Selasa, 16 Maret 2021

Kata Ahli Jantung Soal Kemungkinan Pembekuan Darah Usai Terima Vaksin

  Belum lama ini vaksin Corona AstraZeneca ramai jadi perbincangan setelah terjadi kasus pembekuan darah usai menerima vaksin tersebut.

Hal ini pun membuat beberapa negara yang menggunakan vaksin AstraZeneca disetop sementara di sejumlah negara.


Dokter jantung yang juga influencer kesehatan dari RS Siloam Karawaci dr Vito A Damay, SpJP menjelaskan bahwa pembekuan darah seharusnya tidak menjadi suatu efek samping langsung dari vaksin Corona.


Vaksin ini bekerja dengan meningkatkan kekebalan tubuh. Seharusnya, vaksin manapun dengan berbagai macam mekanisme atau cara kerja, seharusnya tidak menyebabkan pembekuan darah, kecuali kalau pada seseorang memang sudah punya penyakit yang mendasari.


"Jadi ada kasus di mana terjadi bekuan darah pada pasien-pasien yang sudah mendapat injeksi vaksin COVID-19 yang tertentu," jelas dr Vito, saat dihubungi detikcom, Selasa (16/3/2021).


Selain itu, dr Vito menilai wajar jika masyarakat yang bertanya-tanya apakah vaksin aman atau tidak. Ia menyebutkan, kalau memang vaksin ini diteliti lebih lanjut, vaksin akan disetop dulu untuk sementara. Tapi, bukan berarti vaksin ini sama sekali tidak boleh dipakai.


"Tapi disetop dulu sekarang sampai terbukti ini bukan kejadian langsung dari vaksin," tambah dr Vito.


dr Vito juga menyebutkan, proses pembekuan darah pada dasarnya adalah mekanisme yang normal di dalam tubuh. Tetapi beberapa orang ada yang mengalami gangguan pembekuan darah yang berakibat fatal, seperti pasien yang mengalami serangan jantung dan pasien COVID-19.

https://nonton08.com/movies/ambu/


BNPB Beberkan Kronologi Pengadaan Reagen yang Diduga Ada Kerugian Negara


Diterpa dugaan kerugian negara miliaran rupiah terkait pengadaan reagen PCR, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) membeberkan kronologi awal mula pembelian reagen.

Menurut Dra Prasinta Dewi, MAP Deputi Bidang Logistik dan Peralatan, BNPB mulanya membeli reagen PCR berdasarkan standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Pengendalian Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) lantaran belum ada acuan dari Kementerian Kesehatan RI.


"Kita juga waktu itu belum ada patokan atau acuan kami atau standar dari Kemenkes barang seperti apa yang harus kami adakan. Karena ini keputusan harus diambil cepat, kita memiliki daftar WHO dan CDC," jelas Prasinta dalam konferensi pers BNPB Selasa (16/4/2021).


"Kemudian dari situ kita mengambil beberapa daftar itu mencari penyedia yang memiliki sumber daya tersebut," lanjutnya.


Prasinta menyebut, pengadaan reagen PCR juga melibatkan pihak Balitbangkes dan tim pakar untuk mengetahui alat kesehatan seperti apa yang dibutuhkan. Pengadaan dipercepat karena kondisi pandemi yang membuat tes COVID-19 perlu ditingkatkan saat semakin banyak jumlah sampel pasien yang harus diperiksa.


Hal senada disampaikan Dr dr Andani Eka Putra, MSc, Tenaga Ahli Menteri Kesehatan Bidang Penanganan COVID-19. Menurutnya, pengadaan reagen PCR oleh BNPB malah sangat membantu sebelum sempat kewalahan saat wabah COVID-19 baru merebak di Indonesia.

https://nonton08.com/movies/sukep-the-movie/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar