Seorang mantan anggota girl group BaBa yang dikenal bernama Seungha kini banting setir ke profesi lain. Ia memutuskan untuk terjun ke dalam industri film dewasa.
Hal ini diungkapkan wanita berusia 20 tahun itu dalam video YouTube Sexual Life TV. Bahkan berbeda dari pekerjaan sebelumnya, kini Seungha yang bekerja sebagai aktris film dewasa itu dibayar mahal sekitar Rp 283 juta dan sudah tampil dalam 40 film dalam dua bulan.
"Setiap aktris bisa berbeda-beda tapi mereka mempertimbangkan bahwa aku orang baru yang sebelumnya adalah idol girl group. Aku dibayar dengan harga setara mobil sedan Korea per film," ujarnya.
Sebenarnya apa yang mendorong seseorang memilih menjadi pemain film dewasa?
"Motif seseorang dalam berperilaku tentu saja berbeda beda. Mengapa seseorang memilih di jalan ini bisa karena beberapa hal," kata psikolog klinis dari Pro Help Center Nuzulia Rahma Tristinarum saat dihubungi detikcom, Jumat (20/11/2020).
Rahma mengatakan, salah satu dari beberapa motif atau alasan seseorang beralih profesi menjadi pemain film dewasa adalah karena kebutuhan ekonomi. Seperti halnya yang dialami Seungha, setelah menjadi pemain film dewasa ia mendapat pendapatan yang lebih besar dari sebelumnya.
Selain itu, Rahma juga mengungkap motif lainnya yang mendorong orang melakukan hal tersebut yaitu:
Keinginan gaya hidup, sehingga ingin uang banyak dalam waktu singkat dan cara yang mudah
Tidak memiliki keahlian lain dalam mencari pekerjaan
Ada gangguan seksualitas
https://nonton08.com/movies/what-the-fish/
CDC Laporkan Kasus Baru Virus Chapare, Mematikan dan Menular Antarmanusia
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (CDC) mengungkap kasus baru virus yang bahayanya mirip seperti Ebola. Virus dari hewan yang mematikan ini juga dipastikan CDC bisa menular antarmanusia.
Dikutip dari Live Science, gejala dari virus ini meliputi demam, sakit perut, muntah, gusi berdarah, ruam kulit dan nyeri di belakang mata.
"Hingga saat ini, hanya ada satu kasus baru virus Chapare yang dikonfirmasi, penyakit mirip Ebola yang sebelumnya muncul di pedesaan provinsi Chapare di Bolivia pada tahun 2004 dan kemudian menghilang," sebut CDC dalam pernyataan barunya Senin, pekan ini.
Namun, di tahun lalu setidaknya ada lima orang yang terjangkit virus tersebut. Virus ini menyebar antarmanusia melalui cairan tubuh. Kala itu, dari lima orang tersebut, tiga di antaranya dilaporkan kritis.
"Tiga dari lima pasien yang dikonfirmasi dari wabah 2019 adalah petugas kesehatan," menurut pernyataan CDC yang dimuat beberapa hari lalu.
Seorang residen medis muda, seorang petugas medis ambulans, dan ahli gastroenterologi semuanya tertular virus Chapare setelah kontak dengan cairan tubuh dari pasien yang terinfeksi. Dua dari mereka dilaporkan meninggal.
Virus Chapare ini menyebabkan demam berdarah seperti halnya Ebola. Virus ini diyakini jarang menyebar luas seperti flu atau COVID-19, maka dari itu ahli menyebut kecil kemungkinan bisa menjadi pandemi.
"Demam berdarah seperti Ebola jarang menyebar seluas penyakit pernapasan seperti flu atau COVID-19," kata Colin Carlson, peneliti Universitas Georgetown yang mempelajari penyakit zoonosis, kepada Live Science.
Awal mula wabah baru
Wabah Chapare yang terjadi tahun lalu di Bolivia awalnya ditemukan dalam kumpulan cairan tubuh di laboratorium pemerintah kota Santa Cruz, Bolivia.
Mulanya, para dokter yang mengumpulkan sampel percaya bahwa pasien telah tertular demam berdarah, penyakit yang ditularkan oleh nyamuk yang berpotensi fatal, yang juga dapat menyebabkan demam dan pendarahan internal.
"Di Amerika Selatan khususnya, demam berdarah sangat umum, dan banyak orang ketika mereka melihat gejala demam berdarah akan selalu memikirkan demam berdarah sebelum hal lain," kata Maria Morales-Betoulle, peneliti Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) yang menangani wabah Chapere 2019.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar