Selasa, 20 Oktober 2020

Tak Ada Publikasi, Klaim Kemenkes Soal Vaksin COVID-19 China Dipertanyakan

  Kementerian Kesehatan RI menyebut vaksin COVID-19 buatan China sudah selesai menjalani uji klinis. Beberapa di antaranya sudah mendapatkan izin penggunaan darurat di sejumlah negara.

Pernyataan yang disampaikan Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) dr Achmad Yurianto tersebut menyisakan tanda tanya. Jika benar uji klinis sudah selesai, di manakah laporannya dipublikasikan?


Pakar biologi molekuler Ahmad Rusdan Handoyo Utomo, PhD, menyebut hingga saat ini belum ada hasil uji klinis fase ketiga yang terpublikasi. Artinya, belum ada vaksin COVID-19 yang secara resmi sudah teruji keefektifan dan keamanannya.


"Belum. Belum ada uji klinis fase ketiga yang selesai yang ada datanya (terpublikasi)," jelas Ahmad saat dihubungi detikcom Selasa (20/19/2020).


"Ada yang memang sudah mulai duluan, tetapi belum dipublikasikan secara terbuka. Hingga saat ini kalau kita lihat semua uji klinis fase tiga belum ada yang terpublikasi data efektivitasnya," tegas Ahmad.


Menurut Ahmad, makna uji klinis fase ketiga 'selesai' sebagaimana disebutkan Dirjen P2P bisa beragam. Salah satunya terkait dengan selesainya penyuntikan vaksin COVID-19 pada relawan-relawan uji klinis fase ketiga.


"Bisa jadi mungkin yang dimaksud sudah selesai itu rekruitmennya sudah selesai, jadi apa namanya untuk data per relawannya," kata Ahmad.


"Tapi kan poinnya bukan itu tadi, datanya seperti apa, karena uji klinis fase ketiga itu berbeda dengan fase 1 dan 2," tegas Ahmad.


Ahmad menjelaskan uji klinis fase ketiga dilakukan untuk melihat seberapa efektif dan aman vaksin COVID-19 tersebut. Sisi keamanan vaksin COVID-19 memang bisa dilihat dari uji klinis fase 1 dan 2.


Namun, hal itu hanya tahap awal untuk melihat antibodi atau respons yang dihasilkan dari vaksin COVID-19. Dalam uji klinis fase tiga baru bisa terlihat apakah vaksin COVID-19 benar-benar efektif.


Sebelumnya, Dirjen P2P dr Achmad Yurianto menyebut 3 vaksin COVID-19 dari China, Sinovac, Sinopharm, dan Cansino yang akan dipakai di Indonesia, sudah menyelesaikan uji klinis fase III di sejumlah negara.


"CanSino ini sudah selesai uji klinis fase 3 yang dilaksanakan di China sendiri, Kanada, Arab Saudi dan beberapa negara lain. Sudah mendapat juga EUA dari pemerintah China dan sudah digunakan tentara China. Sinopharm untuk tenaga kesehatan China, dan sudah dikeluarkan EUA oleh BPOM disana," kata dr Yuri dalam temu media daring, Senin (19/10/2020).

https://kamumovie28.com/batman-the-killing-joke-2016/


Makan Nasi 3 Kali Sehari Sebabkan Diabetes, Mitos atau Fakta?


Sebagai orang Indonesia, mengonsumsi nasi adalah sebuah keharusan. Mungkin Anda tidak asing dengan ungkapan 'belum makan namanya kalau belum makan nasi'.

Ungkapan ini menjelaskan bagaimana masyarakat Indonesia sangat ketergantungan dengan nasi. Namun, makan nasi yang berlebihan memiliki dampak yang tidak baik bagi tubuh. Salah satunya yaitu risiko terkena diabetes tipe 2.


Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Harvard School of Public Health menemukan kaitan di antara keduanya. Dalam penelitian yang dipublikasi oleh British Medical Journal pada 2012 tersebut, peneliti menelaah empat studi yang melibatkan 352 ribu orang dari China, Jepang dan Amerika Serikat.


Penelitian yang dipimpin oleh Emily Hu dan Qi Sun tersebut memantau perkembangan kesehatan dan kebiasaan makan partisipan selama 4-22 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipan yang paling banyak makan nasi yaitu 3-4 kali per hari, memiliki risiko 1,5 kali lebih banyak terkena diabetes dibandingkan orang yang makan paling sedikit nasi.


Lebih lanjut, peneliti juga menemukan bahwa risiko terkena diabetes bahkan naik 10 persen untuk setiap tambahan porsi nasi yang dimakan dalam sehari.


Kaitan antara kuantitas makan nasi dengan risiko terkena diabetes tipe 2 berhubungan dengan indeks glikemik pada nasi yang tinggi sekitar 70. Indeks glikemik adalah angka yang menunjukkan potensi meningkatkan gula darah.


Untuk menghindari meningkatnya risiko terkena diabetes tipe 2 dapat dilakukan dengan mengganti kebiasaan mengkonsumsi karbohidrat rafinasi, seperti nasi putih dan roti putih, menjadi serealia utuh.


Selain mengakibatkan diabetes tipe 2, konsumsi nasi yang berlebihan juga dapat menyebabkan kenaikan berat badan hingga mengganggu pencernaan. Selain mengganti asupan karbohidrat, Anda juga dapat membatasi asupan karbohidrat sebanyak 45-60 gram setiap kali makan agar risiko terkena diabetes tipe 2 dapat ditekan.

https://kamumovie28.com/veteran-2015/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar