Jumat, 21 Mei 2021

Tes Antibodi Pasca Vaksinasi COVID-19 Tak Disarankan, Dokter: Cuma Bikin Panik

  Pasca mendapat dua dosis vaksinasi COVID-19, tubuh nantinya akan membentuk antibodi. Namun, kebanyakan orang menganggap bahwa antibodi tersebut menandakan bahwa vaksin bekerja dengan baik untuk melindungi tubuh dari infeksi virus Corona.

Hal itu membuat banyak orang melakukan tes antibodi. Namun, menurut dokter spesialis pulmonologi dan kedokteran respirasi (paru) dr Erlina Burhan, SpP, melakukan tes antibodi pasca divaksinasi tidak diperlukan.


"Sebetulnya tidak perlu, karena hingga saat ini Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun belum merekomendasikan teknik atau alat mana yang bisa dipakai (untuk pemeriksaan antibodi) yang ditujukan untuk massal atau kebutuhan masyarakat banyak," kata dr Erlina dalam diskusi virtual, Jumat (21/5/2021).


"Karena banyak sekali pemeriksaan serologi yang ada di laboratorium komersil itu tidak selalu bisa mendeteksi antibodi yang terbentuk. Yang bisa memeriksa adalah laboratorium yang canggih, tapi biasanya ditujukan untuk riset," lanjutnya.


Menurut dr Erlina, antibodi yang terdeteksi saat tes antibodi itu tidak selalu menggambarkan daya proteksi tubuh terhadap virus. Namun, nantinya hanya menimbulkan kepanikan, jika jumlah antibodi yang diperiksa jumlahnya kecil.


"Antibodi yang terbentuk juga tidak selalu menggambarkan atau mempresentasikan proteksi (antibodi) yang ada dalam tubuh. Jadi kadang-kadang itu bikin panik aja 'lho kok saya rendah (antibodi)', malah jadi kepikiran dan nggak bisa tidur. Jadi menurut saya memang tidak diperlukan, tidak dianjurkan," jelasnya.


Sebelumnya juru bicara vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan juga menegaskan untuk menentukan kadar imunogenitas adalah dengan uji netralisasi, bukan tes antibodi. Namun, uji netralisasi ini tidak mudah untuk dilakukan, karena hanya bisa bisa di laboratorium yang terbatas.


"Yang menjadi pengujian untuk menentukan imunogenitas yang timbul dari pemberian vaksinasi itu adalah dengan pemeriksaan yang kita sebut sebagai uji netralisasi," pungkasnya.

https://kamumovie28.com/movies/disorder-3/


Wajib Tahu! 5 Penyebab Kontraksi Palsu dan Cara Mengatasinya


Beberapa ibu hamil dapat merasakan mulas saat memasuki trimester kedua kehamilan. Hal itu menimbulkan pertanyaan, apakah mulas merupakan tanda-tanda persalinan?

dr Gorga I.V.W Udjung, SpOG, dokter kandungan di RSIA Bunda Jakarta mengatakan, saat usia kehamilan belum memasuki minggu melahirkan, sebaiknya ibu hamil mewaspadai tanda-tanda kontraksi palsu.


Kontraksi palsu atau Braxton hicks merupakan kondisi yang umum dialami selama masa kehamilan. Ibu hamil perlu waspada akan hal ini sehingga dapat mengatasi dan menghindari pemicunya.


Kontraksi palsu berbeda dengan kontraksi menjelang persalinan. Kontraksi palsu tidak teratur dan tak bisa diprediksi. Hal ini juga hanya terjadi dengan singkat antara 30 sampai 40 detik.


Sedangkan pada kontraksi menjelang kelahiran, ibu akan mengalami kram atau tegang di daerah perut. Banyak yang mengatakan bahwa rasanya hampir sama seperti kram saat menstruasi.


Udjung mengatakan, yang berbeda pada kontraksi palsu adalah adanya fase relaksasi atau saat rasa kram hilang sebelum muncul kembali. Kontraksi palsu juga tidak diikuti dengan keluarnya flek atau darah.


Meski menimbulkan rasa tidak nyaman, ibu hamil tidak perlu khawatir saat kontraksi palsu terjadi karena tidak akan menyebabkan pembukaan mulut rahim untuk proses melahirkan. Justru kontraksi palsu dapat melunakkan mulut rahim untuk mempermudah proses persalinan.

https://kamumovie28.com/movies/disorder-2/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar