Rabu, 19 Mei 2021

Jelas-jelas Melanggar, Kok Malah Ngegas? Ini Kemungkinan Psikologisnya

 Media sosial masih diramaikan video viral mempertontonkan para pemudik mengamuk lantaran diminta putar balik. Bahkan kini, wajah para pemudik yang ngegas tersebut ramai terpampang menjadi bahan celoteh dan guyon warganet.

Larangan mudik sudah jelas menjadi aturan tertulis. Jauh hari sebelum Lebaran, masyarakat berulang kali diimbau untuk tidak mudik demi menekan risiko penyebaran COVID-19. Lantas, mengapa ada pemudik malah marah, bahkan sampai memaki petugas, padahal larangan ini sudah jelas?


"Itu yang dinamakan respons seseorang. Mekanisme mempertahankan ego seseorang itu berbeda. Ada yang ditegur dia marah, ada yang minta maaf, ada yang kalau kita lihat pura-pura kesurupan. Itu menghindar namanya, mekanismenya," terang psikolog Anastasia Sari Dewi, founder dari pusat konsultasi Anastasia and Associate pada detikcom, Selasa (18/5/2021).


Menurutnya, sikap masyarakat untuk tetap mudik, atau bahkan mengamuk ketika ditegur tidak terlepas dari minimnya pemahaman akan aturan dan norma yang berlaku terkait penanganan kondisi pandemi.


Ia menjelaskan, hal sedemikian disebut 'id ego superego' dalam psikologi. Id adalah dorongan, misalnya berupa rasa rindu pada keluarga di kampung. Sedangkan ego adalah cara menerapkannya, dalam hal ini yakni tetap pergi mudik.Walhasil, rasa rindu mereka pada keluarga di kampung mengalahkan pemahaman mereka akan aturan yang ada.


"Egonya adalah dengan cara dia pulang kampung mudik. Meski secara ego norma-norma, nilai-nilai dilarang, tapi yang namanya ego seseorang bisa mengungguli daripada superego," ujar Sari.


"Tidak semua orang, kembali lagi, bisa memahami norma dan nilai dengan baik. Di saat egonya sangat besar untuk pulang, di situlah dia akan mempertahankan sedemikian rupa egonya supaya menang dengan berbagai cara, dengan kepribadian dan karakteristik. Ada yang marah, kabur, dan lain-lain," lanjutnya.

https://trimay98.com/movies/king-cobra/


Benarkah Efek Samping Vaksin AstraZeneca Lebih Kuat dari Sinovac?


Dari beberapa jenis vaksin COVID-19 yang digunakan di Indonesia, vaksin AstraZeneca dan Sinovac jadi dua jenis vaksin yang banyak dipakai karena ketersediaan dosisnya. Indonesia dilaporkan sudah mengamankan sekitar 6 juta dosis vaksin AstraZeneca dan 68 juta dosis vaksin Sinovac.

Terkait hal tersebut, di tengah masyarakat beredar anggapan bahwa efek samping vaksin AstraZeneca cenderung lebih keras dari vaksin Sinovac. Bermula dari cerita pengalaman orang-orang yang mengaku sudah menjalani vaksinasi COVID-19.


Pakar biologi molekuler sekaligus vaksinolog Ines Atmosukarto menjelaskan sebetulnya efek samping usai menjalani vaksinasi bisa beragam bagi tiap orang. Ada yang bisa tidak merasakan apa-apa, tapi ada juga yang mengalami demam hingga nyeri ngilu apapun jenis vaksinnya.


"Jadi statement-nya enggak bisa besar luas. Karena kembali lagi pada sistem imun setiap orang," ungkap Ines dalam diskusinya bersama ahli biologi molekuler lain, Ahmad Rusdan Utomo, di kanal Youtube Pak Ahmad dan dikutip Rabu (19/5/2021).


Namun Ines mengaku memang mendengar kabar terkait efek samping vaksin AstraZeneca lebih 'kuat'. Satu teori yang mungkin menjelaskan karena ada perbedaan platform atau teknologi pengembangan yang berbeda antara vaksin COVID-19 AstraZeneca dengan Sinovac.


"Besar kemungkinan karena sebenarnya vaksin itu terdiri dari virus yang masih hidup tetapi dilemahkan. Jadi apa namanya itu reaksinya jauh lebih kompleks," ungkap Ines.


"Reaksi tubuh kita. Tanda bahwa imun bekerja mengenali adenovirus pembawa ini sebagai sesuatu yang asing kemudian timbul respons imun," lanjutnya.


Vaksin AstraZeneca diketahui dikembangkan dengan platform adenovirus. Peneliti memodifikasi virus tak berbahaya dari simpanse untuk membawa materi virus SARS-CoV-2 dan memicu respons imun.


Sementara vaksin Sinovac dikembangkan dengan platform inactivated. Virus SARS-CoV-2 utuh yang telah dimatikan dipakai di dalam vaksin untuk memicu respons imun.

https://trimay98.com/movies/deadlocked/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar