Ambarawa bukan cuma punya Rawa Pening saja. Di sini juga ada benteng kolonial yang mirip-mirip dengan Colosseum Roma.
Ambarawa, kabupaten kecil berudara sejuk terletak 48 km dari kota Semarang merupakan saksi bisu penjajahan VOC Belanda di abad ke 18.
Salah satu bukti saksi bisu yang ada dan masih berdiri kokoh adalah Fort Willem 1 atau yang dikenal dengan Benteng Pendem Ambarawa.
Benteng ini dibangun pada tahun 1834 dan selesai di tahun 1845 di masa penjajahan kolonial Belanda di bawah kekuasaan Kolonel Hoorn. Bila dihitung bangunan benteng ini sudah berusia lebih dari satu abad.
Menariknya arsitektur bangunan Benteng Willem 1 mengingatkan para pengunjung akan bangunan Colloseum di Roma, Italia. Benteng yang berdiri kokoh mempunyai dua lantai dan dilengkapi dengan banyak jendela besar.
Memandangnya serasa kita sedang menikmati suasana Ambarawa rasa Roma. Bangunan ini sangat digemari oleh para pencinta fotografi karena sangat artistik di tiap bangunannya.
Dari informasi,awal pembangunan benteng ini bertujuan untuk barak militer serta untuk penyimpanan barang-barang barang logistik. Dalam perkembangannya benteng ini pernah dijadikan penjara bagi anak-anak anak dan juga penjara untuk tahanan politik serta orang dewasa pada tahun 1937.
Selain itu bangunan ini pernah digunakan sebagai tempat tinggal para militer NICA pada masa kekuasaan Jepang dan di pada masa kekuasaan Jepang dan di tahun 1945 Benteng Willem 1 beralih fungsi sebagai markas para pejuang Indonesia.
Oh iya, Benteng Willem 1 ini pernah dijadikan tempat syuting film Soekarno karya sutradara Hanung Bramantyo.
Penasaran dengan sejarah dan keindahan arsitektur bangunan ini? Segera bergegas dan jadikan tempat tujuan wisata selagi berada di Ambarawa.
Lokasinya tak jauh dari Museum Kereta Api Ambarawa dan dekat dengan RSUD Ambarawa. Selamat menikmati indahnya Ambarawa rasa Roma.
Terpesona Pemandangan Surga Desa Hallstatt
Buat traveler yang liburan ke Austria, mampir ke desa Hallstatt di Salzkammergut adalah sebuah keharusan. Pemandangan surga Hallstatt sayang untuk dilewatkan.
Desa kecil ini dapat ditempuh dengan bus atau kereta api, baik dari Salzburg (2 jam lebih), atau Vienna (4 jam lebih) disambung dengan kapal feri kecil (15 menit). Dari kapal feri inilah, foto terbaik keindahan Hallstatt seperti di postcard atau lukisan, dan sering dijadikan wallpaper karena keindahannya, bisa Anda dapatkan.
Pemandangan desa Hallstatt sangatlah luar biasa. Desa ini dikelilingi Danau Hallstatter dan gunung yang cantik di segala musim.
Hallstatt awalnya terkenal dengan pertambangan garam yang masih ada hingga saat ini, namun karena panorama kota kecil unik yang indah serta suasana begitu tenang, Hallstatt menjadi salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO yang populer.
Sebenarnya untuk kunjungan ke desa ini, bisa dilakukan dalam waktu satu hari. Saya berangkat dari Salzburg naik bus, kereta api dan feri, mulai pukul 7.15 dan tiba pukul 09.30 waktu setempat.
Suasana masih belum terlalu ramai dan saya berjalan kaki menyusuri desa sambil menikmati keindahannya. Pukul 10 barulah aktivitas kehidupan terasa, dengan dibukanya pasar Hallstatt yang menjual kerajinan tangan, souvenir serta pernak-pernik hiasan.
Desa ini sendiri begitu tenang dengan jumlah penduduk sangat sedikit, hanya sekitar 1.000 orang. Luasnya hanya sekitar 5 km. Jadi bisa ditempuh dengan berjalan kaki santai berkeliling sekitar 45 menit saja. Akan tetapi setelah jam makan siang, suasana mulai penuh dengan turis.
Saya sempat menyewa kapal motor kecil yang dikemudikan sendiri mengelilingi danau, dengan tarif 15 Euro untuk 30 menit. Pengalaman ini membuat ketagihan, sampai menyewa ulang kapal tersebut di siang hari karena belum puas mengambil foto-foto danau dari berbagi sudut desa.
Jika berkunjung ke Hallstatt, jangan lupa menikmati santap siang di restoran tepi danaunya, karena pemandangannya begitu menakjubkan bak di studio foto. Ini sungguh pengalaman berkesan seumur hidup. Hallstatt merupakan salah satu destinasi terindah yang pernah saya kunjungi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar