Umumnya salju identik dengan warna putih. Namun, baru-baru ini ditemukan salju berwarna pink di Taman Nasional Yosemite, AS.
Hal itu pun diketahui lewat unggahan foto di laman Twitter resmi Yosemite National Park atau @YosemiteNPS. Dilihat detikcom, Kamis (15/8/2019), pihak Taman Nasional Yosemite mengunggah foto salju berwarna pink pada 4 Agustus.
Dijelaskan di laman Twitternya, peristiwa salju turun telah terjadi di Taman Nasional Yosemite jauh sebelum waktu umumnya. Di mana salju itu dapat dilihat di ketinggian 2.896 mdpl atau di bagian puncak taman nasional.
Yang menarik, saljunya tidak berwarna putih melainkan pink seperti semangka. Oleh pihak taman nasional, fenomena itu disebut sebagai watermelon snow atau salju semangka. Fenomena itu diketahui terjadi secara alami.
"Warna merah atau pink itu berasal dari algae hijau yang melindungi dirinya dari panas dan merusak radiasi UV," ujar pihak taman nasional.
Fakta menarik lainnya, salju tersebut bisa berwarna lebih merah apabila diinjak. Tidak sampai situ, fenomena alam itu juga menghasilkan bau manis yang disebut serupa dengan bau buah semangka seperti diberitakan Smithsonian Mag.
Mendaki Puncak Everest Kini Seharga Nyaris Rp 500 Juta
Awal tahun 2019, setidaknya 11 pendaki tewas saat mendaki Puncak Everest di Nepal. Oleh sebab itu, pendakian ke sana kini diperketat!
Dilansir dari BBC, Kamis (15/8/2019) Pemerintah Nepal bakal memperketat pendakian ke Puncak Everest. Beberapa persyaratan pendakian pun tak main-main.
Beberapa di antaranya seperti pendaki yang mau naik Puncak Everest sudah pernah mendaki gunung dengan ketinggian 6.000 mdpl, memberikan sertifikat kebugaran fisik dan menggunakan jasa pemandu yang berpengalaman.
Diketahui, sudah 11 pendaki tewas saat mendaki Puncak Everest di awal tahun 2019. Di antaranya, 4 pendaki tewas saat mengantre untuk menuju puncaknya.
Seperti kita ketahui, Puncak Everest yang masuk dalam rangkaian Pegunungan Himalaya merupakan titik tertinggi di Bumi. Ketinggiannya mencapai 8.848 mdpl dan merupakan mimpi para pendaki dunia untuk berdiri di sana.
Pemerintah Nepal pun merencanakan, akan memberlakukan tarif masuk dengan harga tinggi bagi pendaki yang mau ke Puncak Everest. Dulunya seharga 11 ribu USD atau sekitar Rp 159 juta, menjadi 35 ribu USD atau setara Rp 499 juta.
Puncak-puncak lain di Nepal dengan ketinggian 8.000 mdpl, juga diberikan tarif masuk yang mahal. Seharga 20 ribu USD atau sekitar Rp 285 juta.
"Kami akan mengubah undang-undang dan peraturan. Kami akan membuat gunung kami aman, dikelola dan bermartabat," kata Menteri Pariwisata Nepal, Yogesh Bhattari.
Keputusan tersebut diambil setelah melalui rangkaian diskusi panjang. Pemerintah Nepal juga meminta masukan dari berbagai asosiasi pendakian gunung dunia.
Menemukan Bali di China
Keindahan Bali memang memukau berbagai mata dunia. Bahkan, ada Desa Bali di Negeri Tirai Bambu. Seperti apa ya?
Jika berkunjung ke Pulau Hainan, selain menikmati suasana tropis ala Hawaii-nya China, di sana ternyata juga ada jejak nusantara. Namanya diambil dari pulau tropis populer di Indonesia, yakni Bali.
Memang, Hainan banyak berkiblat untuk membangkitkan pariwisata dari Hawaii dan Bali. Namun, nama Bali sebenarnya memiliki jejak sejarah yang melekat pada masa lalu. Jadi, dulunya wilayah ini merupakan tempat bermukim warga Asia Tenggara khususnya Indonesia keturunan Tionghoa sekitar tahun 1960.
Begitu pun dengan warga China yang berdagang ke wilayah Indonesia. Karena PP 10 tahun 1959 tentang larangan bagi usaha perdagangan kecil dan eceran yang bersifat asing di luar ibu kota daerah Swatantra tingkat I dan II serta karesidenan, yang mengharuskan pedagang keturunan Tionghoa di sejumlah wilayah Indonesia kembali ke negaranya. Mereka pun harus mengalihkan dagangannya kepada warga asli Indonesia.
Mereka pun kembali ke China dan sejumlah wilayah lain. Salah satunya, adalah wilayah Hainan tepatnya di lokasi ini. Maka, mereka bermukim di wilayah ini dan memberi nama Desa Bali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar