Uang digital keluaran Facebook, Libra kabarnya siap diluncurkan pada Januari 2021. Melansir Reuters, Jumat (27/11/2020), Financial Times melaporkan, Asosiasi yang berbasis di Jenewa yang menerbitkan dan mengatur Libra berencana untuk meluncurkan satu koin digital.
Hal itu diungkapkan oleh tiga sumber Financial Times yang terlibat dalam proyek tersebut. Langkah tersebut akan mewakili skala yang lebih besar dari rencana awal proyek uang digital yang diusulkan pada April.
Libra, yang diluncurkan oleh Facebook tahun lalu, diluncurkan kembali dalam bentuk yang lebih ramping. Hal itu dilakukan setelah regulator dan bank sentral di seluruh dunia menyuarakan kekhawatiran bahwa Libra dapat mengganggu stabilitas keuangan dan mengikis kekuasaan arus utama uang nyata.
Asosiasi Libra, di mana Facebook adalah salah satu dari 27 anggotanya, sedang mengupayakan persetujuan dari pengawas pasar Swiss untuk mengeluarkan serangkaian stablecoin yang didukung oleh mata uang tradisional individu. Mereka juga akan menerbitkan token berdasarkan stablecoin yang dipatok pada mata uang.
FINMA, regulator Swiss, tidak merinci lebih dari pernyataan pada bulan April yang mengonfirmasi penerimaan aplikasi Libra untuk lisensi pembayaran.
Stablecoin dirancang untuk menghindari volatilitas yang khas dari mata uang seperti bitcoin. Hal ini menjadikannya secara teori lebih cocok untuk pembayaran dan transfer uang.
https://tendabiru21.net/movies/the-descendants/
BPOM Ungkap Pantauan Awal Uji Vaksin Sinovac di Bandung, Ini Hasilnya
Beberapa vaksin COVID-19 sudah menunjukkan efektivitas lewat hasil akhir uji klinis dengan angka 90 persen. Sebagai contoh ada vaksin buatan Pfizer, Moderna, dan klaim vaksin COVID-19 Sputnik dari Rusia.
Indonesia sendiri tengah menjalani uji klinis vaksin COVID-19 Sinovac di Bandung. Berdasarkan update per 6 November, ada 1.620 relawan yang sudah diberikan vaksin Corona dosis pertama, 1.603 lainnya sudah diberikan vaksin kedua.
Sementara itu, 1.520 peserta uji klinis vaksin COVID-19 di Indonesia lainnya masuk ke tahap monitoring. Bagaimana perkembangan terkini uji klinis vaksin COVID-19 Indonesia?
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K Lukito menjelaskan pemantauan selama satu bulan pasca suntik vaksin COVID-19 dosis kedua terpantau aman. Hal ini berdasarkan pantauan awal terkait hasil analisa, sampel darah dan lainnya.
"Dapat kami laporkan bahwa hasil uji klinik yaitu dari hasil analisa, melalui sampel darah, dapat dikaitkan dengan keimunogenisitasnya, jadi aspek parameter ukur untuk menunjukkan saintifik dari aspek keamanan dan aspek efikasi itu sudah didapatkan bahwa seteelah penyuntikan kedua data-data akan dijelaskan lebih jauh lagi," jelas Penny dalam konferensi pers Kamis (26/11/2020).
"Progres terakhir akan dilaporkan oleh tim peneliti terutama tentunya tapi menunjukkan aspek keamanan yang baik dan ini akan terus kita pantau sampai 3 bulan dan full sampai 6 bulan ke depan," lanjutnya.
"Data 1 bulan saya kira sudah cukup menggembirakan," tegasnya.
Meski begitu, BPOM masih menunggu data khasiat dan data lainnya untuk bisa segera memberikan izin penggunaan darurat atau emergency use of authorization (EUA). BPOM juga menegaskan data mutu vaksin COVID-19 berdasarkan hasil inspeksi sudah dipastikan baik.
"Dapat kami laporkan alhamdulillah dilihat dari aspek mutu di vaksin tersebut dengan hasil yang didapatkan dari hasil inspeksi BPOM bersama dengan BioFarma bersama dengan MUI tentunya untuk melihat aspek halalnya," jelas Penny.
"Dapat dikatakan produk tersebut sudah memenuhi aspek cara produksi obat yang baik di tempatnya, di fasilitas di China," pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar