Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) masih sangat dominan dalam struktur ekonomi Indonesia dengan porsi 99%. Sisanya baru 1% yang menyandang status perusahaan besar.
Setelah sebulan menjabat, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki melihat banyaknya sejumlah masalah yang membuat UMKM belum bisa naik kelas. Dia mengatakan, masalah UMKM di antaranya masalah sumber daya manusia (SDM), teknologi hingga akses pembiayaan.
"Memang banyak problem di UMKM itu, selain problem sumber daya manusia, teknologi, akses pembiayaan, akses kepada market, dan setelah saya pelajari sebulan ini kenapa UMKM tidak berkembang besar sehingga ekonomi kita yang besar itu hanya 1%," katanya kepada Tim Blak-blakan detikcom di Kavez Coffee Roastery Cibinong, Jawa Barat, Minggu (1/12/2019).
Lebih jauh, Teten mengatakan, yang menjadi penghambat UMKM tak cepat tumbuh ialah karena tak masuk dalam rantai pasok (supply chain). Khususnya, berkaitan dengan bahan baku sehingga produk yang bagus tidak bisa memenuhi saat ada permintaan.
"Saya melihat UMKM tidak masuk dalam sistem supply chain, ada banyak produk UMKM yang bagus tapi ketika diminta oleh pasar baik pasar dalam negeri maupun luar, nggak bisa memenuhi karena nggak ada supply bahan baku," ujarnya.
Tak berhenti di situ, UMKM juga masih menggunakan mesin yang sederhana. Kemudian, fasilitas yang diberikan tidak sebanyak perusahaan besar.
"Teknologi produksi mereka juga masih menggunakan mesin-mesin sederhana. Fasilitas-fasilitas lain tidak sebanyak perusahaan besar, perpajakan, fasilitas logistik dan tentu kalau mau ekspor masih banyak kendala," tutupnya.
Biar UMKM Naik Kelas, Teten Bikin Konsep 'Nebeng' Perusahaan Besar
Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) masih punya banyak kendala untuk berkembang. Beberapa di antaranya karena masalah sumber daya manusia (SDM) hingga mesin produksi.
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan, untuk mengatasi tersebut pihaknya tengah menyiapkan konsep sharing factory atau rumah produksi bersama.
"Tentu tidak mudah untuk menaikkan kualitas daya saing produksi UMKM, mulai sumber daya manusia, sampai kuliner, produk makanan minuman," paparnya kepada Tim Blak-blakan detikcom di Kavez Coffee Roastery Cibinong, Jawa Barat, Minggu (1/12/2019).
"Kita ada strategi bagaimana UMKM punya pabrik yang sama modernnya dengan perusahaan besar, kami punya gagasan sharing factory, atau open factory," tambahnya.
Dia mengatakan, konsep ini akan melibatkan pemerintah, Badan Usaha MIlik Negara (BUMN) hingga swasta. Dengan konsep ini, UMKM bisa 'nebeng' perusahaan besar sehingga bisa mengangkat kualitas SDM dan produknya memiliki kualitas yang lebih baik karena memanfaatkan permesinan modern.
"Jadi rumah produksi bersama lah, disentrakan dulu, kita sediakan permesinan modern bisa swasta, pemerintah bisa BUMN," terangnya.
Tambahnya, rumah produksi bersama ini bukan hanya mengatasi masalah produksi. Ke depan, rumah produksi ini juga akan terintegrasi dengan pembiayaan hingga sertifikasi.
"Rencananya sharing factory ini atau rumah produksi bersama itu terintegrasi, sertifikasi, pembiayaan sehingga UMKM jangan urus sendiri persyaratan, seritifikat," terang Teten.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar