Ustaz Abdul Somad (UAS) beberapa waktu lalu menyerukan ajakan kepada masyarakat untuk patungan beli kapal selam. Ajakan itu untuk menggantik KRI Nanggala-402 yang tenggelam di perairan Bali.
Lalu memangnya berapa harga kapal selam?
Sebagai rujukan harga kapal selam bisa dilihat dari risalah lelang kapal selam tahun 2011 di Markas Besar Angkatan Laut. Saat itu ada penawaran dari 4 negara yaitu Marine Force International (Inggris), Rossoboronexport (Rusia), DCNS (Perancis) dan Daewoo Shipbuilding Marine Engineering (Korea Selatan).
Pihak Korea Selatan dinyatakan sebagai pemenang dalam lelang saat itu. Korsel menawarkan tiga unit kapal selam dengan harga termurah yaitu US$ 1.079.999.000 atau setara dengan Rp 15 triliun. Artinya, per kapal seharga Rp 5 triliun.
Namun, ada juga kapal selam buatan Prancis yang disebut Triomphant Class. Triomphant Class terdiri dari 4 jenis. Kapal selam pertama bernama sama, Le Triomphant, diluncurkan tahun 1994 dan telah bertugas sejak 1997. Sedangkan versi terbaru dinamakan Le Terrible, bertugas di lautan sejak 20 September 2010 dan juga paling mahal harganya.
Le Terrible ini biaya pembuatannya ditaksir mencapai 3,1 miliar Euro atau sekitar Rp 54 triliun.
Sebelumnya, dalam akun Instagram resmi UAS, dia mengajak masyarakat patungan membeli kapal selam pengganti KRI Nanggala-402. Dalam inisiatif itu dia menggandeng Masjid Jogokariyan Yogya.
"Setelah KRI Nanggala 402 beserta seluruh awaknya yang gugur syahid menjalani 'Eternal Patrol', mari kita seluruh rakyat Indonesia, bahu-membahu mengulurkan tangan dan sumbangsih membangun kekuatan armada laut kita agar kembali berjaya. Kami dari Masjid Jogokariyan, mengajak seluruh putra-putri Indonesia yang berjiwa patriot dan cinta negeri ini, beramal bersama dalam Open Donasi Patungan Penggalangan Dana Pembelian Kapal Selam Pengganti Nanggala 402," ucap UAS.
"No Rekening Khusus Pengadaan Kapal Selam BSM/BSI no.rek 7202002298 atas nama Masjid Jogokariyan. Konfirmasi via WhatsApp ke: 081311351136," tulis UAS.
https://kamumovie28.com/movies/fantasy-of-the-girls/
Kematian Corona India Parah, Jenazah Digotong Pakai Motor-Diikat di Kap Mobil
India menghadapi gelombang kedua COVID-19 dan krisis yang parah di negaranya. Dilaporkan 117 orang tewas akibat Corona setiap jam dan semakin banyak warga yang meninggal sebelum mendapat pertolongan.
Banyaknya kasus kematian di India membuat ambulans kewalahan. Beberapa keluarga bahkan tak mendapat ambulans untuk membawa jenazah keluarganya ke krematorium.
Seperti yang dialami oleh seorang pria di kota Agra, Uttar Pradesh, India. Tak mendapat ambulans, ia nekat pergi ke krematorium dengan mengikat ayahnya di atas kap mobilnya.
Pemandangan mengerikan itu membuat banyak orang menangis di tempat kremasi. Agra bergulat dengan lonjakan kasus COVID-19 dan infrastruktur kesehatan yang kolaps.
Di tengah kekurangan ambulans, masyarakat harus menunggu hampir enam jam untuk membawa jenazah korban COVID-19 ke tempat kremasi.
Tak jauh dari sana, satu keluarga terpaksa membawa jenazah kerabatnya dengan sepeda motor ke tempat kremasi di Srikakulam Andhra Pradesh.
Dilaporkan India Today, wanita berusia 50 tahun itu awalnya mengalami gejala COVID-19 dan dia tengah menunggu hasil tesnya. Namun, wanita itu meninggal sebelum laporan diagnostiknya.
Wanita yang berasal dari desa Mandasa Mandal di distrik Srikakulam di Andhra Pradesh itu dibawa ke rumah sakit pada Senin (26/4/2021) lalu. Dia meninggal setelah kondisinya memburuk.
Berharap bisa mendapat ambulans atau kendaraan lain, keluarga itu terus menunggu dengan jenazah sebelum membawanya ke tempat kremasi.
Karena mereka tidak dapat menemukan ambulans, putra dan menantu perempuan itu membawa jenazahnya ke desa mereka dengan sepeda motor.
Saat ini banyak kota di India juga kehabisan krematorium. Akhirnya mereka mencari tumpukan kayu dan menebang pohon untuk membakar jenazah COVID-19 di tempat terbuka.
Situasi di India diprediksi akan makin memburuk hingga beberapa bulan ke depan. Upaya global dibutuhkan untuk membantu India dalam menghadapi krisis yang mereka hadapi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar