulan Ramadhan yang dilakukan 23 Mei dan 13 Juni 2020 silam, seperti dilihat detikINET, Senin (12/4/2021).
Wawancara ini dilakukan di 11 negara yaitu 8 negara mayoritas muslim seperti; Mesir, Indonesia, Malaysia, Pakistan, Nigeria, Arab Saudi, Turki dan Uni Emirat Arab (UEA). Sisanya dilakukan di negara minoritas muslim yaitu Prancis, Jerman, dan Inggris.
Ini adalah survei dengan multiple respons. Peserta survei boleh menjawab lebih dari satu pilihan jawaban sehingga menghasilkan persentasi yang besar dari pilihan jawabannya. Karena memang responden pada kenyataannya punya banyak pilihan cara berbelanja yang dilakukan sekaligus.
Dari survei itu terungkap bahwa 73% responden mendapatkan inspirasi untuk berbelanja keperluan Ramadhan melalui platform digital. Lalu sebanyak 69% mendapatkan inspirasinya saat sedang menggunakan ponsel pintar. Sementara 56% responden baru terinspirasi untuk berbelanja keperluan Ramadhan saat sudah berada di toko.
Di antara data di atas, kebanyakan responden mendapatkan inspirasi untuk berbelanja melalui platform Facebook dengan presentasi 64%. Disusul di urutan kedua yaitu dari Instagram sebanyak 54%, lalu melalui e-Commerce sebanyak 52% dan sebanyak 43% mendapatkan inspirasi berbelanja dari WhatssApp.
Kapan mereka berbelanja? 25% responden rupanya berbelanja menjelang akhir Bulan Ramadhan. Lalu pada awal Ramadhan sebanyak 15%. Sedangkan saat sebelum Ramadhan ada 16% responden yang berbelanja di waktu tersebut.
Untuk jenis-jenis barang yang dibeli saat Ramadhan, sebanyak 91% responden berbelanja barang-barang konsumsi pribadi. Lalu sebanyak 74% membelanjakannya di e-commerce. Sebanyak 68% para responden juga mengeluarkan uangnya untuk berinvestasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar