Rabu, 12 Mei 2021

Menhub Budi Karya Usul Pemudik Divaksin Gratis untuk Cegah Corona, Setuju?

 Pakar epidemiologi dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengkritik keras usul Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karyadi Sumadi soal vaksinasi pada pemudik jalur darat. Menurutnya, usul yang maksudnya untuk meminimalisir risiko penularan Corona pada pemudik malah bisa memperburuk situasi pandemi Corona di Indonesia.

"Vaksinasi harus sesuai dengan target public healthnya, lansia, komorbid, seperti itu," tegas Dicky kepada detikcom Selasa (11/5/2021).


Pasalnya, jika sasaran vaksinasi tidak berjalan dengan target awal, yaitu mengacu pada tingkat risiko penularan COVID-19, kasus COVID-19 di RI akan terus meningkat. Stok vaksin Corona menurut Dicky harus dimaksimalkan pada orang yang rentan.


"Orang yang sudah divaksinasi bukan tidak mungkin terinfeksi, tetap bisa," lanjutnya.


Jika orang yang rentan terpapar COVID-19 hingga fatal sudah divaksinasi, angka kematian Corona kemudian bisa ditekan. Hal ini juga bisa berdampak baik pada ketersediaan bed pasien Corona di sejumlah rumah sakit.


Lain halnya jika, vaksinasi Corona tak sesuai sasaran. Sekali lagi Dicky mengingatkan menyasar target vaksinasi COVID-19 tak bisa sembarangan.


"Jadi salah kalau pemudik vaksinasi, sasaran vaksinasi ini tidak bisa serampangan," kata Dicky.


"Berbahaya, malah kontraproduktif dan bahkan memperburuk ya, bukan memperbaiki, malah memperburuk situasi pandemi," wanti-wanti Dicky.


Sebelumnya diberitakan, Menhub Budi mengusulkan vaksinasi Corona bagi pemudik lantaran jumlah pemudik diperkirakan akan terus meningkat. Diprediksi 3,6 juta masyarakat Indonesia akan melakukan perjalanan balik mudik pada Minggu (16/5/2021) atau H+2 Lebaran.


"Kami mengusulkan Pak Menko (Menteri Perekonomian) dan Menkes (Menteri Kesehatan) memberikan vaksin gratis untuk mereka yang melakukan perjalanan darat," kata dia dalam konferensi pers Senin (10/5/2021).


Setujukah jika pemudik dapat vaksin Corona seperti usul Menhub? Tuliskan pendapat di komentar.


Catatan Redaksi: Terkait pernyataan Menhub Budi Karya Sumadi, Kemenhub mengklarifikasi bahwa yang dimaksud adalah 'tes Corona Gratis' untuk pemudik dan bukan 'vaksin gratis'. Klarifikasi selengkapnya bisa disimak DI TAUTAN INI.

https://cinemamovie28.com/movies/the-armed-policewoman/


60 Persen Pemudik Positif, Corona RI Diperkirakan 10 X Lipat Angka Resmi


 Corona harian di Indonesia sebenarnya bisa 10 kali lipat lebih tinggi dari yang dilaporkan. Data tersebut menurut pemodelan pakar epidemiologi Universitas Griffith Australia Dicky Budiman.

Kata dia, level Corona di Indonesia sudah 'mengkhawatirkan'. Ditandai Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), berada di level community transmission, yang diyakini level terburuk status wabah COVID-19.


Serupa dengan India, Corona di Indonesia juga disebut Dicky memiliki banyak klaster COVID-19 yang tak terdeteksi. Tak heran, jika dilakukan tes secara acak, contohnya pada kasus pemudik, sekitar 2/3 dari yang diperiksa ternyata positif Corona.


Potensi untuk kemudian terjadi ledakan kasus Corona seperti di India sangat mungkin terjadi. Terlebih di tengah masuknya sejumlah variant of concern (VOC) dan mobilitas yang tak kunjung dibatasi.


"Karena kalau tes kita ditingkatkan ratusan ribu ketemu juga nggak usah heran sebetulnya karena memang sudah ada, hanya kita karena memang minim 3 T kita ini membuat sangat berbahaya," jelas Dicky kepada detikcom Selasa (11/5/2021).


Lantas apa solusinya?

"Sangat berbahaya dan riskan dan berisiko melakukan perjalanan pada situasi saat ini, atau mudik. Intinya batasi mobilitas," katanya.


"Kita dalam posisi sangat serius, karena bom waktu sudah dimana-mana, kita di level terburuk sudah hampir setahunan," sebutnya.


Pembatasan mobilitas, kerumunan, hingga perilaku masyarakat soal penerapan protokol kesehatan disebut Dicky jadi kunci utama menuntaskan pandemi Corona yang tak kunjung mereda, dibanding hanya bergantung pada vaksinasi COVID-19.

https://cinemamovie28.com/movies/sixty-million-dollar-man/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar