Persebaran HIV-AIDS di Indonesia saat ini semakin memprihatinkan. Berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan RI Triwulan II tahun 2019 secara kumulatif terdapat 117.064 kasus AIDS dan 349.882 kasus HIV positif.
Ditemui di Kantor BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana), drg Widwiono, MKes, Plt Direktur Kesehatan Reproduksi BKKBN menjelaskan mengenai gambaran situasi HIV AIDS di Indonesia saat ini.
"Gambaran situasi HIV Aids di Indonesia ini ada titik-titik merah yang cukup tinggi ya. Paling banyak di Papua, Jawa Timur, Jawa Tengah, DKI Jakarta, dan Bali. Di Indonesia ekspektasi kita ada sekitar 644.443 orang dengan HIV AIDS, namun yang ditemukan baru sekitar 352.349," ujarnya, Senin (9/12/2019).
Mengutip laporan Kemenkes RI, Widwiono menyebut 5 provinsi dengan kasus HIV paling banyak adalah DKI Jakarta dengan 62.108 kasus, Jawa Timur dengan 51.990 kasus, Jawa Barat dengan 36.853 kasus, Jawa Tengah dengan 30.257 kasus, dan Papua sebanyak 34.473 kasus.
Upaya pencegahan antara lain dilakukan melalui peningkatan ketahanan keluarga. Program ini diusung untuk mencegah peningkatan HIV AIDS melalui peran suami istri, namun juga dapat mencegah dampak negatif dari masalah HIV AIDS.
"Edukasi dan sosialisasi penerapan 8 fungsi keluarga yaitu agama, budaya, kasih sayang, perlindungan, reproduksi, sosialisasi dan pendidikan, ekonomi, dan lingkungan perlu dilakukan secara terus menerus oleh kader poktan (kelompok kegiatan) dalam setiap kegiatan pembinaan keluarga karena tidak hanya dapat mencegah perilaku risiko anggota keluarga namun juga dapat mencegah dampak negatif dari masalah HIV AIDS," pungkasnya.
Data 50 Ribu Warga Jakarta Positif HIV Disinggung di Rapat DPRD DKI
Data 50 ribu warga Jakarta yang positif HIV disinggung dalam rapat Komisi E DPRD DKI Jakarta dengan Dinas Kesehatan (Dinkes). Komisi E mempertanyakan penanganan yang dilakukan dinkes terkait hal tersebut.
"Dinkes sebut lebih dari 50 ribu warga Jakarta terinfeksi HIV/AIDS, kita mau tahu penanganan terpadunya dari dinas kesehatan seperti apa?" ujar anggota Komisi E Yudha Pratama dalam rapat di DPRD DKI Jakarta, Jl Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Minggu (8/12/2019).
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta Widyastuti membenarkan bahwa DKI Jakarta merupakan epidemi terkonsentrasi dan sebagai populasi kunci. Dia menyebut populasi kunci merupakan kondisi di mana orang-orang memiliki perilaku seksual tidak aman.
"Betul, jadi DKI Jakarta termasuk epidemi terkonsentrasi, ada 6 persen populasi, angka HIV adalah 5 persen tidak lebih adalah populasi kunci. Populasi kunci adalah, populasi dengan medis orang dengan perilaku seksual tidak aman, penggunaan narkoba suntik dan lain lain, termasuk ini cukup memprihatinkan," kata Widyastuti.
Widyastuti mengatakan penularan HIV saat ini paling tinggi terjadi melalui seksual yang tidak aman.
"Angka DKI yang dulu tertinggi adalah penularan dari jalur suntik yang tidak steril, sekarang sudah bergeser, sekarang angka tertinggi penularannya adalah melalui seksual yang tidak aman. Lebih memprihatinkan, terjadi progres yang sangat luar biasa, angka positif di golongan LSL yaitu kelompok laki-laki suka laki-laki," tuturnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar