Kembali laporkan kasus baru usai satu bulan lebih bebas dari Corona, Wuhan, kota pertama kali virus Corona COVID-19 dikonfirmasi, kini tengah mencegah kemungkinan gelombang kedua. Hanya dalam 9 hari pemerintah setempat melakukan tes massal pada 9 juta warganya.
Mulai dari 15 Mei hingga 24 Mei, Komisi Kesehatan Wuhan berhasil tes swab lebih dari 9 juta warga dan 6,5 juta orang di antaranya dicek sampel untuk genetik virus Corona. Pengujian ini menyusul kluster penularan baru dimana enam orang dikonfirmasi positif Corona dua minggu lalu, terjadi usai nol penambahan kasus baru sebulan lebih.
Hasil pemeriksaan pun didapat dalam waktu singkat dengan menggabungkan lima sampai 10 sampel swab yang diuji sekaligus. Jika ada yang dinyatakan positif, petugas kembali memeriksa sampel tersebut sampai ditemukan hasil akhir.
Sejauh ini 218 kasus Corona tanpa gejala telah dikonfirmasi. Seluruh pasiennya tengah menjalani karantina.
"Dorongan untuk menguji setiap orang ini akan meningkatkan vitalitas kota dan memberikan dasar ilmiah untuk dimulainya kembali pekerjaan," jelas Yang Zhanqiu, pakar virus di Universitas Wuhan, dikutip The New York Times.
"Itu juga bisa membuat orang merasa nyaman dan memberi semu ketenangan pikiran," lanjutnya.
WHO Ingatkan Dunia Masih Hadapi Gelombang Pertama Virus Corona
Direktur eksekutif Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Dr Mike Ryan, mengingatkan bahwa saat ini dunia masih menghadapi wabah virus Corona COVID-19. Tepatnya berada di gelombang pertama wabah Corona.
"Kita berada tepat di tengah gelombang pertama secara global. Kita masih dalam fase di mana penyakit ini sebenarnya sedang dalam 'perjalanan'," katanya dikutip dari VOA, Kamis (28/5/2020).
Saat ini, kasus virus Corona ini masih meningkat di beberapa negara. Seperti Amerika Selatan, Asia Selatan, dan wilayah lainnya. Ia pun mengingatkan Amerika Utara, Eropa, Asia Tenggara dan wilayah lainnya agar tidak terburu-buru dalam melonggarkan tindakan pengendalian.
"Penyakit ini dapat melonjak kapan saja," ujarnya.
Dr Ryan mengeluarkan peringatan tersebut sebelum munculnya gelombang kedua, setelah melihat banyaknya masyarakat Amerika Serikat yang memadati tempat wisata, seperti pantai dan taman. Hal ini pun memicu kekhawatiran orang-orang yang menentang pembukaan tindak pengendalian secara cepat di dunia.
Tak hanya di Amerika Serikat, di India meski tengah berjuang dengan lonjakan kasus virus tetap mengizinkan penerbangan domestik, setelah ditahan selama dua bulan. Selain itu, Brazil pun sudah kembali mendesak perusahaan untuk kembali beroperasi dan menolak adanya rekomendas jarak sosial.
Menurut Presiden Brasil Jair Bolsonaro, jika dilanjutkan akan lebih banyak orang yang terbunuh karena ekonomi yang hancur daripada karena penyakit ini.
Pulihkan Ekonomi dari Corona, Uni Eropa Siapkan Stimulus Rp 11.000 T
Komisi Eropa mengusulkan pemberian ratusan miliar euro kepada negara-negara Uni Eropa yang perekonomiannya hancur akibat pandemi COVID-19. Bantuan ini dirancang untuk memastikan negara-negara tersebut tidak tertinggal ketika pemulihan terjadi.
Dikutip dari CNN, Kamis (28/5/2020), badan eksekutif Uni Eropa pada hari Rabu berencana menggelontorkan 750 miliar euro (US$ 825 miliar) di pasar keuangan melalui anggaran 2021-2027. Dana tersebut setara Rp 11.550 triliun (kurs Rp 14.000).
Rencananya dua pertiga dari uang itu akan dibagikan ke negara-negara melalui hibah, sedangkan sisanya akan ditawarkan sebagai pinjaman.
"Kita semua memahami krisis ini begitu besar sehingga kita harus mengambil langkah-langkah yang tidak biasa untuk mengatasi krisis dan untuk menjadi lebih kuat," kata Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen pada konferensi pers.
Hal tersebut disambut oleh negara-negara Eropa selatan, tetapi masih bisa menghadapi penolakan dari negara-negara oposisi yang lebih konservatif secara fiskal, yang hanya ingin menawarkan pinjaman.
Ke-27 negara anggota harus menandatangani proposal, dan analis memperingatkan bahwa penundaan dapat mengobarkan ketegangan politik yang dapat memisahkan blok tersebut.
"Sekarang pertanyaannya adalah seberapa serius dan seberapa ketat oposisi," kata Carsten Brzeski, kepala ekonom zona euro di bank Belanda ING. Usulan Komisi, ia mengingatkan, "hanyalah awal."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar