Kamis, 15 Oktober 2020

10 Negara dengan Kematian Corona Tertinggi di Dunia, Indonesia Masuk Nggak Ya?

 Kasus penularan virus Corona di dunia masih belum menunjukkan penurunan angka infeksi. Total hingga pagi ini, virus Corona sudah menginfeksi lebih dari 38 juta jiwa di dunia, 1 juta diantaranya meninggal, dan sembuh 29 juta jiwa.

Beberapa negara di dunia termasuk yang paling terdampak pandemi virus Corona COVID-19. Seperti Amerika Serikat (AS), yang mencatat 200 ribu lebih kematian. Dikutip dari laman Worldometers, hingga hari ini, Kamis (15/10/2020) Amerika Serikat mencatat ada 221.823 kematian.


Indonesia sendiri berada di urutan ke 17 dengan kasus kematian Corona tertinggi di dunia, yang mencatat ada 12.156 kematian, Kamis (15/10/2020). Berikut daftar 10 negara dengan kasus kematian Corona tertinggi, dikutip dari Worldometers, Kamis (15/10/2020).


1. Amerika Serikat

Total kasus: 8.148.253

Meninggal: 221.823


2. Brasil

Total kasus: 5.141.498

Meninggal: 151.779


3. India

Total kasus: 7.305.070

Meninggal: 111.311


4. Meksiko

Total kasus: 825.340

Meninggal: 84.420


5. Inggris

Total kasus: 654.644

Meninggal: 43.155


6. Italia

Total kasus: 372.799

Meninggal: 36.289


7. Peru

Total kasus: 856.951

Meninggal: 33.512


8. Spanyol

Total kasus: 937.311

Meninggal: 33.413


9. Prancis

Total kasus: 779.063

Meninggal: 33.037


10. Iran

Total kasus: 513.219

Meninggal: 29.349

https://cinemamovie28.com/my-sister-in-laws-job/


Peneliti Sebut Pasien Reinfeksi COVID-19 Sakit Lebih Parah, Kok Bisa?


Seorang pria di Amerika Serikat mengalami reinfeksi COVID-19 dan mengembangkan gejala yang lebih parah dari sebelumnya. Kasus ini adalah reinfeksi pertama di AS dan reinfeksi kelima yang dilaporkan di seluruh dunia.

Dalam laporan di jurnal medis The Lancet, pria berusia 25 tahun tersebut awalnya dinyatakan positif COVID-19 pada April dengan gejala batuk dan mual. Pada Mei, ia akhirnya dinyatakan negatif COVID-19.


Hanya saja, di akhir Mei, pria tersebut mengunjungi UGD karena mengalami gejala batuk, demam, dan pusing. Awal Juni, ia kembali dinyatakan positif COVID-19.


Saat terinfeksi kedua kalinya, pria tersebut mengalami hipoksia atau kadar oksigen rendah dan sesak napas sehingga memerlukan bantuan oksigen.


"Temuan kami menandakan bahwa infeksi sebelumnya mungkin tidak selalu melindungi terhadap infeksi di masa depan. Infeksi ulang dapat memiliki implikasi signifikan bagi pemahaman kita tentang kekebalan Covid-19," kata Dr Mark Pandori, dari University of Nevada, dikutip dari BBC.


Sebelumnya kasus reinfeksi dengan gejala parah juga dialami oleh pasien COVID-19 di Ekuador dan Belanda. Pasien di Belanda bahkan dinyatakn meninggal setelah alami reinfeksi.


Ada alasan mengapa reinfeksi menyebabkan pasien COVID-19 sakit lebih parah. Menurut ahli, bisa jadi mereka terpapar virus pada tingkat yang lebih tinggi untuk kedua kalinya.


Hanya saja sulit untuk memastikan kasus di mana seseorang terinfeksi dua kali. Ilmuwan harus memiliki usapan hidung dari infeksi pertama dan kedua untuk membandingkan genom dari kedua sampel virus.


4 Alasan untuk Tidak Makan Sambil Berdiri


Makan sambil berdiri rupanya bukan saja tidak enak dilihat. Secara anatomi, juga memberikan sejumlah dampak negatif salah satunya jadi cepat gemuk.

Banyak orang menganggap makan sambil berdiri dapat membakar kalori, sehingga bisa menurunkan berat badan. Padahal, makan sambil berdiri bisa bikin nafsu makan tidak terkontrol.


Selain itu, menurut Times of India, ini 4 alasan mengapa makan sambil berdiri tidak dianjurkan untuk kesehatan:


1. Mempengaruhi sistem pencernaan

Postur tubuh saat makan sangat memengaruhi sistem pencernaan. Makan sambil berdiri rupanya dapat mengosongkan perut lebih cepat. Sebelum diproses untuk dipecah menjadi partikel yang sangat halus, makanan akan langsung memasuki usus. Hal ini mengakibatkan meningkatnya tekanan di usus, sehingga terjadilah masalah pencernaan.


2. Mendorong makan berlebihan

Saat berdiri sambil makan, proses pencernaan akan bekerja lebih cepat. Akibatnya, otak tidak pernah tahu apakah perut sudah kenyang atau belum. Hal ini mendorong perilaku makan berlebihan. Berbeda dengan makan sambil duduk yang dapat membuat proses pencernaan menjadi lambat, sehingga mampu meningkatkan perasaan kenyang.


3. Cepat merasa lapar

Cara termudah untuk mengetahui apakah masih lapar atau kenyang adalah dengan merasakan berapa banyak makanan yang ada di perut. Menurut para ahli, makan dalam posisi berdiri dapat membuat sistem pencernaan 30 persen lebih cepat dalam mencerna makanan. Hal ini akan menimbulkan rasa lapar hanya setelah beberapa jam makan.

https://cinemamovie28.com/family-reconstruction/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar