Sabtu, 28 November 2020

Jubir Satgas COVID-19 Ungkap Perkembangan Persiapan Vaksinasi di Indonesia

  Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito mengungkapkan perkembangan persiapan vaksinasi vaksin COVID-19 yang akan dilakukan di Indonesia. Persiapan ini terdiri dari sumber daya manusia (SDM) hingga kebutuhan logistik.

"Jumlah SDM yang dibutuhkan tentunya akan menyesuaikan dengan jumlah peserta vaksinasi," ujar Prof Wiku dalam konferensi pers melalui kanal YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (26/11/2020).


Selain dari segi SDM, Prof Wiku mengatakan pemerintah pusat juga terus melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah terkait sarana pendukung lainnya yang dibutuhkan saat program vaksinasi dilakukan. Bahkan pada 18 November 2020 lalu, Presiden Joko Widodo juga memastikan langsung dengan melakukan peninjauan simulasi vaksinasi di salah satu puskesmas di Bogor.


Tak hanya itu, pemerintah juga terus melakukan pemantauan persiapan dalam hal logistik, salah satunya kesiapan prosedur untuk menjaga suhu vaksin atau cold chain. Ini bertujuan untuk menjaga kualitas dan efektivitas vaksin.


"Kesiapan prosedur untuk menjaga suhu vaksin atau cold chain dengan tujuan untuk menjaga kualitas dan efektivitasnya, sudah berjalan dengan baik. Rata-rata saat ini kesiapan cold chain yang berfungsi di Indonesia sudah mencapai 97 persen," jelas Prof Wiku.


Pemerintah juga saat ini tengah melakukan finalisasi untuk menentukan daerah-daerah prioritas yang nantinya akan menerima vaksin. Tentunya harus dipertimbangkan dari berbagai aspek.


"Untuk menentukan daerah-daerah prioritas yang akan memperoleh vaksin dengan mempertimbangkan berbagai aspek, seperti jumlah kasus positif, jumlah penduduk, luas wilayah, dan sebagainya," imbuhnya.

https://tendabiru21.net/movies/thank-you-2/


Pertimbangan Bio Farma Soal Vaksin COVID-19 dari Pfizer dan AstraZeneca


 - Vaksin COVID-19 yang dikembangkan Pfizer-BioNtech dan Oxford-AstraZeneca jadi sorotan karena mulai melaporkan hasil dari uji klinik fase tiga. Vaksin Pfizer-BioNtech disebut efektif sampai 95 persen mencegah gejala COVID-19, sementara vaksin Oxford-AstraZeneca dilaporkan rata-rata efektif 70 persen.

Sempat dikabarkan pemerintah Indonesia tertarik untuk mendatangkan vaksin-vaksin tersebut. Direktur Operasi Bio Farma, M. Rahman Roestan, berkomentar bahwa pihaknya sampai saat ini masih melakukan pengkajian.


"Jadi memang untuk memenuhi kebutuhan vaksin seluruh masyarakat Indonesia kita tidak bisa mengandalkan dari satu sumber... Untuk AstraZeneca dan lain-lain kita masih review kemungkinan kerja samanya," kata Rahman dalam konferensi pers yang disiarkan BPOM, Kamis (26/11/2020).


Menurut Rahman ada beberapa hal selain hasil uji klinis yang harus dipertimbangkan sebelum mendatangkan vaksin tersebut ke Indonesia.


Sebagai contoh, beberapa vaksin Corona diketahui butuh penyimpanan dengan suhu dingin yang ekstrem agar tidak cepat rusak. Bagi sebagian daerah, vaksin yang seperti ini kemungkinan sulit didistribusikan karena kurangnya sarana pendukung.


"Beberapa parameter harus dipertimbangkan. Bukan cuma soal kecepatan dan kecukupan, tapi juga kepraktisan di lapangan," ungkap Rahman.


"Bisa tidaknya secara teknis nanti didistribusikan ke seluruh provinsi. Kita kan negara kepulauan dengan kondisi tropis. Tentunya akan ada penyesuaian yang harus kita kaji betul," pungkasnya.

https://tendabiru21.net/movies/sepatu-dahlan/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar