Menyambut Tahun Baru Islam, warga Desa Jagabaya, Kecamatan Panawangan, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, menggelar tradisi Hajat Bumi. Setahun sekali di awal Bulan Muharram acara ini sebagai bentuk rasa syukur.
Seperti apa kegiatannya?
Prosesi puncak Hajat Bumi ini ditandai dengan berkumpulnya di depan kantor desa. Lalu mereka bersama-sama menuju Situs Gunung Dukuh Jagabaya sambil membawa makanan sesaji seperti tumpeng, buah-buahan, kopi, bubur dan makanan ringan.
Sesaji itu disimpan di makam sesepuh, salah satu tokoh penyebar agama islam di Desa Jagabaya. Hajat Bumi kali ini juga dihadiri langsung oleh Bupati Ciamis Herdiat Sunarya.
Di Situs tersebut warga melaksanakan tawasul dan berdoa di Situs Gunung Dukuh Jagabaya. Sebelum berdoa, warga melaksanakan penyembelihan kambing (embe) kendit berwarna hitam. Nantinya kambing tersebut akan di masak dan dimakan bersama-sama.
Setelah berdoa, kemudian dilanjutkan dengan acara di Aula Desa Jagabaya. Setelah selesai ditutup dengan acara makan bersama.
"Tradisi hajat bumi ini sudah dilaksanakan turun-temurun sejak dulu. Dilaksanakan bulan Muharram dengan hitungan hari yang ditentukan. Karena ada hari yang tidak boleh, kalau dilaksanakan akan menimbulkan hal yang tidak baik," ujar Sutadi, Kuncen Situs Gunung Dukuh Jagabaya, Rabu (4/9/2019).
Menurut Sutadi, makna tradisi hajat bumi untuk mengenang masuknya Islam di Jagabaya pada 1 Muharram 1040 Hijriah. Acara ini juga sekaligus memperingati Tahun Baru Islam.
"Mengenang jasa-jasa para leluhur Jagabaya begitu banyak dalam menyiarkan agama islam, membangun dan membuka Desa Jagabaya," ucap Sutadi.
Tradisi Hajat Bumi ini sebagai ungkapan rasa syukur yang selama setahun telah diberikan nikmat rezeki dari pertanian, persawahan, perkebunan dan hasil bumi lainnya. Mereka sekaligus mempererat tali silaturahmi.
"Mata pencaharian mayoritas masyarakat Desa Jagabaya adalah petani. Kami senantiasa melestarikan dan memelihara tradisi dan budaya Jagabaya. Selain dari Hajat Bumi ada kesenian yang harus tetap dipelihara yaitu kesenian tayub dengan tiga lagu wajib yaitu Titipati, Golewang dan Rajapulang," jelasnya.
Sementara itu, Kasi Pembinaan Kesenian Disbudpora Ciamis Eman Hermansyah mengatakan di Kabupaten Ciamis ada 33 tradisi dan ritual yang sudah diakui. Setiap tahun digelar acara untuk melestarikannya.
"Yang sudah terkenal seperti Nyangku Panjalu, Ngikis di Karangkamulyan. Di Ciamis biasanya tradisi dilaksanakan di Bulan Muharram, Maulid dan menjelang bulan ramadan," pungkasnya.
Wisata Halal di Danau Toba, DPD ASITA Berikan Penjelasan
Destinasi Super Danau Toba masih ramai dengan isu wisata halal. Melihat hal ini, DPD ASITA angkat bicara.
Wisata halal menjadi topik perbincangan hangat di tengah masyarakat Sumatera Utara (Sumut). Namun, bagi orang-orang sudah berkecimpung di dunia pariwisata, wisata halal bukanlah hal baru.
Menurut Ketua DPD ASITA (Association of The Indonesian Tour & Travel Agencies) Sumatera Utara (Sumut) Solahuddin Nasution, SE, MSP, I Indonesia sudah seharusnya memiliki payung hukum tentang wisata halal. Sehingga tidak menimbulkan mis-interpretasi, mispersepsi di tengah-tengah masyarakat dan tidak minimbulkan salah kaprah dalam menyikapi dan mengembangkannya.
"Wisata halal ini lebih dulu dikenal di negara-negara NON OKI (Non Organisasi Kerjasama Islam) yang melihat potensi pertumbuhan wisata muslim yang sangat pesat dari segi ekonomi. Wisata halal atau muslim friendly tourism diciptakan untuk melayani kebutuhan wisatawan muslim di negara-negara NON OKI. Seperti menyediakan restoran halal dan tempat salat dalam perjalanan," katanya saat dihubungi via selular, Rabu (4/9/2019).
Solahuddin menjelaskan, wisata halal dimaknai juga sebagai muslim friendly tourism. Namun, keduanya tidak persis sama. Muslim friendly lebih longgar.
Dari sudut pandang dirinya, perihal wisata halal menjadi isu sensitif karena sejauh ini pemerintah belum menetapkan terminologi.
"Kriteria dan aturan-aturan yang mengikat dalam menetapkan serta mengembangkan wisata halal atau 'muslim friendly tourism' ini," ujarnya.
Indonesia, lanjutnya, memperoleh predikat negara destinasi halal terbaik dunia pada tahun 2019 dalam Global Muslim Travel Index. Predikat itu, berdasarkan peringkat yang dikeluarkan oleh Master Card - CrascentRating yang bermarkas di Uni Emirat Arab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar